Senin, 22 September 2008

Puasa hari kedua puluh dua, "romansa"

Pagi ini kulihat ranes baru bangun. Dengan mukanya yang kusut itu justru menimbulkan kesan lucu. Dengan berjongkok di depan pintu antara dapur menuju kamar mandi sambil menunggu giliran, kulihat ranes memandang jauh kedepan. entah apa yang dipikirkannya. Ketika tak sengaja dia menegokkan kepalanya, mata kami beradu. Spontan dia membuang mukanya. Untunglah keadaan ini tidak berlangsung lama,karena tidak lama kemudian dia memanggilku dan bercerita soal NSP barunya yang terdengar aneh. Ranes juga mengutarakan keinginannya untuk membelikan Satu dus montea rasa black currant dan ale-ale untuk Mamanya Risma yang sering menanyakannya.

Matahari mulai menanjak siang ketika aku berangkat menuju kampus setelah bersama ranes membeli semua yang diutarakannya tadi.

Pasar hari ini terlihat rame. Setelah pembongkaran korps minggu lalu, maka tempat nongkrong anak-anak pun berpindah. Ada yang lebih memilih pewe (pariwisata) dengan alasan dekat dengan tempat kuliah dan ada pula yang lebih sering di pasar meskipun mace tidak ada. Aku termasuk salah satu yang memilih pasar sebagai tempat nongkrong karena disini banyak pohon yang rindang dan dekat dengan mesjid bila ingin tidur-tiduran.

Hari ini sebenarnya ada acara seminar proposal milik Ica, Nire dan Didi. Tetapi aku datang terlambat jadi aku tidak sempat melihat mereka seminar, aku hanya bisa mengucapkan selamat kepada mereka ketika seminar itu telah usai.

Ketika sedang bercengkerama dengan teman-teman yang lain, datang lah beberapa orang maba yang ingin minta tanda tangan. Aku mengenal salah seorang diantara mereka, yaitu jo'. Dia memang sangat aktif bergerak ke sana kemari dalam kegiatan terakhir kosmik yaitu buka puasa meskipun dia bukan muslim. Sewaktu memindahkan barang-barang laboratorium dan jurusan serta korps kemarin pun dia sangat antusias. Sehingga diantara teman-temannya, apalagi dengan namanya yang simpel, "JO" dia cukup terkenal.

Seiring berjalannya matahari menuju barat, anak-anak di pasar semakin berdatangan. Entah siapa yang memulai, tahu-tahu di laptop milik taro telah diputar film dokumentasi frame 04 (ospek 2004). Aku pun ikut nimbrung bersama anak-anak yang lain larut dalam sukacita menertawakan tingkah laku lucu mahasiswa angkatan 2004 yang sedang diospek seperti eci, darma, taro, dwi, ema, azmi, mbak wuri, wiwie, aci, dkk.

Dokumentasi seperti itu membawa kenangan lama akan masa-masa jahiliyah perekrutan dan penerimaan mahasiswa baru yang penuh dengan perpeloncoan. Ada sakit hati, tawa dan tangis. Tetapi momen-momen seperti ini tidak akan lagi dirasakan semenjak angkatan 2006 masuk kemarin. Era seperti itu kini telah berubah. Seiring dengan itu pula kekerasan dan penindasan mulai terkikis. Seperti halnya rasa hormat yang kian berkurang. Entah mungkin ini perasaanku saja. Biar bagaimanapun yang terpenting rasa kebersamaan mesti dipupuk dengan ataupun tanpa kekerasan.

Adzan magrib tak terasa mulai terdengar, ah malam ini aku rindu lagi
Meskipun dekat, aku selalu rindu,
Rindu sekali.........

Kamis, 18 September 2008

Puasa hari ke delapan belas, "menjelang ulang tahun ina..."

Ranes masih bermuka masam kepadaku. Tapi kali ini aku berharap ia masih memaafkanku soal kemarin. Dan akhirnya ia mengajakku berbicara untuk menginformasikan bahwa besok Ina akan berulang tahun.

Rabu, 17 September 2008

Sudut mata yang terbuka dari buka puasa

Matahari tamalanrea mulai berkurang rasa panasnya ketika hari sudah sore dan saya melihat motor biru milik Jun terparkir di depan telaga safar. Setelah sebelumnya ada info bahwa hari ini ada buka puasa di rumahnya sari (kosmik 06), maka kami berboncengan menuju ke sana. Meskipun Blok M BTP tidak sama blok M di Jakarta, tetapi rumah sari 06 yang berada disini bisa mempunyai nilai lebih Karena sebentar lagi akan menjadi salah satu saksi tempat berkumpulnya anak kosmik di makassar dalam ajang buka puasa.

Suara adzan berkumandang tidak berapa lama setelah kami tiba. Dalam jarak pandangan mata ini, saya masih dapat membedakan yang mana maba dan senior diatasnya (2007) apalagi 2004 hingga 2002. Kebetulan hanya saya dan patang angkatan 2001 yang hadir disini. dari 2002 ada jun sendiri. Kemudian angkatan-angkatan muda lainnya yang jumlahnya masih agak banyak.

Di jajaran Maba, seorang gadis manis dengan pakaian putih yang menawan serta rambut hitamnya yang gelap menambah kesan elegan dalam dirinya. Mel, saya mendengar teman-temannya memanggilnya begitu. Mungkin dia termasuk salah satu bidadari kosmik 08 ini. gerak-geriknya yang lincah kuperhatikan dengan seksama. Ketika salah satu anak 06, rakhmawaty la’lang yang berasal dari Jakarta sedang membidikkan kamera untuk dokumentasi, mel memperhatikannya dengan mata tak berkedip. Ada kesan takjub yang saya tangkap. Selanjutnya hal ini ditindaklanjutinya sendiri dengan bertanya langsung pada rakhma, sehingga terjadilah kursus kilat memegang dan mempergunakan kamera DSLR itu.

Perhatian saya kemudian berpindah-pindah, mulai pada ode dan arya yang sedang berbincang serius, kemudian ada santy yang sedang bercengkerama dengan anak-anak 07 lalu pada lilies yang baru-baru ini berulang tahun. Mbak sisca yang hilir mudik serta ain dan sari yang masih sibuk di dapur bersama lisda, semuanya dari angkatan 2006.

Maba tahun in bisa dibilang cukup lincah, pendapat ini berasal dari saya, jadi terserah yang lain mau bilang apa. Mereka (maba) segera tahu apa yang harus dilakukan setelah ada tugas yang di serahkan kepadanya. Seperti Idham, maba 08 ini tengah serius mendengarkan jawaban dari pertanyaan yang ia lontarkan kepada patang 01 mengenai kosmik itu sendiri. Ini merupakan satu tugas dari salah biro di kosmik yaitu membuat profil tentang senior kosmik. Patang 01 selaku mantan ketua korps pun dipilih idham untuk menjadi profilnya. Di beberapa sudut lain terlihat seorang maba cewe’ (manis juga, tapi saya lupa namanya) sedang mengerubungi fitri 04 yang sempat bekerja di kompas makassar beberapa waktu lalu. Maba tersebut juga sangat antusias mendengarkan kata demi kata yang meluncur dari mulut fitri tesebut.

Tawa renyah beradu dengan bunyi sendok dan piring serta harumnya kuah sayur dan ayam yang tadi dimasak sebagai makanan setelah berbuka puasa degan es buah, masih terasa sampai malam ini.

Ah suasana seperti itu kembali saya rindukan sehingga membuat saya terjaga dari tidur dan mencoba menuliskannya disini.




Puasa hari ketujuhbelas, "arya ujian meja, dwi online dari kampung"

Senin, 15 September 2008

Puasa hari kelimabelas, "rabu nanti arya ujian..."


Ketika tiba di pasar siang ini yang telah dipadati para naga yang tengah sibuk mengurusi tugas akhir masing-masing, aku melihat arya sedang mempersiapkan beberapa map plastic merah yang berisi semacam paper. Arya mengatakan itu adalah laporan akhir skripsinya yang berwujud film documenter. Rupanya rabu nanti arya akan menghadapi ujian meja dan siang ini akan pergi mengantarkan undangan sekaligus film documenter ke rumah para penguji dan pembimbingnya. Aku menawarkan menemaninya dan ia pun menyambut baik tawaranku. Bergegas kami menuju pewe (pariwisata) tempat motor milik ridho yang tadi sudah dipinjam arya akan kami pakai.

Bertolak dari depan pewe kami menuju deanet untuk mengambil helm kecil. Selanjutnya kami memulai perjalan mengantar undangan ini dengan tujuan pertama adalah stikom fajar, tempat Ka Ompe’(pak akbar) berada. Hari sudah menjelang sore ketika motor thunder yang kami kendarai memasuki daerah parkir Stikom Fajar yang telah berubah nama menjadi UNIFA (universitas fajar) ini. Ka ompe kebetulan melaksanakan shalat ketika kami tiba, jadi Beliau mempersilahkan kami mnuggu sebentar.

Setelah undangan untuk ka ompe diserahkan, kami pun kembali ke tamalanrea menuju perumahan dosen. Disitu ada dua tempat tujuan kami. Yaitu rumah kak mul (Pak mulyadi mau) dan pak edi (pak edy soedjono). Rumah kak mul terletak di ujung jalan bersebelahan dengan rumah pak mursalim, blok dan nomornya aku lupa. Yang jelas di depan rumah kak mul ada sebuah mesjid, dan tak jauh dari situ juga terletak rumah kak soni. Ketika pintu dibuka, ternyata kak mul yang langsung membukakan pintu rumahnya. Beliu terlihat kecapean di tengah suasana sore yang masih agak panas ini. kak mul memang masih sakit-sakitan beberapa tahun belakangan ini. tetapi semangatnya dalam mentransformasikan ilmu kepada kami tidak pernah surut. Meskipun sangat dipahaminya bahwa gaji seorang dosen tidaklah seberapa. Kami sempat berbincang sedikit menenai keadaan jurusan ilmu komunikasi hingga nasib laboratorium yang memprihatinkan itu.

Lambaian tangan kak mul bersama arif, anaknya yang bungsu masih terlihat ketika motor kami meninggalkan rumahnya. Deru halus motor itu mengiringi perjalanan kami mnuju tujuan selanjutnya yaitu rumah pak edi. Aku tahu persis rumah pak edi, karena sejak zaman kak adol (kosmik 97) masih kuliah aku sudah di perlihatkan sewaktu mengantar undangan yang sama seperti saat ini. Rumah tersebut berpagar besi berwarna hijau. Di samping rumah, bertengger mobil kijang inova berwarna krem. Dari situ kami tahu bahwa pak edi sedang berada di rumah. Kami pun melangkah masuk di dahului oleh arya. Aku menyusul kemudian ketika melihat istri pak edi sudah membukakan pintu. Tidak lama kemudian pak edi muncul dan menerima langsung undangan tersebut. Arya sempat menanyakan nomor hp pak subhan yang juga menjadi penguji nanti. Karena rumah pak subhan tidak diketahui pasti. Setelah arya menerima nomor dari pak edi dan mnelpon pak subhan, ternyata saat itu ia berada di rumahnya yang berada di BTP. Aku tahu rumah itu karena beberapa waktu lalu, aku bersama khalid mencari pak subhan untuk keperluan perbaikan nilai.

Rumah pak subhan yang di BTP terletak di blok A bernomor 633. rumah itu mudah di dapat karena tidak jauh dari jalan utama BTP. Ketika kami sampai disana ternyata pak subhan sedang keluar sebentar. Jadi kami menitipkannya pada istrinya karena arya sudah memberitahukannya kepada pak subhan.

Sebenarnya tujuan selanjutnya adalah rumah pak nadjib, tetapi arya akan mengantarkannya bersama ecy malam hari nanti, jadi hari ini pak subhan menjadi tujuan terkahir kami. Motor yang kami tumpangi diarahkan arya kembali ke kampus.

Aku pun kembali ke pondokan dan selajutnya menuju warnet karena telah gelap.

Hal pertama yang aku lakukan adalah berdoa untuk arya untuk hari rabu nanti. Insya Allah, Tuhan selalu membukakan pintu-pintu rahmatnya bagi para penuntut ilmu begitu pula sayap-sayap malaikat yang dibentangkan.

Minggu, 14 September 2008

Puasa hari keempatbelas, "Kosmik dalam raga yang pindah dan hati yang masih sama"

Mataku memandang menysuri area gedung FIS, sepanjang fakultas ekonomi, sospol dan sastra yang telah dibongkar gentengnya dan kini menjadi gedung yang bolong atasnya. Pemandangan yang menakjubkan tidak jauh beda dengan lokasi di adegan film perang yang melibatkan penghancuran gedung-gedung.

Sekretariat kosmik atau yang familiar di telinga kami dengan sebutan korps juga bernasib sama. Ruangan yang dulunya bekas kamar mandi berukuran 6 x 5 meter itu pun juga harus dibongkar. Barang-barang korps di hari sebelumnya telah dipindahkan ke rumah wakil ketua korps, khaerul di BTP. Yang tersisa kini hanyalah sebuah lemari tempat penyimpanan buku dan arsip-arsip.

Korps, selain merupakan tempat rapat bagi pengurus kosmik, juga menjadi persinggahan untuk melepas lelah sehabis kuliah. Otomatis berbagai aktivitas bisa terjadi di dalamnya. Nonton TV, bediskusi kecil-kecilan, ngobrol ngalar ngidul serta menjadi tempat tidur adalah fungsi tak tertulis lainnya dari korps ini. Seiring perkembangan zaman dengan masuknya internet wifi di kampus unhas, maka korps pun ikut menjadi warnet gratis di tengah hiruk pikuk perkuliahan. Ada satu lagi fungsi menarik dari korps, yaitu tempat bermain playstation. Dengan TV korps yang lumayan besar itu, maka suasana bermain game playstasion pun menjadi mengasyikkan. Apalagi di bulan puasa ini. Kelaparan dan haus waktu puasa bisa sedikit teratasi dengan beberapa aktivitas ini.

Dengan dibongkarnya korps dan ruangan lain di fisip termasuk laboratorium yang berumur muda dan penggunaannya yang belum maksimal itu membuat aku tidak dapat berkata apa-apa selain berharap didalam hati dan mudah-mudahan akan selalu sama dengan teman-teman lain. Kosmik memang berkedudukan di korps dengan berbentuk ruangan ukuran sedang. Tetapi bukan berarti dengan tidak adanya korps karena sedang dibongkar itu menjadikan kosmik hilang bersama wujud korps itu sendiri. Setelah membaca salah satu tulisan di milis kosmik yang beasal dari kegelisahan cokke, aku sangat tergugah dan berharap kita semua akan selalu mewujudkan kosmik di mana saja. di mulai dari hati masing-masing kita.

Sabtu, 13 September 2008

Kuda Tunggangan yang bernama Renovasi

Entah apa yang ada di benak para pengambil kebijakan yang bertempat di gedung berlantai delapan dengan warna aneh di kampus merah ini. “Penghancuran” secara ekstrem saya menyebutnya demikian atas proses yang tengah dilakukan terhadap gedung FIS ini. Itu juga karena bunyi pecahan genteng satu beradu dengan pecahan genteng lain dan benda-benda yang dijatuhinya terdengar beberapa hari terakhir.

Disebut proyek penggantian genteng dan langit-langit, karena atap gedung FIS ini memang merupakan gedung pertama di kampus unhas tamalanrea sejak tahun 80-an silam. sebenarnya peremajaan telah dilakukan sekitar pertengahan 2005 kemarin. Tetapi itu hanya terbatas pada penggantian lantai dan plafon, itupun tidak secara utuh.

Saya teringat kembali tahun 2002 silam ketika anak-anak harus memindahkan korps dari FIS IV lantai bawah karena perseteruan dengan pihak BEM FISIP hingga membuat kak harwan (ketua korps waktu itu) harus mengangkat tongkat komando dengan instruksi kosmik menarik diri dari kema fisip. Waktu itu ada beberapa oknum yang tidak bertanggungjawab memanfaatkan momen ini untuk membekukan lembaga kemahasiswaan. Hasilnya sejak berpisahnya KOSMIK dari BEM FISIP, menjadi seuah alasan yang terkesan dibuat-buat menyebabkan penyakit mati suri berjangkit di antara HMJ-HMJ Se-FISIP. Ini berlanjut pada prosesi penerimaan MABA sejak tahun 2006 yang dengan kekuatannya pihak rektorat menindas lembaga kemahasiswaan pada tingkatan pengkaderan dengan konsekuensi yang berat yaitu “skorsing” bagi siapa saja yang berani menyelenggarakan pengkaderan di luar dari pengkaderan resmi yang diadakan rektorat.

Di kondisi seperti sekarang pun tidak jauh beda. Dalih pembangunan yang berwujud renovasi kembali digulirkan rektorat. Mungkin ini terlalu naïf, di kalangan universitas gaung protes terhadap kebijakan-kebijakan kampus memang sering datang dari arah fakultas non eksakta (ekonomi, sospol hukum dan sastra). Terkadang rektorat kehabisan akal menghadapi suara dari anak-anaknya sendiri ini. Pada akhirnya tindakan represif pun sering menjadi pilihan. Kita tidak perlu lagi menyebutkan kasus-kasus kebakaran yang menimpa himpunan bahkan ruang kuliah dengan penyebab yang tidak jelas dan teror-teror terhadap para aktivis kampus oleh oknum preman yang dipelihara oleh rektorat.

Renovasi yang tidak pada waktunya. Ditambah lagi bertepatan dengan bulan puasa dan dalam waktu dekat akan diadakan laporan tahunan tentang keadaan keuangan dan pembangunan unhas. Saya tidak tahu harus bagaimana ketika melihat genteng-genteng itu diluncurkan satu persatu dari tempatnya, anak-anak kosmik yang sedang berpuasa memikul barang-barang, senyuman puas dari para kontraktor dan pemborong proyek ini serta tidak lupa orang-orang di rektorat yang mungkin saat ini telah menghitung keuntungan di meja-meja licin dan ruangan harum ber-AC.

Puasa hari ketigabelas, " ...dan jurusan pun pindah"

Jumat, 12 September 2008

Puasa hari keduabelas, "Lilies '06 ulang tahun.."

Pintu pondokan lantai atas terbuka subuh ini tidak biasanya. Aku pun langsung naik ke atas. Aku yakin Ranes masih tidur tetapi aku tidak melihatnya di kamarnya, sudah pasti dia tidur di kamar sebelah dengan ina.
Bersama



Kamis, 11 September 2008

Puasa hari kesebelas, "buka bersama sabtu nanti..."

Langkah kakiku tertahan ketika melihat ke dalam kamar ranes, karena yang berada disana bukan ranes. Beberapa saat kemudian aku mendapati jawaban atas kebingungan ini. Mina yang kebetulan lewat di depanku mengatakan bahwa ada teman ranes yang menginap di kamar itu. Teringat kemarin ina yang merintih menahan sakit atas perutnya yang rasanya seperti melilit. “Itu seperti gejala penyakit maag” kata mina sambil mencoba menenangkan Ina kemarin.

Matahari pagi yang menyingsing turut membangunkan aku disamping suara pintu warnet yang pagi ini di buka ka anwar lebih awal. Setelah menutup laporan, aku menuju ke pondokan. Ketika sedang asyik aku memperbaiki ikat pinggang yang sudah mulai usang ini, aku seperti mendengar suara siulan khas yang memanggilku. Aku mencri sumber suara itu, dan mendapati ranes tengah berdiri di depan pondokan dengan kaus birunya bergambar ukiran toraja sambil tersenyum dan gerakan tangan menyuruhku naik ke atas. Rupanya dia ingin menyetor uangnya di rekening tabungannya. Dia menitipkannya padaku karena ada BANK BRI di dalam kampus. Aku pun menerimanya dan bergegas menuju kampus.

Tangga art yang merupakan bagian dari FIS IV ini dipenuhi beberapa mahasiswa dari FISIP. Aku tak tahu anak jurusan apa dan angkatan berapa, yang jelas selepas berpisahnya kosmik 2002 silam dari Kema FISIP anak-anak dari luar kosmik sudah jarang ku kenali lagi. Aku melangkah naik menuju korps melalui tangga ini. Aku ingat sekali di tangga ini di tahun-tahun yang lalu biasa di pakai anak-anak untuk sekedar duduk sambil main gitar dan bercanda menunggu jam masuk kuliah. Dinamai art karena dulu selalu lahir ide-ide gila untuk mempentaskan berbagai macam seni, musik atau pun diskusi kecil seputaran masalah kerakyatan. Namun kini zaman telah berganti. Nyawa dan semangat bermahasiswa seperti itu kini mulai pudar. Entah itu disebabkan oleh penghapusan sistem penerimaan mahasiswa baru yang mulanya diserahkan sepenuhnya pada senat untuk mengkader jiwa-jiwa baru, ataukah memang semangat perjuangan dalam diri mahasiswa ini sudah mulai tergantikan dengan komersialisasi segala lini kehidupan. Aku tak tahu

Ketika tiba di korps aku mendapat beberapa anak kosmik. Dan seperti biasa penghuni utama korps ini akan di dominasi oleh angkatan yang menjabat pada periode yang sedang berjalan. disadari atau tidak memang itulah yang terjadi. Generasi tua akan mulai menyingkir, dan generasi muda yang masih takut-takut untuk masuk ke dalam korps. Aku sempat melihat seorang Mahasiswa baru membawa sebuah pamflet dan sebuah kertas yang ada gambar petanya. Aku menebak itu pasti informasi acara buka puasa.

Benar saja, pamflet yang berisikan undangan buka puasa bersama itu mempunyai lampiran peta tempat acara buka puasa yang insya allah akan diadakan pada, (berikut saya contek saja dari milis kosmik)

hari /tanggal : sabtu, 13 september 2008

tempat : puri taman sari blok G5 / 11 ( toddopuli 6 )

jam : mulai pukul 4 sore (karena ada beberapa acara, seperti pemutaran film dan ceramah agama)

Ah.... akhirnya setelah menunggu sekian lama acara berbuka bersama anak kosmik kembali diadakan. Aku selalu optimis, saat seperti ini merupakan salah ajang untuk berkumpul dan melepas rindu dengan teman, adik, kanda, pacar, mantan pacar, odo-odo', mantan odo-odo', rival maupun mantan rival. Kejadian-kejadian tak terduga pasti akan terjadi nanti, kita tunggu saja.

Rabu, 10 September 2008

Puasa hari kesepuluh, "Ina sakit..."

Angin berhembus lagi pagi ini ketika baru saja aku memutar kunci pintu warnet dan beranjak menuju pondokan untuk sahur. Sambil menenteng notebook milik wiwik yang kemarin dia titipkan padaku langkahku kuseret melintasi jalur hijau depan unhas kemudian menyeberang hingga ke jalan politeknik yang dimulai dari pintu nol itu. 

Sampai di pondokan aku membuka pintu kamar fajar dan mendapati kak harwan sedang asyik membaca novel dan brown (milik dwi/kak yusran) yang sempat kujadikan skripsi kemarin. Sudah pukul 3 pagi, tapi kak harwan masih bertahan dan tenggelam dalam samudra kisah yang dituliskan Dan Brown pagi ini. Sambil tersenyum aku berlalu dan melangkah ke lantai atas. 

Pintu kamar Ina ku ketuk untuk membangunkan ranes dan ina yang masih tidur. Tiak lama terdengar suara Ina yang mnandakan mereka sudah terjaga. Pintu di buka dan ranes keluar menuju dapur memasak air. Setelah mendidih ia membawa air tersebut ke kamar Ina, lalu memanggilku makan bersama.

Senin, 08 September 2008

Puasa hari kedelapan, "ilo kembali ke jakarta"

Hawa angin malam yang menusuk sampai ke dalam kamar Ina subuh ini membuatku mendekap bantal di depanku lebih erat. Ranes sedang memasukkan nasi ke mulutnya dengan lahap. Aku selalu merasa senang jika melihatnya makan dengan semangat seperti itu.

Siang nanti ilo akan pulang kembali ke jakarta. Aku masih melihatnya subuh ini menelpon dengan posisi badan yang berbaring di kamarnya fajar. Mungkin salam-salaman terakhir di makassar dengan yani.

Ilo masih serius menelpon dan sesekali tersenyum menatap kami dengan mata sayunya. Aku hanya merasa geli dengan teman yang satu ini. Pencarian cinta yang sejati (dan terakhir) dengan pengorbanan tak ternilai.

Aku pun hanya bisa berdoa sambil berlalu, mungkin ini terakhir kita ketemu untuk saat ini.

Selamat jalan Lo, Allah selalu bersamamu.




Minggu, 07 September 2008

Puasa hari ketujuh, "pertemuan tak terduga di dunia yang dilipat"

Pagi ini aku berkesempatan pulang lebih awal. Ranes masih tidur ketika aku mengetuk pintu kamarnya. Dia terbangun dan mengucek matanya dan bertanya sudah jam berapakah saat itu? aku bilang sudah jam 3. Antara sadar dan tidak ranes membawa langkahnya menuju kamar mandi untuk cuci muka, aku tertawa melihat tingkahnya seperti itu.

Hari ini begitu panas, meskipun masih pagi tetapi matahari sudah sangat terik. aku melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 8 pagi begitu aku tiba di xtra, pengunjung belum ada yang datang. Aku pun masuk kembali ke dunia ini, dunia yang dilipat.

Yahoo messenger adalah sebuah aplikasi untuk bercakap-cakap dengan teman, saudara, kerabat, guru, pacar, musuh, nenek, kakek, dan apa saja di dunia ini. Dengan syarat ia bisa mengetik dan membaca. Hanya saja aplikasi ini terbatas pada pemilik email yahoo saja. Yah mungkin sedikit narsis dan tertutup. Tapi di zaman sekarang, siapa sih yang tidak kenal yahoo ? Belakangan ini yahoo sudah mengembangkan jangkauan yahoo messengernya hingga bisa chat (ngomong) dengan pemilik hotmail. "Ye-Em" Sebutan gaul buat yahoo messenger, siang ini aku iseng-iseng menyapa teman-teman yang ada di daftar YM ku. Ketika baru beberapa kata ku ketik untuk temanku yang bernama "sharon keisha" aku melihat sebuah e-mail masuk berasal dari Puput 01. Aku terhenti sebentar, Puput? Puput yang itu kah? Puput teman angkatanku yang dulu setelah menikah tidak pernah lagi terdengar kabarnya.

Aku pun membuka inbox ku dan mendapati memang puput itu. Mempunyai nama panjang amelia putri, puput merupakan teman yang sangat menyenangkan. Tidak saja cantik, tetapi dia mempunyai berbagai macam keahlian yang jarang dimiliki kaum hawa lainnya. Musik, puput sangat piawai memainkan gitar, terkhusus bagian Bass, dan piano. Seni lukis, gambar anime yang ada di komik-komik itu bisa dibuatnya dengan singkat. Dia juga menciptakan karakter-karakter kartun teman-temannya. Aku pernah melihatnya melukis Ira (teman kami yang berjilbab sekarang berada di pulau antah berantah) dengan sangat lucu. Aku pun pernah di buatkan karikatur tentang ospek (gambar serigala imut). Pernah juga ketika puasa tahun pertama waktu masih mahasiswa baru menjelang idul fitri, aku minta dibuatkan kartu lebaran yang ada gambar sailormoon lagi memegang ketupat. Menulis, fotografi, Dunia broadcasting semua pernah pernah dilaluinya di makassar. Maka tak heran jabatan produser salah satu acara prambors sempat di pegangnya.

Tahun berganti, penampilan puput yang awalnya tomboy dengan rambut pendek dan cepak berubah menjadi sosok anggun yang dibalut dengan jilbab. Bersamaan dengan itu, ia berkenalan dengan seorang senior dari jurusan lain (saya ingat namanya tapi tidak usah ditulis disini). Dari perkenalan itu mereka memutuskan untuk menikah dan memiliki anak. Setelah itu puput tinggal di makassar sampai februari tahun 2007. Kabarnya tak terdengar hingga puput melahirkan seorang anak laki-laki yang lucu (foto dan namanya barukuketahui dari hasil pertemuan kami di dunia maya ini).

Aku melihat isi surat yang puput kirimkan berisi pertanyaan apakah masih ada yang mengingatnya atau tidak?. Spontan aku menjawabnya melalui milis. Dari tanggal pengirimannya ku ketahui surat itu baru dikirmkan 1 menit yang lalu. Aku langsung memasukkan dalam daftar temanku, dan hasilnya..... sebuah seruan panjang dari puput : "RAHE..............!!!"

Aku pun suka cita menjawabnya. Tak terasa tetes air mataku meleleh (biar keren dan sedikit menyentuh, hehehe). Kami pun saling menanyakan kabar. Dari percakapan ini aku baru tahu puput sempat mengalami cobaan dan masa-masa sulit dalam hidupnya. Itu terjadi sekitar tahun 2007 lalu. Setelah menderita demam berdarah pada titik akut dan masuk rumah sakit, ditambah dengan meninggalnya sang ayah secara tiba-tiba membuat penopang hidup di keluarganya tidak ada. Hal ini membuat puput mengalami depresi berat dan berujung pada temporary amnesia. Aku tidak dapat membayangkan sosok yang sangat lembut itu menghadapi semua rintangan ini. Tetapi dengan kekuatannya, Puput tetap tegar. Cahaya mata zidane (anaknya yang lahir waktu final piala dunia 2006) termasuk yang memperkuat keteguhan hati puput.




Kini puput bekerja di Showroom Hyundai, di sela-sela kesibukannya dia membuka kursus menggambar komik. Tempat kursus ini dikelolanya bersama adikynya rahma yang lulus di LP3i. Karena bakat keduanya yang hampir mirip pada seni lukis ini, maka sekolah yang dibangunnya baru beberapa bulan ini sudah mempunyai murid yang lumayan banyak.



Puput online dari rumahnya, hari minggu begini dia libur. Jadinya di rumah mengurus si kecil zidane. Puput sempat menanyakan kapan kita bisa reunian kembali dengan teman-teman, aku pun meniatkan dalam hati suatu saat nanti kita akan berkumpul bersama kembali meskipun hanya dalam waktu singkat.



Aku jadi ingat kembali, semuanya, BLUR 01, kabar anak-anak...
ah puput, semoga engkau selalu dilindungi yang maha kuasa
kuatkan hatimu ya.....
kami selalu mendukungmu....


Ini profil puput :

http://www.perfspot.com/profile.asp?uid=99BB1D2D-A41F-4FF5-9398-82535CDA4947







Sabtu, 06 September 2008

Puasa hari keenam, "cerita kecil dari sudut antang"

Aku tersentak bangun ketika guncangan kecil menghampiriku. Aku sangat terkejut melihat dengan jelas ranes berdiri dihadapanku sedang tersenyum. Lalu dengan langkah perlahan membalik badannya dan berjalan ke arah luar, aku pun mengikutinya. Dia lalu bertanya mengapa aku tak pulang untuk sahur, lalu ku jelaskan bahwa aku menemani seorang yang sedang mendownload programnya, tidak enak ditinggal sendirian dan Ranes pun mengerti. Kedatangannya ke warnet mngabarkan bahwa ia akan masuk pagi, sehingga otomatis dia akan pulang kepondokan sore hari nanti.

Matahari pagi sudah mulai agak keras sinarnya. Aku pulang ke pondokan segera setelah ardi datang. Aku ingat hari ini akan ada acara buka puasa di rumah Kak Syam, sekaligus mungkin sebagai acara perpisahan. Dosen yang menjadi pembimbingku dalam menyelsaikan skripsi ku kemarin itu akan berangkat menuntut ilmu lagi dalam pencapaian gelar Doktor (S3) nya di Melbourne, Australia hari selasa 9 september 2008 nanti.

Jumat, 05 September 2008

Puasa hari kelima, "sehari tak bersamamu..."

Pukul setengah empat pagi aku dibangunkan ka anwar, setelah tadi mengcapture beberapa gambar dari video wisuda nya ke computer, aku tertidur. Kini sudah hampir imsyak. Aku tidak pulang ke pondokan, karena masih ada Pak Hafied yang mendownload programnya. Apa boleh buat, hari ini sahur tanpa Ranes. Padahal kami berencana melanjutkan menjawab soal-soal di buku psikotest itu. Tak berapa lama adzan subuh pun berkumandang. Aku bergegas mengambil air wudhu dan shalat subuh di belakang meja operator ini. Sengaja aku shalat duluan karena takut nanti tidak sempat subuh. Dan setelah itu aku tertidur lagi.

Aku bangun ketika matahari sudah tinggi. Karena ardi sudah datang, maka aku pulang ke pondokan kemudian terus ke kampus. Shalat jum'at di dalam kampus tetap penuh meskipun bulan puasa. Mushalla di ekonomi maupun sastra tidak cukup menampung banyaknya jemaah yang ada. Aku pun ikut di barisan luar yang hanya beralaskan koran dan tenggelam dalam kekhusyukan masing-masing.

Sore hari ketika bingung mencari dimana akan berbuka puasa hari ini, jun tiba-tiba mengajakku untuk pergi berbuka bersama kak nara (senior kosmik yang kerja di kompas). Bersama Irwan, dan wanto, kami bertolak menuju rumah makan padang yang blum lama ini dibuka dan terletak dekat kantor Briton tamalanrea. Sampai disana telah ada lisda, dkk bersama kak nara telah menunggu. Acara berbuka ternyata telah dimulai dari tadi.

Semua makanan dan minuman yang terhidang di atas meja sangat lebih dari cukup, aku sempat tertegun beberapa saat seperti teman-teman di sekelilingku. Akan diapakan makanan begini banyak?

Pikiranku melayang mencari dirimu, aku membayangkan kau masih tegak berdiri dengan senyum manis yang sedikit dipaksakan demi sesuap nasi. Ah Ranes.....

Kamis, 04 September 2008

Puasa hari keempat, "jangan berjanji, tapi berbuatlah..."

Ranes memanggilku pagi ini. Ketika menjelang adzan subuh berkumandang, dia masih sempat meminum seteguk air untuk menghilangkan rasa manis di lidahnya karena sebelumnya segelas susu coklat habis diminumnya. Setelah itu ia mengajakku untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari buku psikotest yang ada di kamar ina. Soal-soal di buku itu gampang-gampang susah. Ada soal seperti ini,

Di tengah acara menjawab soal-soal itu, ranes sempat menanyakan dimna letak pondok Darussalam. Aku heran kenapa ia menanyakan tempat itu. Aku ingat nama pondokan itu karena aku, ilo, fajar, adi dan angga pernah tinggal di sana selama setahun sewaktu status kami masih menjadi mahasiswa baru 2001 silam. Pondokan itu memiliki kamar yang sangat mungil. Begitu muungilnya hingga Ilo yang tingi itu harus menundukan kepalanya bila akan masuk ke dalam kamarnya. Demikian halnya jika ingin mandi. Kamar mandi yang dimiliki juga sangat kecil.sehingga ada istilah dari angga untuk posisi mandi di kamar mandi tersebut. “tidak jelas itu duduk, jongkok atau berdiri”

Kata ranes ada temannya yang punya teman yang tinggal di Darussalam diwisuda hari ini, dan ia ingin peri ke sana tetapi tidak tahu jalannya. Aku pun langsung menyanggupi untuk mengatarkan teman ranes itu dan berjanji sore nanti akan menunggunya. Tetapi sampai matahari terbit ranes belum memberikan kepastian soal temannya itu. Hingga datang telepon dari temannya dan dia berbicara panjang lebar, aku pun tak ingin mengganggunya jadi aku turun ke bawah.

Kiranya matahari pagi sudah terbit, aku bergegas kembali ke warnet. Siangnya aku kembali ke pondokan, mencuci baju dan terus ke kampus. Di kampus sendiri, acara wisuda telah selesai, aku melihat dari kejauhan sosok Ilo sedang bersama seseorang yang mengenakan toga dan bersanggul layaknya putri keratin. Itu pasti Yani, tumpuan hati ilo yang membuatnya terbang melintasi beberapa pulau dan lautan hanya untuk menyaksikan Yani bertoga hari ini. Ku lihat mereka berjalan menuju pasar, aku mengikutinya hingga di pasar dan mendapati saudara-saudara dikosmik seperti yuda, kak riza, rani, kak yusran, dwi, arya, dan kak harwan. Seperti biasa, kalau sudah ngumpul seperti itu, pasti ada saja topic yang dibicarakan meskipun itu tidak jelas arahnya.siang itu pembicaraan mulai dari soal facebook, YM dan friendster sampai soal keberangkatan kak syam yang menurut kak riza tanggal 8 merupakan tanggal kepastian kak syam akan berangkat menuju Australia. Jadi ia menyarankan agar jika anak kosmik berencana mengadakan buka puasa di rumahnya sebaiknya dalam satu atau dua hari ke depan, agar sehari sebelum keberangkatannya kak syam bersama keularga sudah tenang.

Panas mtahari kampus, membuatku gerah. Aku memutuskan untuk pergi ke korps saja. Mengingat disana ada pendingin udara. Jun juga sepertinya berpikiran sama denganku. Jadinya kami berdua naik ke atas dan mendapati Korps sedang tenang-tenangnya. Hanya ada debra yang sedang bermain dengan kucing, lalu ada edi yang sedang tidur dan darma di bagian dalam sedang bersiap akan nonton film di laptop bersama wuri dan rahmat. Aku pun masuk dan membaca Koran sebentar. Hembusan angina pelan dari pendingin udara membuatku terbuai dan tertidur hingga menjelang magrib. Opan membangunkanku karena sebentar lagi akan buka puasa.

Ah… aku jadi lupa akan janjiku pada ranes untuk menunggui temannya yang akan pergi ke Darussalam. Aku mengutuki diriku sendiri sepanjang perjalan kembali ke warnet. Penyesalan memang tidak pernah datang duluan.


Rabu, 03 September 2008

Puasa hari ketiga, "dwi, jun dan ilo (pejuang-pejuang yang berdatangan)

Ina membukakan pintu lantai atas dengan ragu-ragu ketika ku ketok pintunya subuh tadi. Lantas ku bertanya apakah ranes sudah bangun. Tetapi yang kudapat hanyalah gelengan kepala Ina. Ternyata dari tadi malam ina belum bertemu dengan ranes, anehnya di kamarnya Kartu absen dan baju kerja ranes tergelatak di dalam lemari yang menandakan bahwa ranes sudah pulang tadi malam. Aku bingung. Hingga pagi tiba barulah ku ketahui ranes tidak bermalam di pondokan, ia bermalam di rumah temannya dan tak sempat makan malam apalagi sahur. Aku cemas, mana lagi sebentar siang yang terik dia harus ke tempat kerja nya lagi.

Matahari semakin merangkak pelan, tiba-tiba aku dikejutkan suara cempreng dari arah teras bersamaan dengan deru abu yang beterbangan ditimbulkan oleh mobil AVP berwarna perak. Dwi datang...!!!! Dengan menenteng tas laptop dan berbaju putih, dwi tiba. Tak lupa senyuman khas serta suara cemprengnya yang memecah kesunyian pondokan hari ini. Wah... bakalan rame lagi pondokan. Dari pernyataannya yang menggebu-gebu dengan tema "ingin menyelesaikan skripsinya secepat mungkin", aku seakan melihat sosok dwi saraswati hadir di tempat ini. Aura mistis pun seperti terpancar dari arah kamar milik dwi tersebut. Aku lalu berdoa untuk mendukung semangatnya itu.

Aku memutuskan untuk pergi ke korps, entah kenapa hari ini aku rindu korps lagi. Dan seperti gayung bersambut, tuhan memberikan kekuatan baru bagi kaki ini untuk bisa melangkah di tengah teriknya matahari yang diselimuti awan mendung melewati lapangan satu unhas, tugu volcom, taman segitiga rektorat, dan terakhir tangga art FIS IV menuju ruangan korps. Tiba disana telah ada Jun, mbak wuri, nida, echy, darma, yudha, ruztan, kapten, wawan, cokke, dan taro yang sedang tidur. Ada gitar yang nganggur, ku ambil dan kupetik sedikit untuk mengobati rasa rinduku akan suara gitar yang beberapa bulan ini tidak sempat ku dengarkan karena gitar milik patang yang biasa aku mainkan sedang dipinjam angga.

Tidak berapa lama, jun berinisiatif untuk memainkan lagu sambil mencari lirik dan cord gitarnya di internet. kebetulan ada laptop milik kapten (khaerul) yang sedang dipinjam. Jadilah suatu kombinasi yang apik : ada gitar, lirik lagu plus kuncinya di depan mata, dan para penyanyi sekaligus penonton yang ada di sekitar. Maka alunan lagu pun mulai mengalir. Lagu-lagu berbahasa inggris era 90-an yang dipilih jun karena memang jun suka sekali akan lagu barat. Dari backstreet boys, beeges, ronan keating, blue, westlife sampai savage garden. Ketika lagu trully , meadly deeply dilantunkan, Nire pun ikutan nyanyi bersama jun. Kami pun terkesima akan duet dadakan ini. Darma mengisyaratkan kepada semuanya untuk tenang. Jun dan Nire semakin bersemangat bernyanyi dengan syahdunya. Kami pun semakin bersorak karena terhibur akan aksi jun dan nire ini. Dari gerak-gerik jun agaknya dia sedang berjuang mencari simpati dari nire, ataukah ini hanya sebagai ajang latihan untuk mendekati seseorang lain di sana ? aku tak tahu, aku hanya bisa menebak-nebak. Acara menyanyi ini tak terasa berlangsung menjelang sore, sampai sedikit lagi waktu berbuka puasa. Anak-anak pun berpindah dari korps menuju pasar, karena sebelumnya ada informasi dari ain, bahwa mace akan mengadakan buka puasa bersama di situ.

Malam pun datang, aku bergegas menuju warnet. Dengan rutinitas yang sama dalam beberapa tahun ini, satu-satunya yang dapat menjadi alasanku masih disini adalah keyakinanku akan ranes. Entah itu saat ini, atau nanti bahkan di hari tua nanti, aku selalu yakin. Internet yang tiap hari aku temui ini sebagai pelajaran dan bekal bagi pencapaian kepadanya kelak.

Sedang asyik melihat apa yang sedang terjadi di dunia nyata dari dunia maya ini, aku dikejutkan oleh sesosok tubuh yang tinggi. Wajahnya sempat terhalang monitor di depanku. Tetapi ketika ku mencondongkan sedikit badanku kesamping, tampaklah wajah itu. Sumringah dan semangat, Ilo ternyata datang lagi. Menempuh perjalan ribuan kilometer melintasi pulau jawa, bali dan kalimantan untuk sampai di pula sulawesi ini. Semua itu untuk sebuah perjuangan masa depan. Dan masa depan itu di mulai dari besok, tanggal 4 september, hari dimana tambatan hatinya akan diwisuda.

Aku selalu berdoa agar semangat yang terpancar dari Dwi, Jun dan Ilo selalu di dengar yang maha kuasa. Ah... kekuatan semangat itu terasa mengalir di sekitar ku.


Selasa, 02 September 2008

Puasa hari kedua, "...dan musim pun berganti"

Sahur tadi ranes membangunkanku. Dia turun langsung ke kamar patang untuk membuatku terjaga, kemudian menyuruhku ke atas untuk makan disana. Sehabis sahur, ketika Ina sudah terlelap, Ranes masih ingin main game. Jadilah aku menemaninya main game kartu yang katanya pernah dimenangkannya waktu pertama kali memainkannya kemarin. Tapi ternyata kini permainan kartu itu terasa susah sekali. Akhirnya kami memilih main “bounce” saja. Balon-balon yang berjatuhan itu sangat disukai Ranes karena suaranya. Meskipun begitu kami hanya bisa menyelesaikannya sampai level 3 saja. Selalu game over pada level tersebut Karena susah sekali. Atau mungkin otak kami berdua yang tidak mampu ya? Ah tidak apa, yang penting kami menikmatinya saja. Tak terasa hari sudah mulai pagi, ranes pun mengantuk. Kemudian dia tertidur di samping Ina. Aku pun turun ke lantai bawah melanjutkan tidur ku.

Hari sudah siang ketika baru saja ku buka mataku. Sejenak aku berpikir akan kemana hari ini? Aku pun berinisiatif mandi dan berpakaian kemudian langsung menuju kampus. Tiba di sana, banyak sekali mahasiswa yang hilir mudik dengan urusannya masing-masing. Beberapa orang saja ku kenali sepanjang perjalanan menuju kampus tadi. Hm… rupanya orang-orang sudah berbeda dari tahun ke tahun. Kini tinggal dalam komunitas kosmik saja yang masih aku kenal, itu pun mahasiswa baru 2008 dan angkatan 2007 kemarin sebagian tidak dapat aku bedakan. Zaman betul-betul sudah berganti. Begitu pun musim perkuliahan yang sudah dimulai lagi bertepatan dengan bulan puasa tahun ini.

Mungkin inilah menjadi satu-satunya hal yang abadi di dunia ini, "Perubahan"

Senin, 01 September 2008

Puasa hari pertama, "Sesuatu yang tertunda"

Ramadhan baru memasuki hari pertama. Sahur pertama bersama ranes dan ina pagi tadi dengan makanan seadanya menambah semangat untuk puasa hari ini. Tak terasa saya tertidur bersama ranes dan ina di kamar ina setelah main computer. Setelah itu saya pindah ke kamarnya fajar dan meneruskan tidurku bersama dadi dan fajar.

Sinar matahari yang menandakan pagi tentu saja tidak terasa dari kamar yang tertutup rapat gorden dan jendela serta pintunya ini, kalau saja fajar tidak membangunkanku bahwa hari sudah siang. “hari ini yudisium” kata fajar menyadarkanku. “Yudisium?” saya terkejut. Bergegas langsung ku pergi menuju kamar mandi, mengguyur badan seadanya dan menggosok gigi dengan terburu-buru.

Saya heran, sebelumnya memang ada pemberitahuan dari Ibu ida bahwa hari ini kami akan di yudisium, tapi kemungkinan tidak jadi karena ada Fifi yang ujian meja. Mungkin sekalian saja sama Fifi yudisiumnya di hari lain. Tetapi fajar yang baru saja dari kampus itu mengatakan bahwa ini hari akan dilaksanakan yudisium.

Bersama fajar saya pergi ke kampus dengan motor Honda kesayangannya yang sangat berjasa mengantarkan kami kemanapun. Pemandangan yang tersuguhkan di depan pintu masuk parkiran FISIP dari arah rektorat ketika kami baru saja tiba sangat mencegangkan. Walaupun hari pertama puasa, motor yang parikir disini membludak. Seperti halnya pemandangan sewaktu ada UMPTN (SNMPTN untuk tahun ini) di kampus.

Ujian meja untuk Fifi sudah dilaksanakan sedari tadi. Sewaktu kami masuk di kantor jurusan, terlihat Fifi sudah keluar dari ruangan ujian. Kami pun mengucapkan selamat telah melewati prosesi akhir dari perjalanan panjang kuliah ini. Dari penjelasan Fifi pun kami mengerti bahwa yudisium untuknya tidak bisa diadakan hari itu juga karena masih ada perbaikan dalam skripsinya. Fajar menyarankan untuk mengikuti model dalam skripsi milik wiwin karena mirip-mirip metodenya dengan apa yang dipaparkan dalam skripsi Fifi.

Tidak berapa lama Ibu Ida memanggil kami, dan menyarankan untuk menungu sejenak siapa tahu yudisium bisa dilaksanakan hari ini juga bersama Fifi dengan perbaikan skripsi yang bisa menyusul kemudian. Tetapi sesuatu yang tidak diduga terjadi, "Saya tidak akan yudisium kau kalau belum ko potong rambut..!!"Suara Pak Edi menggelegar di telingaku. Dengan adanya perkataan dari pak edi ini,otomatis hari ini yudisium kami tertunda. Akhirnya Patang lagi ikut-ikutan jadi korban.

Ah…. ini semua karena keegoisanku. Rambut ini memang sudah waktunya di potong. Aku harus mulai bisa untuk menata diri lagi. Maafkan aku, patang…