Sabtu, 22 Maret 2008

Mansyur semma 24 jam dari sudut telaga safar (2)

Tiba di gedung rektorat, jenazah Pak Mansyur di bawa ke lantai 1 untuk acara pelepasan yang ternyata hanya dihadiri oleh pembantu rektor III. Acara pelepasan berlangsung begitu singkat dan hidmat. Tetapi saya bingung, ini seperti mengantarkan “korban” ke majelis luarbiasa unhas bernama rektorat, untuk diberkati dan direstui kepergiannya. Ah sudahlah yang utama saat ini adalah mendoakan pak mansyur serta tidak membuat keluarga dan yang merasa ditinggalkan lebih sedih dengan tangisan air mata kita.

Iring-iringan kembali meneruskan perjalanan ketempat peristirahatan pak mansyur yang terakhir, yaitu kompleks pekuburan keluarga unhas di pa’tene maros. Perjalanan menuju kesana bisa dibilang sangat panjang, mulai dari jalanan beraspal sepanjang jalan perintis kemerdekaan dengan arah menuju maros, kemudian berbelok di jalan masuk tol mandai. Setelah itu memasuki jalan berliku yang belum diaspal. Ini mengingatkan saya kepada jalan hidup yang dilalui Pak mansyur.

Hidup pak mansyur semma mulanya seperti jalan aspal perintis kemerdekaan yang mulus, kadang-kadang saja ada sedikit lubang tapi itu tak terlalu berarti. Kesempatan yang diperolehnya hingga menjadi dosen dan sempat pula menjabat sekretaris jurusan ilmu komunikasi boleh dibilang mulus dan lancar. Hingga tahun 2001 penyakit ginjalnya memaksa untuk mengorbankan kedua matanya agar sakit ginjalnya sembuh. Konsekuensi yang didapat adalah kehilangan penglihatannya setelah menjadi korban malpraktik di rumah sakit wahidin. Tapi pak mansyur menganggap ini adalah cara Allah menyapanya. “Biarlah mata saya buta, asal Tuhan tidak membutakan mata hati saya.” Begitu kata pak manyur.

Kebutaan pak manyur ini seperti jalan memasuki kelurahan pa’tene yang berbatu dan berlubang. Kepahitan hidup tetap dijalaninya dengan penuh semangat yang tak kenal lelah. Saya bisa merasakan jalan berbatu-batu ini seolah memberitahu kita bahwa seberat dan sesulit apapun jalan itu, pasti ada celah yang merupakan “jalan lain” yang bisa ditempuh. “sholat kuncinya dan berbuat baik sesama manusia” terkenang kembali perkataan Pak Mansyur di salah satu kesempatan mengobrol dengannya.

Satu yang paling saya kagumi dari pak manyur, dia selalu bisa membuat orang didekatnya menjadi berarti di berbagai keadaan. Ketulusan hatinya untuk mendengar, membuat orang akan bercerita dengan senang dan jujur kepadanya.
Saya termasuk salah seorang yang suka berbohong, tapi dengannya sulit untuk berbuat demikian.

Kompleks pekuburan keluarga unhas perlahan kelihatan dari kejauhan. Bersamaan dengan itu iring-iringan kendaraan pengantar Pak mansyur satu-satu mulai memakirkan kendaraannya. Jenazah pak manyur diusung memasuki kompleks kuburan yang ada lambang ayam jantannya itu. Ternyata masih banyak tanah kosong. Saya berbisik ke ballo, “masih bisa kapling tanah disini buat nanti”.

(bersambung)

Selasa, 18 Maret 2008

Astronot darat

Waktu menunjukkan pukul 2 siang, tapi matahari tamalanrea tidak seterik yang seharusnya. Awan mendung kembali menggantung dan tampak dari bawah gedung rektorat ketika suara halus anak kecil menyapa, “Kak Gondrong…!” tak biasanya ada suara anak kecil di kampus merah yang sepenuhnya diisi oleh orang dewasa berusia diatas 16 tahun ini. Oh rupanya seorang anak kecil yang lagi mengumpulkan sisa botol dan gelas aqua bekas yang berserakan di dekat tempat sampah tak jauh dari tempat berdiriku. Dengan menggunakan karung besar yang berfungsi sebgai tempat penyimpanan gelas dan botol aqua bekas dan sebatang gincu yang dipakai untuk menjangkau serta mengait gelas atau botol bekas yang ditemuinya di jalan serta tak lupa topi biru mungil yang dikenekannya di kepala sekedar menutupinya dari sengatan matahari atau terpaan air hujan. dia tampak seperti seorang astronot hanya saja tidak bekerja di luar angkasa. Tempat operasinya adalah di darat, Kampus Unhas inilah salah satu ‘daerah kekuasaannya.” Aku mengenalnya sebagai salah seorang dari anak-anak yang biasa singgah di warnet bila malam hari tiba. Dan depan gedung rektorant ini dia menyapaku lebih dahulu. Ternyata pada pagi hingga sore hari mereka bekerja keras mencari botol dan gelas aqua bekas kemudian dikumpulkan dirumahnya untuk dijual. Setelah bekerja sepanjang hari, mereka tidak berhenti hingga malam hari. Karena kalau malam botol dan gelas aqua bekas tersebut jarang kelihatan di jalan, maka mengemislah mereka sebagai salah satu usaha untuk bertahan hidup. Di kamus mereka ternyata jarang ada kata istirahat. Kegiatan mengemis mereka pada malam hari ini sebenarnya hanyalah usaha terakhir karena berdo’a mungkin jauh dari pikiran mereka. Entah karena pengetahuan agama yang kurang atau ah… susah membayankannya. Bagaimana mau belajar agama? Makan saja sulit.

Dia melambaikan tangan kepadaku, “saya mau belok ke pondokkan” katanya tersenyum bersahabat. Sambil berlalu kupandangi punggungnya dari belakang. Tak sedikitpun beban yang tampak dari wajahnya tadi, yang ada hanya senyum penuh semangat. Ingin kupanggil kembali anak kecil tadi, tapi aku lupa menanyakan namanya.

Senin, 17 Maret 2008

Ulang tahun 3 hari

Beberapa hari ini memang terasa berbeda. Kalau dihitung-hitung mulai dari tanggal 14 maret hingga 17 maret 2008, banyak orang-orang dekat disekitar kita yang mengulang tahun kelahirannya. Istilah kerennya Ulang tahun

Sebut saja fajar atau sehari-hari dipanggil patang, dia lahir pada tanggal 14 maret, bersamaan juga dengan ira, anak telaga safar lantai 2 fakultas ekonomi angkatan 2001, sempat pula menjadi penggalan kisah dari ilo dan patang ini. Tanggal 15 maret, seseorang disana telah genap 20 tahun umurnya (baca: disana kau berada). Kemudian ada temannya dwi yang berulangtahun tanggal 16 kemarin (tidak tahu namanya siapa).

Kini tanggal 17 maret 2008, seseorang yang menjadi revolusi dalam diri Fajar 20 tahun silam telah lahir. Ya hari ini adalah hari lahir sang revolusi itu, entah ada beberapa lagi julukan serta gelar yang diberikan orang-orang kepadanya. Heaven's Eye, mata surga, neng jeruk, dll. Si revolusi ini sangat besar pengaruhnya bagi orang-orang disekitarnya. Tidak percaya? lihat saja matanya...., maka kau akan terbius!!!


Seiring waktu berjalan , usiamu...
terucap untuk kalian, selamat ulang tahun....
(gigi-selamat ulang tahun, album 4x4)





Jumat, 14 Maret 2008

disana kau berada ..... (there you'll be)

Tak terasa sudah dua dasawarsa dirimu berada di dunia ini. Baru sebentar aku mengenalmu tapi terasa begitu lama di hatiku seperti lama umurku yang beranjak. Dalam setiap langkah ini, detak jantung dan desahan nafasku yang tak terhitung jumlahnya maka sebanyak itu pulalah namamu mengiringinya.
Tahun ini merupakan tahun dengan angka satuan terakhir yang sama dengan angka satuan terakhir di tahun kelahiranmu. Itu berarti 20 tahun yang lalu matamu pertama kali melihat indahnya dunia di tanah yang hingga kini menjadi kota nomor satu di negeri ini.
Besok 15 Maret 2008 hari ulang tahunmu, angka-angka tersebut selalu kupakai untuk mengisi macam-macam hal, password email, dsb. Sekedar untuk mengingatmu.
Mungkin kau akan tertawa bila mengetahui ini tapi inilah adanya.
Aku tahu aku tak bisa menjadi bagian dari dirimu
Tapi di hari baik ini, tolong izinkanlah aku bicara kepadamu, sebentar saja,
Hanya ucapan Selamat Ulang Tahun, tidak lebih……


Everyday I love you……..

Rabu, 12 Maret 2008

3 Permulaan yang tertunda

Ada yang istimewa hari ini. penulisan bab I skripsi sebenarnya telah dimulai beberapa waktu lalu. Hanya saja masih setengah-setengah. Tapi kali ini kulihat dwi telah memulainya kembali. Kusebut ini Permulaan tertunda yang pertama. Ketika ditanya akan kemana pagi ini, ke kampus atau ke elsim? Tidak keduanya. Tapi dwi menjawab dengan mantap. "Ke tempatnya ka yusran!". Jelas disana tujuannya urusan skripsi. Kali ini dwi tidak main-main. Perjuangan telah di mulai kembali.

Siang hari ketika matahari yang terik berubah secara tiba-tiba karena tertutup awan hitam pertanda akan turun hujan (semiotika lagi nih…) langkah kaki ini baru saja tiba dari kampus dengan setengah berlari. Pintu kamar fajar tertutup. Dengan sedikit mendorong sedikit akhirnya terbuka. Terlihatlah dengan nyata dari dalam kamar sesosok yang sangat dikenali dengan setumpuk buku di seklilingnya dan gerakan khas orang mengetik di depan notebook, fajar. Raut muka yang serius itu terhenti sejenak. Tersenyum sebentar kemudian meneruskan pekerjaan mengetiknya lagi. Tidak perlu ditanya untuk mengetahui apa yang sedang diketiknya. Sudah pasti itu bab I skripsinya mengenai studi etnografi wartawan di warung kopi. Ada hal menarik dari penelitiannya tersebut. “ketika meja redaksi berpindah ke warung kopi” begitu kata fajar meyakinkan kami tentang rencana penelitiannya tempo hari yang sampai pada keputusan terakhir dengan judul “berita dari sudut warung kopi’ (studi etnografi wartawan) keren khan…?

Hal ini sangat tepat disebut Permulaan kedua dari 3 permulaan yang sempat tertunda.

Matahari terus condong ke barat. Terik matahari pelan-pélan diganti dengan kesejukan. Fajar yang memutuskan beristirahat sementara dari kegiatan mengetiknya kini digantikan dengan semangat syukri untuk menonton film Mr. Brooke di notebook yang tadi dipakai mengetik itu.

“ke rumahnya kak mul deh”, fajar berinisiatif. “telpon dulu kak” dwi menimpali. Tak berapa lama fajar memencet-mencet nomor telpon Pak Mulyadi Mau, dosen kami yang di rekomendasikan untuk menjadi pembimbing bagi fajar, tapi biasanya dipanggil kak mul..

“saya dengar-dengar kita sakit kak mul?” begitu fajar membuka obrolannya dengan kak mul. Setelah itu lebih kepada si fajar sendiri yang mengerti arah pembicaraannya dengan kak mul. Tapi intinya fajar tidak jadi ke rumahnya kak mul sore itu karena menjelang malam.

Rupanya informasi tentang sakitnya Kak Mul yang sempat ditanyakan fajar sewaktu menelpon tadi sebenarnya adalah anaknya kak syam yang sakit. Dan sementara ini dirawat di RS grestelina. Inilah yang menjadi jembatan pertemuan kita dengan peristiwa “3 permulaan yang tertunda” yang terakhir

“kalau begitu kita jenguk anaknya kak syam yuk” ajakku kepada fajar.

“saya juga mau pergi kesana tapi…..” fajar ragu

“kenapa?” heran biasanya fajar semangat kalau ke rumahnya kak syam

“saya pergi kesana dengan ‘revolusi’, janjianka’ di depan sebentar malam” fajar menjelaskan dengan sedikit malu-malu.

Sampai disini "permulaan yang tertunda ketiga" telah diketahui dengan jelas.

3 Perjuangan telah dimulai kembali

Senin, 10 Maret 2008

Permainan Tanda Dalam Kehidupan

“Saya tidak percaya akan kebetulan” kalimat yang jelas dan lugas itu keluar dari mulut kak syam saat memberikan materi semiotika visual dalam IHT, In House Training kemarin (hari jum’at sebenarnya). “Setiap orang menggunakan tanda dalam mewakili apa yang ada di dalam pikiran dan hatinya setiap harinya. Warna kaos yang kita pakai adalah pilihan tanda-tada, tidak sembarang menentukan warna baju yang akan kita pakai hari ini. Tidak ada kebetulan disitu” lanjutnya lagi. kak syam adalah salah seorang dosen komunikasi yang menyelesaikan studi S2 diluar negeri dalam bidang kajian filosofi. Tak heran gelar M.Phil melekat di namanya. Drs. Syamsuddin Aziz, M.Phil.

Dengan mengaitkan persoalan warna baju yang dipakai peserta pada waktu itu dengan materi yang dibawakannya, membuka sedikit demi sedikit kejelasan terhadap materi yang mungkin terasa berat bagi sebagian besar peserta in house training ini.

Salah seorang peserta berbisik kepadaku, “semiotika itu apa sih?” “Ilmu tentang tanda,” jawabku singkat. “perhatikan saja penjelasan kak syam, kau akan mengerti”

Pemaparan yang dilakukan kak syam mengenai semiotika dalam bentuk power point yang canggih disertai contoh nyata di dalam film naga bonar pada setiap scene yang menggambarkan pengertian-pengertian dari symbol, ikon dan index sangat mengena dengan baik. “macintosh, adalah simbol kemewahan yang coba di ungkapkan sutradara. Orang yang menggunakannya (dalam hal ini wulan guritmo) dicitrakan sebagai orang yang berkelas” tandas kak syam. “mengapa sang sutradara tidak menggunakan Ibm, toshiba, hp atau aksio?. Karena simbol kemewahan yang disepakati universal telah diwakili oleh apple, macitosh” sambungnya.

Dalam kehidupan, menyimpan berbagai macam tanda-tanda semiotik terkadang kita tidak menyadari itu. Bahkan Norman, anak kak syam paling kecil yang sempat ikut dengannya turut pula memberikan tanda semiotik bagi kak syam. “lihat anak saya, dia memberikan index bosan dan kesedihan, dengan menangis. Sedangkan kakaknya itu sudah terlatih. adiknya masih pemula untuk hal-hal seperti ini.” Katanya sambil tersenyum, peserta IHT tertawa berderai.


Kamis, 06 Maret 2008

Bulan ini Maret ke tujuh…

7 tahun sudah kaki ini teguh berdiri menopang tubuh yang menyandang status mahasiswa setelah berhasil lolos di jebakan maut UMPTN tahun 2001 silam.

Selama itu pula berbagai peristiwa dalam kehidupan silih berganti diperlihatkan untuk dipahami sebagai pelajaran yang tak selalu indah ataupun tak selalu buruk.

Teriakan mahasiswa berdemo, cekikan muda-mudi penghuni pondokan yang memadu asmara, menumpuknya tugas, kehabisan odol di kamar mandi ataupun ban bocor di tengah jalan sewaktu mengantar teman semua pernah dialami. Besi-besi Diana enterprise, (perusahaan penyewaan panggung) sempat masih terasa dipundak pada saat terik matahari menyengat atau dinginnya angin subuh karebosi yang menusuk sukma sewaktu mengejar deadline konser dandut tpi.

Kini dinginnya angin malam menemani keseharian 2 tahun terakhir bercengkerama dengan dunia maya. Sebuah dunia yang penuh kejutan dan misteri. Tawa, tangis, penderitaan, ketamakan, teman, dan hal-hal baru seperti di dunia nyata terjadi disini. Hanya saja kita tidak menyentuhnya secara langsung. Orang menyebutnya internet.

Tempat tinggal yang bernama pondokan pun perlahan mulai berubah dan bertambah. Telaga safar turut menjadi saksi perjalanan kehidupan para mahasiswa yang tinggal di dalamnya.

Beberapa minggu ini Seorang Dewi yang bernama Dwi memanggil dan mengajak untuk segera menunaikan kewajiban terakhir selaku mahasiswa. Sebuah tugas bernama SKRIPSI, dan hari ini telah dimulai...


Selasa, 04 Maret 2008

Mansyur Semma, 24 jam terakhir dari sudut telaga safar

Warnet xtranet, pagi hari selasa 4 maret 2008

Hari masih pagi, ketika pintu depan dibuka, dwi melongok, tumben datang pagi-pagi. Dengan air mukanya yang tetap ceria seperti biasa dia berkata : sudah dengar berita hari ini ? Pak Mansyur meninggal!!”


(flashback)

Fis 8 lantai 1 depan tangga perjuangan, sore hari senin 3 maret 2008

Himas yang baru saja turun dari tangga mengabarkan bahwa pak mansyur masuk ICU di rumah sakit plamonia. “naik ki pete2 05, ada ji irwan mau kesana naik motor kalau mau ki ikut’ begitu pesannya ketika ditanya bagaimana jalan menuju kesana.

Pikiran menjadi tak menentu benarkah yang kabar tentang pak mansyur ini? Memang beberapa waktu lalu sempat beliau terlihat muntah-muntah saat tawuran di unhas kemaren (baca batu itu terlontar lagi). Biasanya pak mansyur setelah itu sehat kembali. Tapi kali ini lain….

Teras lantai I Pondok telaga safar, sore hari senin 3 maret 2008

Jadi ji anak2 mau pergi ke plamonia? Liat pak mansyur?, “saya pergi ji kalo anak2 pergi” dwi bersemangat. Mendung semakin menebal. Deru mesin motor memasuki halaman telaga safar yang seperti luncuran itu. Heru dan dadi datang. “hoooi…. Bayar listrik ta kak dadi” dwi mengingatkan sampai tertawa. “iya nanti pi” dadi berlalu sambil tertawa pula.

“Besok saja kita pergi, pak mansyur mungkin tidak bisa dijenguk lagi istrirahat” . kami mengiyakan

Makassar, hari kepergiannya, selasa 4 maret 2008

Setelah mendengar kabar dari dwi yang singkat itu, titik keberangkatan kami pusatkan dari ELSIM. Bersama arya, ballo ka cimeng, dwi, fajar, fufu, ridho dan bento kami berangkat menuju rumah duka di panampu. Arya sempat membeli helm baru untuk boncengannya.

Sesampainya di rumah duka ternyata sudah banyak pelayat yang memadati sejak pagi. Terlihat dosen-dosen dan para staff administrasi dari unhas. Pak ancupun turut hadir. Ibu heny yang telah pindah tugas itupun ada disana.

Matahari semakin meninggi menuju waktu sholat dzuhur, jenazah pak mansyur siap diberangkatkan menuju pekuburan yang renacananya akan dikuburkan di kompleks kuburan keluarga unhas pa’tene kompleks tol.

Deru kenderaan bermotor bercampur isak tangis mengiringi berangkatnya rombongan jenazah menuju masjid almarkaz untuk dishalatkan disana. Selanjutnya bertolak menuju rektorat unhas karena ada acara pelepasan dari kampus. Bapak rektor sendiri yang melepas. Sepanjang perjalanan menuju rektor dengan menumpang pada motornya ballo, kami berbicara dalam hening, mengenang semua yang pernah terjadi dengan beliau.

Guru sekaligus orang tua bagi kami yang tak kenal lelah memberi semangat untuk terus belajar dan belajar. “Bentara ilmu pengetahuan sangatlah luas” serunya suatu waktu di perkuliahan. “kita tidak akan tahu luasnya jika kita berhenti mencarinya”.

Tiba di gedung rektorat (bersambung...)

Sabtu, 01 Maret 2008

Air laut, ikan betina dan pizza bugis.

Pagi hari, sebenarnya sudah siang tapi matahari tertutup awan hitam yang tak membolehkan sinarnya untuk lewat sedikit saja menerangi bumi telaga safar sabtu ini. Fitri terlihat sibuk dengan jergen dan ember besar yang berisi air laut. “buat praktek katanya” ketika ditanya untuk apa air tersebut di saring. Pertanyaan seputar air laut, salinistas garam sampai alat untuk mengukur berapa salinistas garam yang terkandung dalam air laut hingga perbedaan ikan jantan dan ikan betina bergulir dengan cepat dan si fitri menjawabnya dengan enteng. “Ikan jantan kurus dan panjang, sedangkan yang betina gemuk dan pendek.” Andis pun manggut-manggut mengiyakan.

Air laut mengandung banyak garam sehingga tidak ada ikan yang berpenyakit gondok. Begitu kesimpulan yang dapat ditarik. “Sama halnya kelinci tidak ada yang pake kacamata karena suka wortel”, dwi ikut-ikutan menimpali. Berderai kembali tawa sekitar di dapur safar pagi itu.

Andis masuk ke kamarnya dan keluar dengan sepiring besar kue yang bentuknya seperti telur dadar, terbuat dari terigu hanya agak sedikit tebal. “ini mi orang bilang pizza bugis, lebih suka ka’ yang agak gosong sedikit”. Kami semua mencobanya. Enak…Andis melanjutkan, minyaknya sedikit saja waktu menggorengnya.

Tak berapa lama fitri selesai dengan pekerjaan menyaring air lautnya. “yah… ndak penuh ki ndak cukup” sedikit kecewa, tapi akhirnya tersenyum kembali.

Di luar gerimis pelan-pelan, telaga safar kembali sibuk, seperti biasa……