Jumat, 11 Desember 2009

Hanya beberapa saat di andalas

Pernah seorang kawan berujar kepadaku, sebenarnya pamit lah lebih menyakitkan daripada perpisahan itu sendiri. Kini aku baru tahu kenapa.
Kebersamaan sesaat dengan kawan-kawan baru beberapa waktu ini yang tidak pernah kutemui sebelumnya serasa sangat membenamkan rindu, bahkan ketika waktu perpisahan itu pun belum tiba. Sekiranya ada yang rasa lebih sakit dari ini, biarlah akan kuambil rasa itu.

Walau hanya berkisar 14 hari berada disekitar mereka sungguh menambah lagi pemahamanku tentang hidup. Ada cerita tentang salah seorang dari mereka yang rela menyewa motor selama bulan bulan pertama ia bertugas, dimana harga sewa motor tersebut lebih besar daripada gajinya sendiri. Ada pula kisah seorang tahanan yang sangat sabar menjalani masa tahanannya, dari pemaparannya aku yakin kesalahan yang ditimpakan padanya tidak sepenuhnya datang darinya. Tidak ketinggalan suka duka polisi di perbatasan dan lingkungan kantor yang tidak memadai dan jauh dari peradaban ditambah jalan rusaknya serta belum adanya aliran listrik. Semua kudapati dari tempat itu, bangunan sederhana di jalan andalas depan terminal 42.

Aku sangat bersyukur bisa bertemu dengan mereka. Mereka lah pahlawan informasi, yang merangkaikannya dalam satuan kata dan membungkusnya dengan selimut kalimat serta bumbu hati yang memihak kepentingan rakyat. Dikala malam semakin gelap, dimana orang-orang mulai merangkak ke tempat tidur dan menutup mata, mereka tetap terjaga setelah seharian dari pagi hingga sore mengumpulkan segala keluh kesah masyarakat, ketidak adilan, ksiah jalanan disebelah jembatan yang rusak karena selalu dilalui truk besar, atau tentang lampu merah yang selalu dicueki para pengendara, atau pejabat yang sedang berkaraoke dengan perut besarnya. Mereka merangkumnya dalam secarik kertas, atau kilatan blitz kamera bahkan memanfaatkan multifungsi telpon genggam kemudian menyalurkannya dalam hantaman tuts tuts keyboard hingga pada esoknya, ketika orang orang lain baru terbangun dari tidur lelapnya akan mendapati buah karya mereka ditemani secangkir kopi.

Kak femi, Kak Hasan, kak jamal, Idam, Jitro, Roy, Narto, Haris, Sofyan (Xanana), Mus, Adi, Opin, Noldi, Obama, Arif, Zul, Dedy, Tahir, dan masih banyak lagi...
Kalian lah pembela yang tertindas, maaf kawan...semoga jika kita bertemu lagi, rasa rindu kita masih dan selalu sama

Untuk Ody : semangat harus ada setiap hari kawan...!!!
Untuk Roy : kabari kalau lahir si kecil ya..
Untuk Opin dan Idam : mencintai itu tak ada salahnya
Untuk Obama : jangan pernah murung, karena ruangan itu akan sepi dan mencekam tanpa suaramu
Untuk Narto : selalu semangat
Untuk haris : jangan terlalu lama, ponikalo uti..
Untuk kak jamal : terima kasih untuk 3 hari bersama HP normal nya
Untuk Zul : semangatmu selalu menanjak setiap harinya
Untuk kak femy : kedatangan kakak selalu dirindukan
Untuk kak sofyan : pemberian motivasi semacam itu sungguh sungguh berarti
Untuk Mus : informasi bersamamu, kurang apalagi...semangat
Untuk Adi : keren sekali teknik potonya... ditunggu selanjutnya
Untuk Dedi : jangan pernah sedih, nanti tidak ada yang temani obama bikin ribut
Untuk Tahir : terus belajar kawan... suatu saat pasti bisa

Rabu, 02 Desember 2009

Mubes Kosmik...selamat nah....

Suatu hari akan datang saat dimana kita hanya bertemu melalui kerinduan masa lalu. Ketika kau bercerita tentang pertemuan kita di tempat itu, semoga cerita itu akan sama dengan yang kurasakan dan teman-teman mu rasakan, atau teman-temanku, atau kakak-kakak diatasku atau adikmu hingga adiknya adik-adikmu. Mungkin jalan ceritanya akan berbeda, tapi kuharap yang pernah kulakukan di masa lalu, atau yang kau lakukan di masa kini, dan adikmu lakukan di masa depan nanti tetap berarti bagi kita atau setidaknya pernah berarti.

Karena Masa lalu adalah kerinduan, masa kini adalah kepastian dan masa depan adalah pengharapan, maka ketika masa lalu dan masa kini bertemu di masa depan dengan rasa yang masih sama, itulah kesetiaan. Kesetiaan yang bagimu mungkin tidak sama denganku atau adikmu atau adiknya adikmu.

Bagiku saat ini adalah masa lalu. Berbeda untukmu, saat ini sudah menjadi kepastian. Oleh karenanya sebelum saat ini menjadi masa lalu bagimu, maka berbuatlah sekarang kawan....
Aku selalu berharap semoga kita akan bertemu nanti dengan cerita kita masing-masing di masa depan dalam kerinduan yang kupastikan sama. Seperti kata Seorang teman, sebenarnya yang menyatukan kita adalah cerita.

Kuyakin Proses di depanmu ini akan sedikit membosankan dan mungkin membuatmu gerah sehingga memaksamu untuk membencinya. Kalau boleh, aku hanya bisa tersenyum dan menyuruhmu tetap mencintai proses ini walau bagaimanapun. Dan kalau kau tak marah, ikutlah bersamaku mengatakan padanya (KOSMIK) : "we love you anyway...."

Untuk kawanku, kakakku, adiknya adikmu, adiknya adikmu lagi dan lagi.....
Selamat bermubes KosmiK


Kamis, 26 November 2009

Starting....

at GP 1st day (senin 23 november 2009

Membuka lembaran baru ini terasa aneh, bingung bercampur menjadi satu entah kenapa. Ritme kerja yang cepat sebenarnya sudah menjadi hal biasa, tetapi disini aku menemukannya dalam kondisi yang berbeda.

Jika kau bertanya bagaimana cara memulai sesuatu, maka tentu aku tak tahu jawabannya. Yang pasti jika kita tidak segera memulainya, maka sampai kapan kita akan menunggu ? .
Kukatakan ini padamu, kawan... karena sesuatu yang tidak pernah dimulai, tidak akan pernah selesai.

Ini bukan tentan siapa kita, atau seberapa hebat kita. Ini tentang apa yang bisa kau berikan hari ini (seorang redaktur hebat, haris maku). Jika kau tak tahu apa yang akan dilakukan hari ini, belajarlah kembali. Aku teringat kembali penggalan kalimat di tas kain milik dwi, bahwa setiap tempat adalah sekolah dan semua orang adalah guru.

Jika Suatu hari kebosanan mulai menyergapmu, maka yakinlah dan pastikan kau mampu untuk berubah dan menjadi semakin baik tiap harinya.

Dia ada disana kawan... menanti tatapan kasihmu
dalam diam dan harap
trust me.....

Selasa, 24 November 2009

Karena cinta pasti ada

Kalau ada kebetulan, maka biarlah dia yang menyatukan segala. Entah itu disadari atau tidak, suka ataupun benci. Jika suatu hari kita mencari sesuatu dari masa lalu, dan kalau kau suka menyebutnya : "kebetulan" kau menemukannya di masa depan, maka itu adalah hadiah untukmu. Karena jalan yang kau tempuh dengan berusaha mencarinya di masa kini adalah perjuangan.

Kepastian adalah kebetulan yang berlipat ganda dan tak ragu, maka alangkah bersedihnya kepastian itu jika kau sendiri mengingkarinya disebabkan ketakutan yang tak beralasan dari dirimu.

Karena cinta adalah kepastian, maka tolong jangan takut untuk memastikannya apalagi mengingkarinya. Aku tahu cintamu ada, dan pasti akan mengalir, Entah untuk dia yang berwujud diam atau psikopat. Kau pasti bisa memastikannya.

Minggu, 22 November 2009

Terus belajar

Ternyata tidak mudah mengumpulkan kembali kenangan kenangan yang ada. Rasa bosan selalu menyapa di awal. Dan satu satunya jalan mengatasinya adalah bergerak. Entah itu akan mengarah kemana, terserahlah...

Pastinya, di titik kita berada sekarang adalah menjadi nasib masa lalu dan kenangan di masa depan nanti. Tentunya melakukan hal yang terbaik adalah penentu bagi diri kita dan semoga bisa bermanfaat bagi orang orang disekitar tanpa disadari atau tidak.

Maka kembali belajar bagiku saat ini mengenai segala yang pernah kudapati di kampus merah dan menerapkannya untuk bertumpu pada kaki ini, semoga bisa mengiringi kejenuhan yang kadang timbul.

Tidak ada salahnya mencoba sesuatu yang baru dalam hidup, apalagi untuk hal lama yang mengiringi perjalanan masa lalu kita. Selama kita terus belajar, maka tidak ada kata bosan dalam menjalani hidup.

Dan tak lupa, sambil diiringi kata usang yang tak habis di makan waktu : "SEMANGAT..!!!"

Senin, 16 November 2009

You always have him....

Sebenarnya yang membuat sesuatu itu berarti adalah karena sesuatu yang lain. Sesuatu yang lain menginginkannya bukan karena ingin memilikinya, tetapi karena ingin membagi yang dimilikinya.
Maka kukatakan ini padamu karena seseorang di luar sana ingin berbagi waktunya dengan mu.
Tapi sepertinya waktu ini selalu terasa panjang atau karena kau pura pura tidak menyadarinya ataukah engkau takut akan masa lalu mu atau tentang rencanamu beberapa tahun mendatang bisa terhalang (tenang saja, untuk rencanamu yang ini, aku tak akan ingkar janji, aku akan datang menyanyikannya untukmu, untuk kalian berdua)
Bisa jadi ini hanya soal waktu, yang jelas menunggu baginya tidak akan menjadi kebosanan, entah itu sampai kapan.
Kau bisa menemuinya kapan saja
karena you always have him...

hahaha... maaf aku kehabisan akal untuk membujukmu
semoga kau sadar... mulai sekarang

Rabu, 07 Oktober 2009

Setitik kasih di rumah sakit

Yang ada sore itu hanyalah canda
Meski dalam balutan selang infus dan selimut
Serta bau khas obat-obatan dan makanan
Rahma tertawa, ayah ibunya juga, kami pun ikut tertawa, tak ketinggalan Opi dalam senyuman khasnya
Turut pula pasangan "sasmita" di rombongan yang datang belakangan
Kalau ada kesempatan seperti itu di lain waktu, kuharap tidak berhenti sampai disini
Kami selalu mendoakanmu....
Semoga cepat sembuh

Selasa, 06 Oktober 2009

yang pernah terjadi di tamalanrea

Ada masa ketika kita mulai mengingat yang sudah sudah
Pernah ada Naga disini yang meniupkan semangat dalam nafas mereka. Entah itu dalam canda dan atau amuk marah. Tetapi aku tahu seperti apa maksud mereka.
Pernah ada pelangi, sinar mentari, hujan, angin bahkan petir yang menemani mengusir sepi dan rasa sendiri serta membuat kita merasa muda kembali. Aku mengenalnya sebagai Keluarga cuaca, sampai kini mereka masih mengiringi iklim tamalanrea yang kadang bersahabat dan kadang tidak ini.
Pernah pula ada gerombolan putus asa yang menepi disini. Belajar memaknai kelebihan diri mereka masing masing hingga membuktikan bahwa dirinya mampu untuk tidak putus asa.

Kini naga itu terbang dan berenang memeluk segala mimpi mimpi dalam jalur yang berbeda
Hari ini pelangi itu sedikit perih, menahan sakit yang menggerogoti tubuhnya, tapi tidak untuk semangatnya
Saat ini rasa putus asa perlahan sirna berganti semangat baru

Semua itu ada disini, di tamalanrea
Semoga tetap seperti itu

Jumat, 02 Oktober 2009

Beberapa hal disekitarmu

Kukatakan padamu tentang bintang
sinarnya selalu lebih redup dari benda langit lainnya
tapi sebenarnya memiliki bentuk yang sangat besar
Kukatakan padamu tentang matahari
yang selalu menyinari bumi memberi denyut kehidupan disini
darinya kau akan tahu betapa menyenangkan untuk selalu memberi
makanya ada lagu "kasih ibu" tercipta
Kukatakan padamu tentang bulan
yang tak bosan menemani dalam kegelapan
Indahnya menjadi perumpamaan bagi janda dan perawan
untuk menatapnya, kita tak bosan bosan

Hari ini kau sedikit kesal
maka Kukatakan padamu tentang memaafkan
memaafkan itu seperti mandi
yang melunturkan segala penat karena dendam, benci dan kesal
yang membuatmu lebih segar setelahnya
karena jangan salahkan aku kalau menutup hidung jika kau tidak melakukannya

Suatu hari kau bercerita tentang anti kemapanan, revolusi, dan minoritas
Lebih tepatnya kau bertanya
Maka baiknya mungkin berjalanlah dulu
Pasti akan kau dapati nanti dalam jalanmu sendiri
Jangan berjalan dibelakangku
Karena Aku tak pantas untuk kau ikuti

Tapi jika kau ingin bercerita tentang Kosmik
maka Kosmik itu adalah cinta
dan cinta itu adalah kau, teman-temanmu, kakak-kakakmu, kakaknya kakakmu, adik-adikmu kelak, adiknya adik adikmu, atau bahkan mungkin anak anakmu nanti
Hari ini raga kita mungkin akan berjumpa
Tetapi entah untuk esok atau lusa
Terserah kau mau memaknainya seperti apa
Lewat lambaian tangan ketika kita bertemu
Atau panggilan nama jika wajah kita beradu
Dalam genggaman tangan bahkan rangkulan dan pelukan
Itu terserah....

Yang pasti jika suatu hari kita berpisah
tak ada yang kuharapkan selain rasa cinta ini tetap ada
bukan "masih ada"... tetapi, "selalu ada"



Rabu, 30 September 2009

Rasakanlah bersama

Jika ingin bahagia maka bagilah kebahagiaan itu
Karena kesusahan yang dialami sendiri akan terasa lebih berat dari biasanya
Jadikan itu menjadi hal bersama...
Aku mendengar ini dari suara olivia ong
Ringan dan bersahabat
Berbagi... kesedihanmu..kesedihanku...Bahagiamu....bahagiaku...

"Make it mutual"

In this nice cool breeze.
Yes I am all at ease.
When I gush.
And this sweet feeling comes to me.
Can't deny, can't lie, can't really face the truth.
And I wonder if you're feeling the same way too

Senin, 28 September 2009

Kembalinya Sang Naga

Hawa panas hari ini sedikit lebih terasa dari biasanya di tamalanrea
Aku tahu itu bukan karena terik matahari
Ada Naga yang kembali
Kiranya Dia terpanggil untuk sekedar menjenguk sarangnya
Aku ingat ketika dia datang disini pertama kali
Bersamanya ada cinta yang menyelimuti
Dan ketika dia memutuskan untuk pergi
Maka cinta jua lah yang tertinggal
Kini ketika Naga itu kembali
Kuharap dia tidak membawa pergi cinta yang pernah ditinggalkannya disini
Sekarang dan selamanya...

sayup sayup salah satu naga itu sempat bersenandung : "but even so... i love you anyway...no matter how things have gone...."
kami (dodi, himas, dan uci hanya tersenyum sambil memanjatkan harapan harapan)

Sabtu, 26 September 2009

Menggantikan september

Menapaki hari ke 26 di bulan ini banyak sudah mimpi yang sedikit tercapai.
Ada saat kita perlu mengantarkan ketegaran pada sedikit kesedihan
Karena air mata tidak selalu berarti kelemahan
Ada saat kita menangis agar kita kuat

Kerinduan pernah hadir disini
Menemani kehadiran gadis berjilbab di senja yang remang
Mengiringi pertemuan di puncak indah waktu itu
Menahan haru ketika sahabatmu hanya bisa puas berlebaran di perjalanan
Mengantar kepulanganmu dalam putaran roda sepeda mungilmu
Memandangi codet di dahi indah wajah selembut salju itu

Tinggal 4 hari lagi september akan berganti. Aku teringat Bulan penggantinya nanti pernah menjadi kesyahduan bagi seorang teman. Dia mengatakannya setahun yang lalu, walau kini telah dihapusnya secara total atas nama sisi lain dirinya yang selalu hadir.

Kata teman yang lain, kau harus pergi agar rindu sudi untuk datang
Seperti Matanya yang rindu akan kacanya, agar indahnya dunia dapat dia nikmati seutuhnya
Dan sepertinya....
aku menyetujuinya

Rabu, 23 September 2009

Tertawa bersamamu cukuplah bagiku

Jika sekiranya salju turun di sini, lalu aku atau kau bisa merasakan lembut butirannya, maka seperti itulah wajahmu. Dalam pipi mungilmu, senyuman indah itu terukir disana, walau dengan sedikit codet yang justru menambah keindahan itu.

Dirimu sangat jauh untuk dilihat, meski dekat dalam pandangan mata. Aku tahu kau selalu terbuka untuk siapa saja, tetapi justru sikap inilah yang kadang membuat orang merasa segan terhadapmu. Entah karena auramu yang begitu menawan hingga menciptakan tembok dan jeruji pemisah untuk merasakan kedalaman hatimu, aku juga tak tahu.

Dalam setiap senyum dan tawamu yang membawa damai dan membuat orang didepanmu merasa dihargai kehadirannya, kau pun sangat bahagia oleh itu semua.

Kau pernah hampir pergi dari dunia ini, di dalam artian sebenarnya. Tapi rupanya Tuhan berkehendak lain, Dia masih memilihmu, menaruh kasih sayang-Nya kepadamu. Hingga aku menuliskan ini, aku juga bersyukur atasnya.

Setinggi apapun harapanku, maka pasti dirimu akan lebih tinggi dari itu, aku sadar itu. Maka tertawa bersamamu cukuplah bagiku.

Minggu, 20 September 2009

Melepas ramadhan

Aku memanggilmu dari kejauhan dalam kegelapan malam. Tak mungkin aku salah, hanya satu orang di malam takbiran ini yang menggunakan sepeda di tamalanrea. Kau tetap seperti yang dulu, dengan potongan pendek dan cardigans hitam serta suara khasmu. Katamu sepeda itu baru kau beli beberapa waktu yang lalu. Memasuki halaman rumah di BTP yang kutinggali kau tetap menaiki sepedamu dengan lincah, aku hanya mengikuti dengan berjalan kaki dari belakang.

Dimalam takbiran ini, bersama kita melepas kepergian ramadhan di langit Makassar yang cerah. Kau bertanya padaku nama tiga buah bintang yang berjejer diatas sana, aku juga tak tahu namanya, tapi di kampungku orang menyebutnya “poliyama”. Kau hanya mengangguk menyetujuinya saja.

Sesekali kau tertawa lepas ketika bercerita tentang hidupmu akhir-akhir ini, dan suaramu terdengar keras sekali, memecahkan kesunyian yang tercipta karena para tetangga sedang pulang kampung. Katamu kau suntuk dirumah sendirian, makanya kau menghubungiku. Kebetulan aku pun hanya berteman beberapa siaran televisi dengan satu tema yang sama.

Beberapa waktu terakhir ini kau mempunyai obsesi untuk tour ke toraja dengan naik sepeda bersama kenalanmu di dunia maya, kenalanmu itu sudah beristri dan kaget sekali ketika mendapati bahwa ternyata kau adalah seorang wanita. Tawaku meledak ketika kau bilang bahwa kenalanmu itu menyuruhmu untuk mencari teman lagi, karena menurut hadits, kalau sedang berdua maka yang ketiga adalah setan.

Ketika memandangi langit entah untuk yang keberapa kali, kau bertanya soal syahdu. Apa itu syahdu ? Lalu kau mengumpamakan jika kita kehausan di tengah padang pasir kering, kemudian kita bertemu dengan air yang sejuk dan meminumnya. Bukan air dingin, tetapi air sejuk. Menurutmu itulah syahdu...

Syahdu juga terjadi saat seperti malam takbiran ini, ketika kita jauh dari keluarga, sahabat orang orang terdekat, hanya suara takbir dan kerlip bintang yang mengantarkan kerinduan kita pada mereka. Begitu pula kerinduan mereka pada kita. Mungkin bisa juga pada waktu kita sakit dan mendengarkan suara orang yang sangat ingin kita dengar suaranya. Menyapa kita dan membelai serta berkata bahwa semua akan baik baik saja.

Sebenarnya aku juga tak bisa memastikan saat ini apakah masuk dalam kategori syahdu tersebut, tapi seiring rembulan terakhir ramadhan yang kini digantikan dengan takbir menyambut fajar 1 syawal, aku hanya bisa merasakan rasa rindu yang sedikit terobati dengan kedatanganmu disini, menemaniku walau mungkin hanya beberapa jam saja, dan ketika mengantarmu kembali hingga pintu gerbang BTP, menatapmu melaju dengan sepeda kecilmu, bagiku itu sudah cukup.


Sabtu, 19 September 2009

Puasa hari ketigapuluh, pangeran dan putri

kami pernah mengantar kalian
tapi tidak dalam satu waktu yang sama
baik langsung maupun tak langsung
untukmu pangeran, sepertinya putri itu tidak pergi begitu saja
mungkin dia sedikit kesal, tapi tak kan disimpannya dalam hati
karena kaulah pelindung putri
untukmu putri, disana ada pangeran yang mencarimu
menempatkanmu dalam setiap helai rindunya
di dalam kerajaan hatinya yang tak pernah sepi akan namamu
kini kami merindukan kalian
mungkin pernah kalian berjauhan
tapi tolong jangan lama
karena sepertinya kami merindukan kalian
dan sepertinya kali ini bersamaan

terinispirasi dari lagu milik the groove : "pangeran dan putri"

Di Puncak Indah kita bertemu

Sepanjang malam itu kau terus menghubungiku, menanyakan sudah sampai manakah bis ini membawaku ? padahal langkah bis ini baru saja mencapai kota pare-pare, hingga tak terasa aku tertidur pulas. Aku sengaja menghiraukan daerah daerah yang dilewati menuju tempatmu itu karena sudah sering kulalui beberapa waktu terakhir.

Hingga subuh menjelang, ketika lipan merah, eh salah… Liman merah yang kunaiki pelan-pelan merayap memasuki jantung sebuah kota. Aku langsung ingat salah seorang temanku pernah berkisah tentang kota ini. Tidak banyak cerita darinya. Hanya tentang sebuah pantai di pinggiran kota. Disana tidak akan kita jumpai suasana tenggelamnya matahari seperti lazimnya pantai pantai lain. Tetapi yang akan kita dapati adalah pemandangan menakjubkan bagaimana sebuah matahari baru akan lahir. Aku bisa membayangkan bagaimana bola gas raksasa berwarna kuning itu muncul begitu saja dari dalam samudra luas di lautan sana, aku jadi teringat salah satu scene di film pirates of carribean, dimana kapten jack sparrow terperangkap dikapal flying Dutchman bersama awaknya hingga mereka bersepakat untuk menggoyangkan kapal dengan tujuan agar kapal itu terbalik, sampai pada adegan dimana matahari itu muncul dari dalam lautan. Seperti itulah kira-kira jika membayangkannya. Tapi sayang, jalur bis tidak membawaku kesana, jadi aku hanya bisa puas menyaksikan mentari itu bangun dari sela sela perbukitan yang mengelelilingi kota itu. Meskipun begitu harus kuakui sinarnya menyambut pagi tetap memukau. Memasuki daerah dengan banyak gereja dan mesjid yang berdampingan bertuliskan kecamatan angkona disana sini nya, kau menghubungiku lagi, katamu tak lama lagi aku akan sampai.

Akhirnya untuk pertama kali, setelah 10 tahun yang lalu ketika tangismu melepasku di pelabuhan dili itu, kita bertatapan lagi. Dengan matamu kau menangkap lambaian tanganku dari atas bis. Kau memelukku, ditengah pandangan heran beberapa tukang ojek yang ada disitu. Tak kau pedulikan arus mobil yang masih hilir mudik dan klakson keras tanda selamat tinggal dari liman merah yang mengangkutku.

Kau mengajakku ke rumahmu, katamu selamat datang di puncak indah. Dari tempatku berdiri, aku dapat memandang ke delapan penjuru mata angin sejauh sekitar radius 2 km, dan tak ada kata yang dapat melukiskannya selain… Indah…Aku langsung tahu kenapa daerah ini dinamakan puncak indah.

Aku tertawa saja ketika kau menyuruhku naik motor yang kau bawa, soalnya motor besar ini lebih cocok dikemudikan lelaki. Tetapi kau tetap memaksa untuk mengemudikannya walaupun aku sudah menawarkan untuk memboncengmu. Tak berhelm kau biarkan angin mempermainkan rambut ikalmu yang indah itu.

Sepuluh tahun bukan waktu yang singkat, tapi sepanjang waktu itu kau menghabiskan waktu melupakanku dengan menghadiahi suamimu 4 orang anak. Yang ada kini hanya kerinduan biasa, kerinduan yang memaksaku melupakan bayang bayang masa lalu. Disaat kini kau membawaku mengitari kantor bupati luwu timur dan kantor kantor pemerintahan yang berdekatan terletak diatas bukit itu sekitar 4 hektar luasnya, serta berjarak 4 km dari jalan raya.

Dulu aku pernah merindukanmu, mungkin sampai kini... tapi sudahlah...

Jumat, 18 September 2009

Beberapa Kepulangan

Setiap hari selalu saja ada kepergian
begitu juga kepulangan
seperti halnya kelahiran dan kematian
atau kedatangan serta kehadiran
maka, ketika berita dari kak patang, dan kak jun yang masuk bersamaan itu menghentakkan dada pada siang hari dalam teriknya matahari di Puncak Indah mengenai kepergian Pak Edy, aku hanya bisa memanjatkan doa Kepada-NYA
Hidup ini seperti terminal yang kudatangi kemarin malam selepas isya
Ada bis yang baru datang dan bersamaan itu pula bis lainnya bersiap siap meninggalkan terminal itu
Dari titik 450 km dari makassar aku mengetahui kabar itu
Seperti juga kepergian Gadis berilbab itu ke kampungnya menggunakan burung besi berlabel sriwijaya, atau gadis jilbab dengan tanda khusus di hidungnya, serta gadis jilbab berkacamata yang tak bosan memberi piutang pulsa kepada teman-temannya dengan ucapan khasnya : "Assalamualaikum kak...nanti saja bayarnya ya..." atau gadis jeruk yang telah berevolusi menjadi gadis cokelat yang menyempurnakan hidup sahabat sekamarku

Semua pada akhirnya akan pulang
hanya waktunya saja yang berbeda, tapi kita tak tahu kapan....

Selasa, 15 September 2009

Puasa hari keduapuluh enam, yang membuat INDAH sore itu

Gadis berjilbab itu hadir lagi, tapi kali ini dia tak sendiri. Dia bersama dengan gadis-gadis jilbab yang lainnya. Ada yang berkacamata dan telah berumur, ada yang tak suka ngomong tapi periang , tidak ketinggalan juga yang mungil serta pendiam dan ada pula yang punya tanda khusus di hidungnya. Tetapi ada pula yang tak berjilbab, dia datang bersama adiknya yang kata orang, sangat beda penampakannya. Ada juga yang datang dengan poni khususnya, kalau orang indian menyebutnya "touch the sky". Dia punya gerak badan istimewa, hanya saja kali ini dia belum menunjukkannya pada kami.

Mereka mewarnai sore hingga malam itu dengan tawa dan lampu kilat disana sini. Meskipun dengan pandangan heran dari orang orang sekitarnya, mereka tetap tak peduli. Karena hari itu menjadi milik mereka. Tak ada tangis yang menghiasi. Mungkin beberapa hari kedepan, karena kutahu pasti mereka tak rela melepas kesempatan seperti itu, walau waktu nanti kan memisahkan, selain jarak dan kepentingan tentunya, yang pada akhirnya akan melahirkan rindu di kemudian hari.



Senin, 14 September 2009

puasa hari ke duapuluh dua, agar itu tidak terjadi lagi

Hari ini adalah hari terakhir aku berada di kota ini. Setelah dua hari yang lalu kami tiba disini mengantarkan adik arya yang sedang sakit. Bersama yuda, arya, bahar dan ono (adik arya) dengan AVP hitam yang dikendarai arya selepas sahur hari sabtu kemarin. Aku ingat di kota ini pernah menjadi tempat singgahmu beberapa tahun lalu. Tepatnya menjadi tempat tinggal sesaat karena tuntutan pekerjaan yang kau lakoni waktu itu hingga kau terangkat menjadi PNS di ibukota.

Yah.. itu sebelum kabar yang kau ceritakan padaku mengenai statusmu tempo hari di ujung telepon. Ketika itu suasana seperti sekarang, dalam dinginnya angin yang membangunkanku untuk sahur justru memberiku kekuatan menyeret kakiku dari pintu pondokan melintasi lapangan satu unhas, menembusi lapangan basket PKM selanjutya menuju rektorat di depan mesin ATM. Pandangan heran satpam juga kuacuhkan hanya untuk memencet nomor nomor telepon rumahmu lewat pesawat telpon yang menggunakan koin di rektorat itu. Katamu aku terlambat beberapa jam saja. Karena siang sebelumnya ada seseorang meminangmu terlebih dahulu. Padahal dari penuturan dengan isak tangismu kau terus terang mengharapkanku. Kau hanya tak enak hati saja harus memutuskannya kembali. Apakah perempuan memang begitu ? lebih menyayangi perasaan orang lain daripada perasaannya sendiri ? aku juga tak tahu.

Hingga Mobil AVP yang dikemudikan arya meninggalkan kota ini pelan-pelan, aku belum bisa memejamkan mataku, terutama ketika dua pulau besar yang terhampar di seberang pantai sepanjang jalan kota ini terlihat meskipun samar-samar. Dari cerita ono, dua pulau tersebut adalah jelmaan seekor buaya dan seekor ular raksasa yang memperebutkan lautan di wilayah ini. Tuhan menghukum keduanya menjadi dua pulau yang tampak berhadap-hadapan itu.


Aku menceritakan ini untukmu kawan,
bukan karena aku sakit hati karenanya
bukan pula agar kau bertarung untuknya
tapi sebenarnya apa salahnya berkorban untuknya ?
Tuhan tidak akan mengutukmu menjadi pulau hanya karena berjuang untuknya
maafkan aku yang sering memaksamu mengikuti kata hatimu
agar kau tidak sepertiku
yang hanya bisa memandang jelmaan buaya dan ular itu
tanpa pernah berjuang seperti mereka

Jumat, 11 September 2009

Puasa hari keduapuluh, kau dan lelaki yang berhati intan

Yang ada pada dirinya hanyalah keikhlasan
Walau tak selalu ditunjukkannya
Tapi dapat kupastikan dari setiap gerak geriknya yang mengundang tawa
Ada rasa tulus untuk membahagiakan setiap orang
Apalagi terhadapmu
Namun justru sikap itulah yang kadang digunakan orang untuk memanfaatkannya
Dan sekali lagi, ia tetap tersenyum
Ketika kau memalingkan muka
Maka dengan senyumannya ia mengantar kepergianmu
“aku belum pantas untuknya, dia terlalu istimewa” katanya
Dan ketika kau memutar badanmu memilih untuk pergi sewaktu kalian bertemu,
“kami seperti yang di film hancock, ketika dua belahan hati bertemu maka akan sekarat satu sama lainnya” begitu dia menghibur hatinya
Dia yang selalu mengambil jalan lain jika melihatmu dari jauh karena takut kau akan marah bila melihat mukanya
Dia yang pernah menatapmu dari jutaan kilometer jauh di tempatnya berdiri pada saat kau tengah tertidur di kasur empukmu, dan meyakini bahwa kau sedang segaris dengannya
Dia yang selalu mempersiapkan helm kecil di motornya untukmu, walau mungkin kau tak pernah naik diatasnya, karena dia memilih untuk tidak mengajakmu daripada kau malu nantinya
Dia yang selalu mengingatkanmu untuk berdamai dengan kesehatanmu, walau kau mengacuhkannya
Jika dirimu sangat keras, maka hatinya sebenarnya lebih keras lagi
Hatinya seperti intan, yang sangat keras menyayangimu walau ditempa oleh apapun
Tetapi ketika hancur maka akan tampak lebih bersinar dari apapun
Mungkin dirinya pernah sedikit mengalihkan duniamu, tapi baginya kau adalah dunianya
(afgan)

Pada akhirnya ketika semua itu berlalu begitu saja, ternyata kau terlalu istimewa, katanya.
Dia yang selalu merindukanmu bagaimana pun keadaanmu

Anggap saja aku mengkhayal
Tapi aku tak bohong

Katamu : vintage all the time
Tapi baginya : But even so......... (ah, kurasa kau tahu kelanjutannya…)





Selasa, 08 September 2009

Puasa hari ketujuhbelas, Perempuan yang tak suka bicara

Aku tidak menanyakan namanya waktu pertama kali bertemu dengannya, melainkan menanyakan buku apa yang sedang dipegangnya. Ternyata itu sebuah buku tulis berisikan sebuah cerita pendek setengah jadi. “Ini tugas yang diberikan oleh kak debra dari biro CSC kosmik” katanya.

Waktu itu Ia masih baru di kampus ini, dari tatapan mata kecilnya yang sayu, aku tahu dia sedang merasa heran pada rambut gondrong dan celana jeans robek-robek milikku. Tak ragu ia menanyakan apakah aku tidak kena teguran dari dosen dengan penampilan seperti itu jika masuk kuliah. Aku hanya tertawa, dan kukatakan bahwa aku tak kuliah lagi.

Jika ada saat yang membuat betah hingga waktu tidak terasa sudah berjalan sejauh ini, maka bagiku itu adalah saat di kampus merah, dalam pelukan warna biru merah yang kami sebut kosmik. Aku tak menyangka Sembilan tahun sudah aku melewatinya. Bertemu dengan berbagai macam orang dalam pribadi kompleks, aneh dan lucu yang membuat tangis hingga tawa berderai. Aku pernah berhadapan hujan batu dan tembakan peluru serta gas airmata, atau makian dari orang yang tak kukenali bahkan tikaman pisau, tapi bertemu dengan orang yang mengatakan dirinya lebih suka menulis daripada bicara, ini baru pertama kali.

Gerak geriknya memang tidak terlalu lincah, tapi dia bisa mengimbanginya dalam setiap tulisan yang dihasilkannya. Dia membuktikan itu. Mulanya setiap orang pasti akan menulis tentang dirinya sendiri. Tak terkecuali dirinya juga. Dia mulai menulis dari rasa kesalnya kepada salah seorang temannya hingga rasa nikmat menanti cokelat dari seorang teman, atau tentang idolanya seorang penabuh drum di kelompok band yang terdiri dari para mantan model. Suatu hari ia bercerita tentang solidaritas. Kondisi aneh yang ia temui di lingkungan dan keluarga barunya di kampus merah. Kondisi yang Membuatnya bingung harus bersikap bagaimana pada setiap orang. Dan untuk itulah dia harus belajar.

Bukti bahwa perempuan lebih menggunakan perasaannya dibanding rasio, baru aku temukan setelah melihat langsung padanya. Ternyata mereka memang perasa. Justru yang membuatnya berbeda adalah caranya menyalurkannya. Secepat itu dia marah atau kecewa, secepat itu pula dia akan melupakannya. Tapi dalam hati seseorang siapa yang tahu ?

Kami pernah terlibat dalam sebuah pembuatan film menyambut ulang tahun kosmik. Aku membuatnya marah waktu itu di salah satu lokasi pengambilan gambar, dan keesokan harinya ia kembali ceria dan menyapaku lebih dulu.

Dia adalah sahabat yang selalu mendengarkan, selalu menemani, dan selalu pula *dicallai (diejek dalam bahasa Makassar). Jika suatu saat kalian bertemu dengannya, tolong jangan membuatnya marah apalagi kecewa, karena walaupun dia bisa cepat melupakan, tetapi dia punya hati juga, meskipun “sebenarnya hati adalah otot terkuat pada tubuh manusia” (dari film : life before her eyes)

Baru baru ini aku membuatnya marah, tapi kali ini aku sungguh sangat keterlaluan.

Puasa hari kedelapan belas, Suatu hari dalam mimpi mu

Pernah kau bercerita padaku soal mimpi mimpi mu
Bagimu sah sah saja orang bercerita tentang keinginannya yang mungkin agak berlebih
Karena mimpi adalah semangat bagi masa depan
Walau di masa kini boleh jadi hanya akan menjadi bahan candaan bahkan ejekan
Jika sudah bercerita seperti itu, kau akan lupa waktu
Tak peduli apakah ragamu masih mampu menahan keinginan berceritamu
Lucu juga mengingat bahwa yang kau ceritakan itu hanyalah bunga tidur yang muncul justru pada saat kau tidak tidur
Kau menceritakannya padaku sambil mengkhayalkannya
Dengan keteraturan jalan cerita yang kau susun sendiri sekehendak hatimu
Sesekali kau tertawa olehnya
Tentu saja aku juga ikut tertawa
Karena kau memasukanku dalam mimpi itu
Aku dan teman-temanku
Serta teman-temanmu
Kita semua berada di suatu tempat asing yang sebenarnya pernah kita kenali
Itu terjadi di beberapa tahun kedepan
Aku pun sebenarnya punya mimpi
Yaitu menceritakan secara lengkap tentang mimpimu yang kau ceritakan padaku malam itu
Tapi bukan sekarang

Senin, 07 September 2009

lagu untuknya

Pagi ini dia menghubungiku
Menanyakan kabarku
Sama seperti waktu waktu sebelumnya
Ada rindu yang terasa dalam tarikan suaranya
Tidak pernah berkurang sedikitpun sejak aku meninggalkannya
Ini adalah tahun kedelapan kami tak bersua
Terpisah oleh lautan dan daratan beberapa propinsi
Dalam kerinduannya tahun ini, ia kembali memintaku untuk datang
Meski dia tahu aku takkan ada disana nanti
Tapi tak pernah berhenti ia memohon
Untuk bertemu di lebaran tahun ini
Katanya tak peduli seperti apa rupaku nantinya
Karena aku tetap miliknya


Aku ingin menyanyikan untuknya sebuah lagu
Lagu ini diperkenalkan oleh temanku
Pemilik lagu ini adalah band favorite kakak temanku itu


“pesonamu masih jelas kurasakan hingga kini
menemani hingga ku dewasa
derai air mata dan pengorbananmu
takkan tergantikan, terima kasih ibu…”




Puasa Hari ketujuh belas, agar tidak ada yang sampai dilupakan

Kalau tidak salah di metro tv kemarin bilang begini,
“Dibutuhkan keheningan untuk mendengarkan angin”
Sementara angin diperlukan untuk mengantarkan suara
Tetapi tidak dibutuhkan peperangan untuk merasakan kedamaian
Karena seperti hujan yang datang, tidak perlu selalu ada mendung terlebih dahulu
Tidak perlu pula ada benci atau dendam untuk setiap kemarahan
Karena marah selalu berteman dengan permohonan dan pemberian maaf
Biarlah ada jarak dalam kehidupan
Karena darinya kita bisa saling memahami
Kita tidak dapat berdiri terlalu dekat
Karena kita pasti akan berbenturan
Namun jangan pula berdiri terlalu jauh
Agar kita masih saling mengenali dalam jarak pandang mata
Kalaupun ada perpisahan di suatu hari nanti, itu karena ada pertemuan
Tetapi… tolong jangan ada ucapan selamat tinggal untuk biru merah


*PS : “lihat… tidak salah kan…? kalian adalah penulis yang hebat…!!!”

Jumat, 04 September 2009

diam itu membunuhku...

aku tahu kau kecewa
bahkan pasti marah dan sedih
tapi yang membuatku takut adalah "diam" mu
sering aku berjanji untuk tak mengulanginya lagi
namun sesering itu pula aku mengingkarinya
dan kau pun dengan arifnya kembali memaafkan

jangan kau hukum aku dengan diam mu
karena kau lebih berkata kata dalam diam mu
remove aku dari friendlist mu,
tapi tolong jangan hilangkan kosmik dari hatimu
apalagi sampai meninggalkannya dalam sepi

kalau masih bisa...
aku hanya berharap kita masih saling melambaikan tangan bila bertemu
menyapa bila bertatap muka
berbicara bila masih saling mendengar
dan bercanda bila tak sakit lagi hatimu

aku tahu memberi maaf adalah hal tersulit untuk dilakukan
olehnya aku takkan memaksa

Puasa hari keempat belas, Balas dendam

Kalau ada pembunuhan yang menyisakan sakit hati teramat sangat, maka wajar kalau beberapa waktu kemudian terjadi pembunuhan kedua, ketiga, keempat dan seterusnya sebagai pembalasan atas pembunuhan pertama.

Begitu juga pada penipuan, caci maki atau apa saja yang menghasilkan kekecewaan teramat sangat.

Kekecewaan yang menghasilkan marah dan dendam itu wajar saja terjadi pada seseorang maupun banyak orang. Pembunuhan dibalas pembunuhan, penipuan dibalas penipuan, sakit hati dibalas sakit hati, itu masih wajar.

Tetapi alangkah anehnya, suatu ketidakhadiran dibalas dengan ketidakhadiran. Kau boleh marah pada orang lain atau sekelompok orang, tapi tolong jangan marah pada lembagamu atau rumahmu, apalagi pada Kosmik. Jangan sampai ketiadaanmu menambah kesendirian yang selalu dirasakan olehnya. Dia mungkin sudah tua dan tidak menyenangkan, tapi tolong ....jangan lagi kau tinggalkan dia.

Selasa, 01 September 2009

Puasa hari keenam, jangan pernah berhenti untuk belajar

“Kosmik sapu bersih …!!!” teriakan Pak Noer jihad membahana di tengah-tengah peserta pelatihan blog yang diadakan dalam rangkaian acara pesta blogger 2009 dengan panitia lokalnya dari pihak angingmamiri.org (komunitas blogger Makassar) yang bekerja sama dengan American corner dan Kampus Unhas. Anak anak kosmik yang hadir waktu itu sumringah. Betapa tidak, sebagian besar pertanyaan kuis di jawab oleh anak kosmik.

Pelatihan yang diikuti oleh peserta yang kebanyakan adalah mahasiswa tersebut mulanya hanya ditargetkan sekitar 50-an orang saja. Tetapi, antusias di kalangan kampus unhas sangat terlihat. Akibatnya banyak peserta yang tidak kebagian jatah komputer, walaupun sebenarnya ada juga yang membawa laptop sehingga bisa langsung mengakses langsung jaringan internet yang tersedia melalui koneksi wireless. Meskipun begitu, itu semua tidak menyurutkan minat untuk belajar membuat blog di kalangan peserta.

Bersama anak kosmik lain dan dengan semangat yang sama, maka blog-blog kami pun tercipta,walau itu dengan tampilan sangat sederhana. Dan keesokan harinya, kami dikejutkan dengan foto pada harian fajar berikut ini :





Puasa hari kesepuluh, maksud hati

Mungkin bagimu ini permainan
karena terlihat aneh dan banyak tawa
ataukah karena wajah kami tidak seperti orang kebanyakan ?
sering kau mendapati lelucon
yang mungkin tak pernah kau dapati sebelumnya
dan bagimu, itu tak menyentuh rasa humormu
sehingga kadang tawamu seperti dipaksakan
aku bisa melihat itu
tapi biar kukatakan satu hal
Kami tidak sedang main main
dalam setiap pertanyaan yang kau sebut interogasi
dalam sapaan yang kau sebut basa basi
dalam setiap candaan yang kau anggap celaan
dan di dalam lambaian tangan yang mungkin kau anggap panggilan
yang pasti, Maksud kami adalah perhatian
Kami berharap, suatu hari kau atau kalian akan mengerti

Sabtu, 29 Agustus 2009

yang tidak membuat pergi

jikalau suatu hari nanti kau memutuskan untuk pergi, maka pertimbangkanlah beberapa hal dibawah ini,
masih ada teman yang merasa sendirian
masih ada mantan kekasih yang pernah sakit hatinya
masih ada guru yang butuh engkau untuk diketikkan bahan ajarnya karena Beliau tak muda lagi
masih ada sahabat yang tidak grogi lagi di depan pacarnya jika bersamamu
masih ada tukang koran yang selalu menunggumu membukakan pintu setiap pagi untuknya
masih ada perempuan yang belum percaya diri kalau dia bisa masak
masih ada kata cinta yang belum terucapkan meski hatimu tak mau lagi
masih ada tetangga yang jauh selalu kesal sama kakaknya, padahal itu adalah anugerah baginya
masih ada adik yang selalu gusar akan permainanmu dan kawan kawanmu
masih ada kakak yang ragu akan dirinya sendiri
masih ada pelangi yang tidak lagi mewarnai langit disekitarmu
dan masih ada sinar mentari yang tidak menerangi

kalau masih ada itu semua, urungkanlah niatmu itu barang sebentar saja...

Jumat, 28 Agustus 2009

Puasa hari ke tujuh, rumah dan sebuah keputusan

Tidak sedikit orang menginginkan rumah, karena disitulah tempat menyimpan segala. Rasa senang sekaligus kecewa. Rindu dan benci juga bisa ditampung. Apalagi persoalan sakit hati dan memendam rasa. Pada rumah semua itu bisa kita timpakan. Dia tidak akan melawan, apalagi sampai meninggalkan kita.

Tetapi terkadang, sering kita meninggalkan rumah. Karena mungkin rumah kita tidak sebagus milik tetangga. Atau mungkin ada debu yang mengakibatkan wajah rumah itu menjadi bahan celaan orang lain terhadap kita.

Maka, diperlukan sebuah pertimbangan yang matang ketika kita akan menutup pintu rumah dan meninggalkannya sendirian atau sekalian saja meratakannya dengan tanah. Semoga keputusan itu benar benar beralasan.




Rabu, 26 Agustus 2009

blogshop membludak..!!!!

tak ada kata terlambat untuk belajar,
baik menulis maupun membaca
ngeblog juga begitu...

(masih mau lanjut, tapi nanti.. masih lapar....)


Selasa, 25 Agustus 2009

Puasa hari kelima, dari iblis untuk malaikat

Pernah aku menyarankanmu untuk tetap tegar dan memperhatikan sekeliling. Menyemangatimu agar tak jatuh jika kecewa datang. Pernah pula aku menyuruhmu bersikap begini begitu, “demi kebaikanmu” kataku waktu itu. Ketika melihat untuk kedua kali, aku baru sadar, ternyata itu bukan untukmu, tapi agar kau menganggapku baik, dan didepan orang lain agar terjaga reputasiku sebagai teman sejati.

Kadang itu semua bisa jadi baik menurutku, tapi belum tentu bagimu apalagi orang lain. Tapi celakanya, kau selalu percaya akan diriku dan aku pun terbawa akan posisi seperti itu. Kau terlalu baik, mampu mempercayaiku seperti itu, ketika orang kesayanganku saja tak mampu mempercayaiku.

Sementara aku, terlalu jahat dengan memanfaatkan kesempatan seperti ini berlaku sebagai dewa penyelamat di depan orang lain. Kadang pula engkau terlihat bodoh di depan orang lain karenaku, dan aku hanya menikmati itu semua dengan perasaan yang lapang. Sekali lagi bukan itu tujuanku, tapi entahlah….

Di dalam diri manusia tersimpan potensi baik maupun buruk, orang menyebutnya dalam asosiasi malakat dan iblis. Dan aku yakin, tak sedikitpun engkau memiliki sisi iblis itu.


Dari iblis kepada malaikat

Menulis dan abadilah

Tuhan pernah menulis di dunia ini
DIA menuliskan bumi, langit, laut, udara dan juga dirimu
Di suatu masa Tuhan menakdirkanmu untuk menulis
Ketika kau menulis, pada saat itulah kau membacanya
Karena tulisan adalah bacaan
Kata Kak Yusran Darmawan, Tulisan seperti anakmu sendiri, yang lahir dari rahim pikiran dan perasaan
Maka wajar kalau kau marah ketika anakmu diganggu, atau dipinjam tanpa permisi
Tulisan adalah kemenangan, dia lahir dari pertarunganmu melawan rasa malas yang menghinggapi tangan dan pikiranmu serta hatimu
Rasakanlah setiap tulisan yang pernah lahir itu
Karena menulis adalah pilihan
dan setiap pilihan memiliki konsekuensi
jika ada yang tidak suka, maka itu pun adalah pilihannnya
karena pasti tidak sedikit juga yang tergerak hatinya setelah membaca tulisan itu
mungkin kau akan dianggap payah karena tulisanmu
mungkin kau disebut manja karena curahan hatimu
tapi kau tidak akan diingat sebagai orang yang kalah
kau akan dikenang sebagai pejuang
Pejuang yang pernah setara dengan Shakespare, Hamka, Agatha Christie, JK Rowling, Dewi Lestari, Seno Gumira Ajidarma, Arina, Pramoedya Ananta Toer, bahkan Michael Buble ataupun Didi “element”
“Menulislah”, kata temanku. Agar kau abadi


Yang paling sulit adalah memaafkan
maka beruntunglah mereka yang mampu melalui saat paling sulit itu





Puasa hari keempat, masa akan berganti tetapi semangat itu tetap sama

Dalam setiap rentan waktu ada masa lalu, masa kini dan yang akan datang
Yang lalu kini telah pergi
Yang sekarang tengah berjalan
Dan yang akan datang menyusul kemudian
Namun kadang masih ada masa lalu tertinggal
mereka tak pergi bukan karena tak mau
kecintaan mengalahkan keinginannya untuk pergi
maka tengoklah betapa indahnya ketika masa lalu, masa kini dan masa depan berkumpul dalam satu waktu
Tak ada jarak, meski terkadang kau tak boleh terlalu dekat berdiri karena akan saling berbenturan
atau pun terlalu jauh dalam memandang karena tidak akan saling mengenali

(dari buka puasa pertama kosmik, bersama maba 2009, tapi hm... ada yang lain atau ada yang hilang ?)

Puasa hari ketiga, apa lagi yang kurang ?

Seorang sahabat baru saja datang dari jauh dan menyapamu
Beberapa orang teman mengajakmu makan bersama, walau hanya sebungkus kacang mente yang jumlahnya tidak akan penuh jika ditumpahkan ke dalam sebuah piring makanan anak pondokan
Seorang teman yang terpaut jauh dari usiamu mau menemanimu bernyanyi mulai dari selepas dzhuhur hingga tak terasa waktu buka telah sampai
Seorang teman mau menemanimu menangis untuk hal yang mungkin dia sendiri tak paham apa yang sedang ditangisi
Apalagi yang kurang ? kalau kau punya itu semua
Apalagi yang kurang ? ketika matahari pagi masih bisa terlihat dari sudut matamu, sementara tenggelamnya pada sore hari tidak mungkin kau lewatkan karena tepat berada di depanmu
Apalagi yang kurang ? ketika temanmu seperti keluargamu sendiri
Karena menurut mereka, menjadi keluarga bukan karena satu darah dengannya
Bukan karena kalian harus terlahir dari rahim yang sama atau pernah tinggal di rumah yang sama
Tetapi ketika kesusahan menyapamu, maka mereka juga akan merasakannya seperti dirimu
Apalagi yang kurang ? kalau seseorang yang baru kau kenali selalu mau mendengarkanmu bercerita tentang orang-orang yang mungkin dia sendiri tidak mengenalinya. Selalu bertanya kabarmu, walaupun kau akan membecinya jika kau telah bosan.
Apalagi yang kurang ?




Minggu, 23 Agustus 2009

Puasa hari kedua, gundah hati

Selepas subuh di puasa hari kedua ini diawali dengan pergi bersama menemani arya belajar nyetir mobil. Bertindak sebagai pengarah adalah kak riza dan kak aidil, sementara saya dan kak yuda dibelakang memberi semangat. Di tengah perjalanan, kak yuda menerima telpon yang entah dari siapa kemudian berujung pada pemberian les privat tentang photoshop kepada orang yang menelpon itu. Jadilah dua pelajaran diajarkan pagi itu, yaitu menyetir mobil dan kursus kilat photoshop. Pelajaran menyetir arya tidak terlalu lama, selanjutnya kami pulang dan tidur lagi hingga siang menyapa.

Sebenarnya panasnya matahari siang tidak terlalu terasa hingga sore menjelang. Sampai waktu buka puasa, saya mendapati kak jun baru pulang dari berolahraga kemudian ia mengajakku berbuka bersama di “pondokan dalam” (sebutan untuk daerah pondokan di belakang workshop teknik unhas). Disana ternyata telah menunggu kak riza, dan kawan-kawan. Kebetulan hadir juga arshanti, cokke, alam serta ari yang baru pulang dari KKN beberapa hari lalu.

Sambil menikmati hidangan buka puasa berupa es buah dalam mangkok kecil, seorang temanku yang duduk didepanku bercerita tentang kegalauan hatinya. Dia rupanya tengah bingung memilih diantara dua sosok yang selalu hadir di setiap jejak langkah hidupnya beberapa waktu ini. Saya pun ikut bingung.

Saya jadi teringat akan sebuah komentar di weblog milik salah seorang sahabatku yang menyukai senja di bulan oktober (tapi rupanya dia sedang menyenangi senja bulan juli juga tahun ini).

Jangan katakan cinta jika kau tidak benar-benar peduli
jangan bicarakan soal perasaan bila itu tidak benar adanya
jangan kau sentuh hidup seseorang bila kau berniat mematahkan hatinya
jangan menatap kedalam mata bila apa yang kau lakukan itu bohong
karena hal terkejam yang bisa dilakukan ialah membuat seseorang jatuh cinta, padahal kau tidak berniat menerimanya saat ia terjtuh.

Temanku itu mulai paham, dan bersiap menentukan langkah-langkah selanjutnya.

Tidak terasa malam pun menjelang. Di tengah adzan magrib yang bersahut-sahutan, kompor kompor gas penjual makanan di kiri dan kanan kami, mulai menyala. Para koki pun mulai beraksi. Dari nasi goreng yang beraneka warna (putih, merah dan cokelat), mi kuah, aneka macam gorengan (bakkara, pisang goreng, ubi goreng) hingga gado-gado. Arshanti tiba-tiba mendekat dan memintaku menemaninya untuk mengantar pulang kak roni, belahan hatinya yang sedang sakit.

Puasa, hari pertama. Cinta dalam semangat yang tidak habis dimakan waktu

Terik yang menyengat, haus dan lapar menyerang di hari pertama. Menurut sebagian orang, puasa pertama memang sangat berat. Kiranya begitulah yang terjadi. Saya baru ingat beberapa hal sebelum puasa hari pertama ini. Setelah perjalanan dari sengkang kemarin bersama tim Pusat Studi Media Unhas (kak riza, kak yusran, arya, yuda dan aidil) untuk mengambil data-data tentang sutra, kami sahur bersama di BTP tempatnya arya dan selanjutnya tertidur hingga matahari mulai meninggi.

Saya memutuskan untuk bangun dan pulang ke pondokan, selanjutnya mandi dan ke kampus. Entah mengapa selalu ada yang membawa kakiku untuk beranjak kesana. Suasana panas terus terasa hingga memasuki wilayah tugu layar terkembang unhas. Untunglah angin terus bertiup sebagai penyeimbang dan badan ini dapat terus tegak berjalan.

Sesampainya di gedung FISIP, saya langsung naik keatas dan mendapatkan pemandangan yang menakjubkan. Di tengah terik matahari, panas sekali, sangat panas seperti itu, kita mungkin akan menganggap sinting sekitar 20-an anak kosmik yang sedang duduk di depan kantor jurusan ilmu komunikasi pukul 2 siang hari ini. Mereka tetap tenang duduk beralaskan karpet hijau bersandarkan dinding gedung FIS IV mendengarkan pemaparan yang disampaikan kak taro, dan kak cokke dan kakak kakak lainnya tentang bagaimana sosialisasi kosmik terhadap mahasiswa baru nantinya. Sesekali terdengar tawa diantara mereka. Tawa hangat yang tetap terpancar diantara semangat anak anak kosmik ini. Saya sempat melirik sekilas dan mendapati sebagian besar mereka adalah angkatan 2008, seperti rizka, lispa, icha, dewi, aco, lucky, dan si Ade, (gadis pirang yang kuceritakan tempo hari). Ternyata dia sudah balik dari kampung. Ada juga nendeng, opi, icha dari angkatan 2007 dan tentu saja dari angkatan 2006 seperti Irwan sang ketua korps, Ain si ibu sekum, ruztan, asbid rembang, dan kang Himas selaku moderator.

Saya tidak tahu apa yang membuat mereka bisa bertahan dalam semangat seperti itu, yang pasti, ketika sore harinya ketika berbuka bersama kak jun di pinggir danau, saya mendapatkan sesuatu dari situ.

Mulanya Cinta tersusun dari dua elemen. Yaitu memberi dan menerima. Lalu seorang anak kosmik 2008 bernama Mutmainnah (ina, panggilannya) menambahkan elemen ketiga. “ikhlas” katanya. Maka ketika ditambahkan pada dua elemen pertama, akan menjadi : “ikhlas memberi” dan “ikhlas menerima”. Pada akhirnya inilah yang melahirkan elemen keempat, yaitu “mengerti”.

Hal itu pula yang didengar oleh seorang sahabatku yang sedang bimbang karena mungkin merasa bersalah setelah sedikit “memarahi” pujaan hatinya. Ia sebenarnya tidak bermaksud begitu sehingga ketika bertemu denganku setelah berbuka puasa, raut wajahnya masih terlihat gusar meski dalam gelap di pinggir danau

Sabtu, 22 Agustus 2009

dan ramadhan pun singgah lagi

Kalau ada saat menjengkelkan yang sering singgah dan tidak bosan kita menunggunya, maka itu adalah ramadhan. Menjengkelkan ? karena dalam terik matahari menyengat kita tidak dapat segera minum untuk menyegarkan kembali dahaga. Perut lapar ? maka kita harus puas menanti tenggelamnya matahari sore nanti. Tapi tak apalah...hitung hitung latihan dan mengistirahatkan pencernaan yang selalu bekerja sepanjang tahun ini.

Dalam setiap ramadhan menyapa, tidak dapat dipungkiri ada suasana baru terasa. Apapun itu...

Selasa, 18 Agustus 2009

bukan untuk siapa siapa...

Realistis...kalo boleh kuusulkan padamu, sikap itu dimulai dengan menerima apa yang ada di depanmu. Kenangan bisa menjadi sebuah musuh yang mana kita tidak ingin berhenti untuk berhadapan dengannya. Karena seperti katamu, dia seperti tato, yang akan menyakitkan jika dihapuskan.

Kini tengoklah kiri dan kananmu, kau tidak kecil lagi, kau adalah elang remaja yang siap terbang menerkam angkasa masa depan (maaf jadinya elang, karena tajam matamu mengingatkanku padanya) Dan agar terbangmu nanti tidak goyah, ketetapan hatimu diperlukan. Tentu saja juga keikhlasan dalam melepas segala kenangan itu.


Kamis, 13 Agustus 2009

Surat Lusuh di lapangan PKM, "agar penyesalan tidak datang kemudian"

“Meski hatiku hancur mendengar kabar dari mulutmu langsung, bahwa kau telah melangsungkan akad nikahmu jumat minggu lalu, tidak membuat sinar senja yang masih tersisa dari penggalan terakhir matahari sebelum ia benar benar tenggelam di sore ini kehilangan keindahannya. Aku tetap bisa menikmati sinarannya bersama tawa orang-orang yang bermain bola basket di lapangan PKM kampus merah tercinta ini.

Jika aku berdiam waktu itu dan tidak memintamu untuk tetap tinggal dan mencintaiku bukan berarti aku tak cinta, Justru aku sangat paham bahwa kau adalah pribadi yang bebas, sebebas-bebasnya. Meski belakangan baru aku tahu, ternyata wanita memang seperti itu, mereka selalu ingin dipuja, tapi malu mengatakannya. Dan terlanjur rasa malu itu mengalahkan keinginannya

Bukankah Aku pernah bilang padamu, aku sangat mencintaimu, teramat sangat, dan akan kupenuhi semua pintamu, bahkan jika untuk meninggalkanmu ketika rasa bosanmu mulai datang. Kini permohonanmu itu aku kabulkan, dan kau pun pergi dengan kekasih baru yang kini siap jadi ayah bagi anak-anakmu kelak.

Mungkin aku menyesal tidak menahanmu waktu itu. tapi, jika itu yang terjadi, maka rasa cintaku hanya akan menjadi penjara bagimu, dan itu egois namanya. Dan mulai saat ini, aku bangga pernah mencintaimu, masih… dan selalu….”



Dari sebuah sudut makassar, yang didalamnya orang tak boleh jemu jemu untuk berjuang, dalam bahasa makassar orang menyebutnya: “Tamalanrea”


Aku memungut surat lusuh yang mungkin pemiliknya tak sengaja menjatuhkannya atau memang disengaja ?
dan aku tak berniat untuk mengembalikannya
akan kuberikan pada temanku, agar penyesalan tidak datang kemudian
karena perjuangan masih berlanjut

Selasa, 11 Agustus 2009

Beberapa hal tentang cinta

(Terima kasih sebelumnya untuk kak riza, kak harwan, kak yuda dan kak arya)

Aku mendengar beberapa hal ini dari beberapa kakak di sekitarku,
Mencintai itu bukan kejahatan
yang mana kita tidak perlu malu karenanya
dan tak perlu takut untuk merasakannya
apalagi harus menghindarinya
Jika kau mulai merasakan rindu, mungkin disitu ada cinta
Mencintai itu sebuah niat, niat yang baik
baik sekali malah...
jika sebuah niat baik di panjatkan, maka seluruh alam raya akan mendukungmu
Tidak pernah ada orang yang gagal karena cinta
tapi tanpa cinta, kita takkan memiliki semangat untuk menggapai cita
Sebenarnya masih terlalu banyak kata untuk cinta

Pada akhirnya Cinta itu perjuangan, maka yakinlah kami akan selalu mendukungmu

*Untuk sahabatku yang sedang berjuang

Kamis, 06 Agustus 2009

suka bukan cinta

Aku kira pekerjaan paling menyenangkan adalah menyukai. Terlepas dari apakah kita mempunyai maksud tertentu di balik itu, ataukah rasa suka kita yang tiba tiba muncul secara spontan, itu tak jadi masalah.
Kadang hal yang menjadi kesukaan kita itu berubah, bertambah buruk atau meningkat lebih bagus dari sebelumnya, kita akan tetap menyukainya.
Tapi suka bukan cinta, sekali lagi.. tidak sama !!!
Yang paling aneh justru ketika rasa suka itu justru timbul dari rasa benci pada mulanya.
dan harapku…. Semoga tidak berbalik.

Tiga orang sahabatku sangat menyukai penggalan lagu di bawah ini (ini tentang cinta, tapi tak apalah...),

"now look at you
wearing that shirt again
dont you realize how ugly that thing is

but even so
i love you anyway
no matter how things have gone
you always have me..."

Minggu, 02 Agustus 2009

harus ada

harus ada keheningan untuk mendengarkan angin
dan seperti itu pula kau butuh keberanian untuk meminta maaf,
tapi keberanian lebih besar diperlukan untuk memberi maaf
sementara itu, ketulusan sangat mutlak untuk kasih sayang

aku setuju cinta butuh keberanian
yang didalamnya ada ketulusan
dan aku yakin kau memiliki itu
karena dia pantas menerimanya

*didedikasikan kepada para pejuang
tentu saja kau juga termasuk, sahabatku...
sahabat yang sedang pulang dan masih tinggal

Jumat, 31 Juli 2009

seorang teman

apa yang lebih membahagiakan dari bermimpi ?
kata temanku : kau harus terbangun dan mewujudkan mimpi itu 
lalu bagaimana rasanya pulang ?
kata temanku : kau harus pergi terlebih dahulu
terus, apa yang paling menyakitkan di dunia ini ?
kata temanku : ooh gampang, itu ketika kau dilupakan, tapi 
kira-kira, apa yang membuat hidupmu bahagia dan tak dilupakan ?
kata temanku : ingatlah selalu, jangan melupakan
temanku itu pergi, tapi aku lupa menanyakan namanya...
dia pun mengerti, lalu berbalik lagi kepadaku dan berucap serta mengulurkan tangannya : "JUN"

Kamis, 16 Juli 2009

rasa rindu

tidak ada yang lebih menyejukkan dari rasa rindu
anehnya, justru datang ketika sesuatu yang dirindukan itu tidak ada
dan akan lenyap saat bertemu kembali dengan yang dirindukan
orang menyebutnya pengobat rindu
hahahhaha... kupikir rasa rindu itu penyakit
ya.... penyakit yang memanjakan
dan melegakan
ada juga saat ketika kita merindukan sesuatu sampai sampai melupakan yang lain
bahkan yang dicintai sekalipun
kalau itu rindu yang terlalu
tapi sepertinya memang begitu

Rabu, 08 Juli 2009

Dua dekade... Untukmu...

Yang paling menyakitkan di dunia ini adalah ditinggalkan. Tetapi yang terburuk adalah ketika kau merasa ditinggalkan.
Maka berbahagialah kalian yang bisa memastikan bahwa tidak ada yang merasa ditinggalkan
Karena kau tidak sendiri


Selamat ulang tahun kosmik....

Minggu, 31 Mei 2009

Selasa, 19 Mei 2009

dua hal yang kutakutkan

dua hal yang dulu kutakutkan sekarang terjadi juga
terlebih kepada hal yang kedua ini, yaitu kisah film "sex is zero" yang terjadi padaku.
hahahaha... kalau begini lengkaplah sudah hidup

Minggu, 10 Mei 2009

Menulis itu....

Menulis itu seperti Seseorang Yang Sedang Berjalan…
Dimana tangannya menjadi kaki untuk berpijak
Sementara pikirannya menjadi mata dan telinga yang melihat serta mendengar segala
Kemudian hatinya menjadi tangan yang merasakan apa saja

Orang yang berjalan itu mempunyai semangat bernama ”latihan”
Dan perjalanan itu bermuara kepada sebuah tempat bernama ”pencarian”
Dengan sebuah papan di pintu gerbangnya bertuliskan ”tidak pernah menyerah”

(untuk semua teman temanku di exist 08)




Sabtu, 02 Mei 2009

Malam yang berbeda, kali ini saja

Malam minggu, tamalanrea terkhusus depan pintu satu kampus unhas serasa di sirkuit sentul. Hanya saja disini agak gelap, kecuali ada beberapa lampu penerang berupa mercuri di sepanjang jalan yang tidak seberapa. Entah karena mungkin tidak ada anggaran pemda untuk sekedar menerangi jalan di kala malam atau apa.

Keriuhan sirkuit sentul yang tadi kukatakan tidaklah mengada-ngada. Meski jam sudah menunjukkan pukul setengah tiga subuh, tapi lihatlah raungan dan deru sepeda motor berpacu masih terdengar dan membuat orang disini tetap terjaga. Meskipun begitu tampaknya masyarakat sekitar tidak terlalu ambil pusing karena pemandangan seperti ini sudah biasa terjadi setiap malam minggunya.

Selama “sirkuit” dadakan ini muncul, dalam hitunganku sudah 4 kali terjadi kecelakaan. Aku tak tahu yng diluar dari itu. Setiap sabtu malam pasti seperti ini. Pertarungan awal dimulai sekitar pukul 11 malam. Mulanya akan muncul 3 sampai 5 motor yang berpacu selama beberapa putaran. Kejadian selanjutnya dapat ditebak, polisi akan datang mengamankan dan mengusir serta membubarkan balapan ini. Aku tahu itu hanya taktik para pembalap saja. Karena balapan sesungguhnya bukanlah pada saat itu.

Ketika para polisi tadi mengira telah menunaikan tugasnya dengan baik, maka mereka akan pulang. Sementara para pembalap menunggu hingga pukul 2 dini hari. Itu berarti sudah hari minggu pagi. Ketika itulah, balapan sesungguhnya berlangsung. Biasanya hanya terdiri dari 2 atau 3 motor, terkhusus bila terjadi pertaruhan yang dilakukan dengan negosiasi di depan pompa bensin pintu satu unhas. Akan terjadi duel satu lawan satu.

Malam minggu bagiku mungkin sama dengan malam malam lain. Kecuali malam minggu semalam, seseorang mengucapkan terima kasih padaku dalam bahasa asing yang tak kuketahui. Aku mengetahui arti “terima kasih” tadi ketika tidak sengaja dalam sebuah dialog film meyebutkan kata itu. Istimewanya, ucapan itu berlanjut kepada obrolan-obrolan ringan tentang beberapa hal.

Salah satu kesamaan manusia menurutku adalah selalu ingin diperhatikan. Secuek apapun dia. Aku pun demikian. Ketika dia menyinggung apa yang telah kutuliskan di masa lalu, aku merasa senang. Begitu juga ketika dia bercerita tentang kerinduannya akan sebuah sudut di kota kelahirannya bersama sahabat yang selalu mendengar keluh kesahnya, aku tahu dia sedang rindu. Kami bercerita hingga tak terasa dia pun tertidur di ujung kamarnya. Entah di atas ranjang atau di depan televisi. Yang pasti aku tidak akan tertidur hingga pagi nanti. Dan kepadanya, aku hanya bisa berucap : terima kasih telah membuat malam ini berbeda dengan malam malam lain sepanjang hidupku, meski itu hanya kali ini saja.





Kamis, 16 April 2009

Tri melahirkan..

Sebuah pesan singkat dari nuniek di wall facebook ku hari ini sungguh mengejutkan. Pesan singkat itu berbunyi sebagai berikut : "Alhamdulillah kabar ku baik... Eh mampir yah di RRI kalo lagi jalan di kawasan riburane... info untuk anak2 kosmik 01, tri sekarang di rumah sakit bunda di pengayoman, dia dah melahirkan anak perempuan"

Nuniek merupakan teman angkatanku di kosmik yang telah menjadi reporter di RRI programa 3 makassar. Adapun kabar utama dari pesan tersebut adalah menyangkut Tri yang telah melahirkan bayi perempuan.

Rabu, 08 April 2009

resah yang lahir awal april (menjelang pemilu)

Meskipun bencana alam, kecelakaan pesawat, rusaknya wajah kota oleh ribuan baliho hingga fenomena golput melanda negeri ini bertubi tubi, itu tidak akan mengubah diriku untuk mencintai Indonesia ini. Dan andaikan besok adalah hari raya (lebaran), maka mungkin sekarang sudah berkumandang takbir menyambut perayaan akbar ini.

Semoga kita semua selalu dalam dilindungi-Nya.

Senin, 30 Maret 2009

ada api di tamalanrea

puisi buat citizen reporter
waahaii.... teman temanku wartawan dan wartawati,
barusan ada beberapa mobil pemadam kebakaran dengan kecepatan tinggi
seperti sedang memburu api,
entah dimana lagi si jago merah itu beraksi,
kejarlah kabar itu secepat kau kabarkan mereka kepada kami...!!!
hm...kali ini tempatnya terdeteksi di nusa tamalanrea indah alias NTI
terima kasih buat laporan AYU exist 08 yang manis sekali.....

Sabtu, 21 Maret 2009

Kau curi lagi.... (lagi dan lagi)

Ini bukan tentang lagu band j-rocks itu, atau salah satu tembang dari andra and the backbone.



Rabu, 04 Maret 2009

Mansyur semma, setahun dalam kenangan

Aku takkan menuturkan betapa sedihnya diriku hari ini
Aku takkan bercerita kalau sedih itu mengingat setahun yang lalu kala pak mansyur pergi
Aku juga takkan berusaha menutupi haru akan panjangnya iring-iringan konvoi yang mengantarkan jenazah beliau ke pemakaman pate'ne maros itu, juga setahun yang lalu
Kini aku hanya ingin mengenang beliau
Betapa di tanggal ini setahun yang lalu, tidak ada kekuatan dan kekuasaan yang mampu menahan kepergian beliau karena kehendak-Nya, bahkan isak tangis sekalipun

Aku hanya ingin mengenangnya...





Selasa, 03 Maret 2009

Perempuan pemendam rasa




Tamalanrea school

Kata "sosial" dan "budaya" biasanya diletakkan dalam sebuah frase : sosial budaya. Ini sering kita jumpai pada paragraf dalam tulisan-tulisan di berbagai media. Entah itu opini, straight news, essay, cerpen bahkan puisi.


Kajian mengenai hal ini pun sangat beragam. Dan tentu saja dimuat juga di media-media komunikasi pengantar pesan di seluruh dunia. Media online merupakan media teranyar pengantar pesan yang boleh dibilang tergolong murah dan tidak memerlukan birokrasi yang ribet. Berdasarkan faktor inilah, dini hari tadi sebuah situs yang mengantarkan isu-isu kajian tentang sosial budaya diluncurkan. Saya kebetulan sedang membaca salah satu artikel dari situs tersebut. Saya pikir ini merupakan hal yang sangat positif untuk mengakomodir hal-hal semacam itu.


Diluncurkan dari tamalanrea, sebuah wilayah yang selalu menjadi kenangan dan tempat belajar kita, berdasarkan nama tamalanrea itu sendiri yang berarti "tak jemu-jemu", menjadi penyemangat kita untuk terus maju dan tak bosan untuk terus belajar.

Kita bisa mengaksesnya pada alamat :

http://www.tamalanreaschule.co.cc/


Jumat, 27 Februari 2009

Suatu sore bersama Fadel Muhammad

Pamflet di dinding depan perpustakaan pusat itu yang memberitahuku bahwa sore hari ini akan datang seorang gubernur untuk memberikan kuliah umum. Sebenarnya kedatangan seorang pejabat negara atau orang penting lainnya sudah biasa di kampus ini. Hanya saja kali ini berbeda. Karena yang datang sekarang adalah seorang pemimpin dari daerah asalku, gorontalo.

Ketika baru saja aku tiba di lantai bawah gedung ipteks, aku mendapati 2 kelompok mahasiswa yang sedang duduk membentuk 2 lingkaran berbeda. Masing-masing ditemani oleh seorang dosen. Aku mengenali salah seorang dosen itu sebagai supervisor ku (pak rahmat Muhammad) waktu KKN di tahun 2006 silam. Aku dapat menyimpulkan kiranya pembicaraan dua kelompok lingkaran itu adalah mengenai rencana pemberangkatan KKN nanti. Entah ini KKN gelombang keberapa, aku hanya memandang mereka sambil menunggu kedatangan Pak Fadel.

Sekitar lima belas menit menunggu akhirnya rombongan pak fadel tiba. Setelah sebelumnya aku ditemani oleh salah seorang senior angkatan 96 serta ain (sekum kosmik saat ini) yang sudah pergi lagi. Ain juga sempat mengabarkan bahwa Ibundanya Irwan (ketua korps saat ini) saat ini sedang sakit dan dirawat di ruangan "anggrek" rumah sakit Jaury.



Sabtu, 21 Februari 2009

lenggak lenggok makassar

lenggak lenggok makassar...
geliatnya sudah mirip ibukota, malam minggu semakin rame, ABG dengan tanktop dan hotpants di depan warnet hilir mudik
sementara di jalan raya depan pintu satu, motor-motor dipacu dengan kecepatan diatas normal, biasanya terdiri dari 3 atau 4 motor saling mendahului demi satu nama gengsi
tidak berapa lama polisi berdatangan, dan arena itu pun bubar.
seiring hujan yang ikut turun, penonton juga ikut pulang

itu dari sudut sini
entah dari sudut yang lain
dan aku pun tenggelam kembali
di dunia maya ini








Jumat, 13 Februari 2009

Merindukanmu....(ranes)

Hari ini kau tiba-tiba hadir di depan pintu xtranet, memanggilku
Aku terhenti sejenak, tidak dapat merasakan apa-apa
kemudian tersadar kembali
Setelah beberaba bulan lamanya tidak bersua
Bukan karena apa
Aku hanya mencoba tuk mengerti...
Mengerti, dan menghormati pilihanmu
Untuk pergi dari kebersamaan kita
Pergi bersamanya

Tapi meskipun begitu
aku begitu merindukanmu
masih... dan selalu...






Senin, 09 Februari 2009

Nurani 200, Dari malakaji turun ke hati (III)

Anggukan maba berjilbab hitam itu pun menjadi legitimasi bagi si gadis pirang untuk mengambil langkah selanjutnya. Belakangan baru aku ketahui ternyata maba berjilbab hitam itu adalah koordinator seksi konsumsi. Karena namanya baru kuketahui nanti, untuk sementara kami memanggilnya ibu mandor.

Pandangan gadis pirang itu lalu berpindah kepada beras yang sejak tadi sudah dituang kedalam wajan besar untuk dimasak dengan air. Seolah sudah mengetahui maksud si gadis pirang, jo salah seorang maba cowok yang juga berdiri tak jauh dari situ langsung mengambil posisi akan mengangkat wajan besar berisi beras tadi. Si gadis pirang pun tidak membiarkan jo mengangkatnya sendirian, perlahan disingsingkan lengan bajunya kemudian dengan aba-aba tak terdengar wajan itu pun terangkat ke atas tungku api.

Jadilah kami bertiga menunggui beras tersebut hingga mendidih dan habis airnya. Cara memasak nasi seperti ini sudah lazim dilakukan untuk mempercepat proses penanakan nasi nantinya. Terkadang si gadis pirang membolak-balik beras tersebut agar tidak lengket menggunakan sodet yang biasa dipakai untuk menggoreng. Sembari gadis pirang itu “beraksi” dengan sodetnya, aku dan jo bergantian memasukkan kayu baru dan mengatur agar nyala api tetap pada kondisi yang normal, tidak mati atau tidak terlalu besar. Asap dari api selalu mengepung kami, dan arahnya tidak menentu. Karena kami dekat sekali dengan api maka mau tidak mau muka kami menjadi sasaran utamanya. Beberapa kali si gading pirang menutup penuh mukanya ketika asap menyerbu dengan sweater hitamnya, saat itulah kami akan tertawa terpingkal-pingkal. Karena meskipun sudah bau asap si gadis pirang tetap enggan untuk beranjak dari situ, selain udara dingin terus menusuk, kehangatan dekat api merupakan hal yang paling nikmat di tengah cuaca seperti itu.

Melihat kami asyik bercanda di dekat api dan tidak merasakan dinginnya cuaca sekitar, membuat beberapa warga kosmik lainnya mendekat. Mulanya si ruztan, yang baru pulang dari membantu mendirikan tenda-tenda kecil langsung bergabung mendekati api. Dinginnya malakaji membuat kaki dan tangannya tidak terasa panas sewaktu di dekatkan pada pusat api meskipun dalam jarak hanya sekian millimeter. Kemudian cokke pun ikut nimbrung, lalu disusul isal, debra, dan arshanty. 3 nama yang aku sebutkan terakhir itu adalah anak “trust 06” termasuk ruztan. Sementara cokke’ sendiri dari “guard 05”.

Tidak terasa air dalam wajan besar sudah kering seiring dengan itu beras pun menjadi setengah matang. Tinggal dikukus dalam dandang. Jo pun mengambil dandang dari dalam dapur, si gadis pirang bersiap memindahkan beras dari wajan besar yang telah diangkat oleh ruztan ke tanah. Beberapa anak kosmik lainnya sempat singgah sebentar kemudian berlalu lagi masuk ke dalam dapur. Debra dan arshanty pun ikut masuk ke dalam. Tinggal isal bersama si gadis pirang, aku, jo dan ruztan. Cokke juga telah pergi entah kemana. Dari arah pintu, si ibu mandor mengawasi pekerjaan kami. Si gadis pirang memindahkan beras ke dalam dandang yang telah siap selanjutnya jo bersamaku mengangkatnya ke atas tungku kembali. Sekarang tinggal menunggu masaknya nasi, karena lauk pauk sudah disiapkan sejak berangkat tadi hanya tinggal dipanaskan saja. Ibu mandor tersenyum-senyum sendiri di ambang pintu dapur, aku pun menanyakan namanya. “Mifda, kak!” jawabnya singkat. Ketika aku menoleh ke samping, telah ada 2 orang maba cewek lagi sudah berjongkok dengan manis. Si gadis pirang pun memperkanalkan satu persatu 2 pendatang baru itu.”yang itu feny kak, terus yang berkacamata disebelahnya, lirih. Aku mengulanginya lagi sambil menujuk mereka, “feny” kepada yang berambut pendek dan “lirih” kepada rambut panjang berkacamata. Dari cara bicaranya, lirih dapat langsung kutebak. Ia pasti orang toraja, sementara feny belum kuketahui pasti.

Ketika menoleh lagi kearah gadis pirang, aku melihat satu sosok lagi sedang berkacak pinggang dibelakangnya. Aku sangat mngenal anak kosmik satu ini. Bicaranya sangat cepat tetapi herannya, tidak pernah satu katapun yang salah atau belepotan dalam setiap ucapannya. Dia mampu meniru beberapa logat khas daerah yang berbeda seperti toraja, kendari, Kalimantan bahkan papua. Malah aku bingung sebenarnya dia berasal dari daerah mana. Kulit putihnya sangat terlihat kontras dengan baju hitamnya. Suaranya keras dan lantang, rambut panjangya dibiarkan tergerai dengan mata bulat dan besar yang selalu bergerak-gerak mengamati pekerjaan si gadis pirang. Namanya mirip nama anak lelaki, tingkahnya pun kadang tomboy, tetapi sebenarnya ia sangat feminim, periang dan baik hati. Ari, singkat saja teman-temannya memanggil dia demikian.

Kedatangan ari menambah semarak acara masak nasi kami dengan celoteh-celotehnya, kadang-kadang ari meminta jo mengecek air di tungku sebelahnya apakah sudah mendidih atau belum. Ari pun beberapa kali menanyakan kepada jo apakah dia tidak merasakan udara dingin ini karena jo tidak mengenakan jaket ditambah lagi celana panjangnya digulung hingga batas paha. Jawaban jo sederhana, “ranselku tidak tahu kemana, sementara semua baju disitu. Lagian juga daerah asalku, lebih dingin dari sini. Belum apa-apa dinginnya disini dibanding di toraja” katanya. Aku geli melihat tingkah mereka satu persatu terutama kala teman-teman jo yang lain mengejeknya tetapi jo hanya senyum-senyum saja.

Si gadis pirang sejak tadi berdiri dengan tangan tidak lepas dari sodetan terlihat melamun memandangi asap entah apa di dalam pikirannya, atau memang begitukah dia orangnya ? Tiba-tiba si mifda mandor dapur, meminta tolong agar nasi itu dicek apakah sudah matang atau belum. Gadis pirang pun mengangkat tutup dandang tersebut, asap mengepul dengan hebatnya, anak-anak yang duduk sekitar api mencoba mengambil hangat asap itu, hm….. terasa nikmat hawa seperti ini. “sedikit lagi” kata gadis pirang setelah mencoba nasi tersebut. Jo kembali memasukkan kayu bakar. Ruztan mengaturnya, nyala api itu tetap terjaga, sesekali meniupnya bila mati lagi.

Sejak tadi aku baru sadar ternyata ada isal disamping aku duduk memandangi nyala api itu. Tangannya pun tidak lepas dari posisi seperti orang mengeluarkan tenaga dalam. Menyerap hangat sebanyak-banyaknya. Spontan saja aku menanyakan apakah ia punya pulsa. Isal mengangguk dengan senyum di wajah khasnya. Kalau dalam posisi senyum seperti itu maka mata isal akan mengecil hingga nyaris tak terlihat. Santy (rush 04) lah orang pertama yang menyadari akan hal ini. Katanya senyum isal mirip senyuman almarhum mantan presiden soeharto yang lebih terkenal dengan istilah “smiling general”. Coba saja kalian perhatikan dengan seksama.

Isal berasal dari bau-bau sulawesi tenggara. Logat tenggaranya masih terasa walaupun telah 2 tahun dia di makassar. Tubuhnya menjulang diantara teman-temannya, sehingga kata arshanty sangat mudah menemukan isal diantara orang-orang. Dengan jilbab putih dan baju lengan panjang biru langit isal berjongkok di depan api. Ia juga mengenakan selimut berwarna hijau terang, katanya itu sarung khas buton. Kainnya ditenun dengan benang pilihan. Aku melihat kerapatan kain tersebut dari jarak dekat. Tentulah butuh ketekunan dan ketelitian yang tinggi untuk membuat kain seperti itu. Walaupun tidak terlalu tebal, tetapi hangat bila dilingkarkan pada tubuh kita. Isal kembali tersenyum dan memandangi api lagi.

Pikiranku melayang ke makassar, aku ingin meng-sms teman aku untuk segera datang kesini. Jadi aku meminjam hp milik isal. Dengan agak kaku aku menekan tombol hp itu. Isal sempat berpesan, “kalau mau datang bawa jaket 2, disini sangat dingin. Jangan lupa tulis nama ta’ ya sebagai pengirim”. Aku pun tambah bersemangat memencet tombol untuk merangkai kalimat-kalimat itu. Sms pun terkirim, seiring itu harapan-harapan mulai aku panjatkan.
(bersambung)


Nurani 2008, Dari malakaji turun ke hati (II)

Jilbabnya berwarna merah muda, tetapi muda sekali sehingga mendekati ungu. Dia menyebut sebuah nama, sebenarnya nama itu sangat familiar bagiku. Tentu saja karena itu adalah namaku, hanya saja terdengar sangat merdu sehingga seperti selimut tak kasat mata membelai dan membungkus kehangatan di tengah dinginnya atmosfir malakaji yang tiba-tiba menyergap kami semua sebagai ucapan selamat datang.

Setengah gugup aku berucap “iya”, meneguhkan keragu-raguannya. Beberapa saat kemudian kami pun terlibat obrolan ringan. Kakinya yang putih kelihatan karena alas kakinya sedang digenggam. Ada sebuah karel ukuran sedang di pundaknya, dan tak henti-hentinya dia mencoba bernafas lebih cepat menyesuaikan keadaan sekitar melawan dingin yang menusuk.

Aku melangkah kearah baruga, sesudah berpamitan kepadanya, karena dia juga akan bergabung kembali dengan teman-temannya setelah ada instruksi dari steering bagi Maba untuk berbaris di belakang truk. Becek yang timbul karena hujan menghiasi sebagian besar tanah di areal lokasi nurani ini. Hujan pasti telah turun beberapa waktu sebelumnya. Kaki kami langsung kotor ketika memasuki halaman baruga itu. Terlihat beberapa senior kosmik seperti kak madi, kak jaya, kak ain (sang ibu sekretaris), kak taro, dan kak adri, beserta senior-senior lain sebagai rombongan pertama yang telah tiba sehari sebelumnya. Berdasarkan instruksi dari kak taro, agar semua barang dikumpul jadi satu di depan baruga. Kebetulan mobil pickup pengangkut logistik pun telah tiba. Beras, gallon, kompor, sayur-sayuran, kayu bakar, kompor gas, kompor minyak tanah, minyak goring, minyak tanah, dan lain lain juga diturunkan satu persatu. Instruksi lainnya dari kak taro agar maba berkumpul di lapangan untuk briefing dengan steering dan pendamping.

Awan Mendung semakin berarak memayungi langit malakaji. Tidak berapa lama Titik-tiik air hujan pun turun. Rupanya awan-awan itu tidak kuasa lagi membendungnya. Perlahan-lahan barang-barang di tengah halaman itu pun basah. Beberapa maba berusaha mengangkut dan memindahkannya ke tempat yang lebih teduh. Kiranya kantor PKK itulah tempat terdekat dari situ. Maka kesanalah barang-barang selanjutnya diungsikan. Dengan bahu membahu bersama senior-senior yang juga turun tangan membantu, akhirnya barang-barang kebutuhan dapur tersebut terbebas dari basah. Sebuah Tangki gas berukuran besar pun terlihat diantara barang-barang itu sehingga membutuhkan 2 orang untuk memindahkannya.

Dari arah lapangan, para maba pun kembali mulai berdatangan setelah briefing. Maba-maba itu mencari barang bawaannya masing-masing dan selanjutnya menempati kantor desa itu. Di lokasi nurani itu terdapat pula sebuah bangunan lain yang memiliki beberapa kamar dan ruang tamu serta sebuah kamar mandi di dalam salah satu kamar itu. Para senior-senior lain, dan anak TBM ditempatkan disini. sekaligus juga dijadikan tempat untuk bagian konsumsi memasak makanan bagi semua warga kosmik nanti.


Aku pun meletakkan tas di dalam tenda bulan yang berada di baruga itu. Sandal dan celana panjang aku lepaskan karena telah kotor ketika tiba tadi. Dengan celana pendek dan kaus saja di badan tentu saja membuat dingin yang menyerang semakin terasa. Hal selanjutnya adalah mencari kehangatan. Aku pun menuju dapur. Karena aku melihat beberapa ikat kayu bakar sewaktu barang-barang diturunkan tadi. Dan betul saja, ketika tiba didapur telah ada beberapa maba yang bersiap-siap akan memasak dengan kayu bakar.

Teriakan-teriakan dari arah lapangan terdengar diantara tiupan angin kencang menarik perhatian aku. Oh rupanya sebuah tenda raksasa sedang berusaha didirikan di tengah lapangan itu. Beceknya tanah, kencangnya angin serta dinginnya udara ditambah lagi deras air hujan mengguyur badan, tidak membuat anak-anak kosmik itu gentar untuk mendirikan tenda itu. Nurani kali ini aku kira berkonsep perkemahan. Karena disekeliling tenda raksasa yang berfungsi sebagai tenda induk itu telah siap pula tenda-tenda kecil yang akan didirikan. Udara sangat dingin membuat mulut dan gigi tidak berhenti bergemeretak. Tetapi teriakan teriakan itu semakin keras menambah semangat. Tiga tiang utama di tengah tenda raksasa berwarna hijau khas tentara bertuliskan “depertemen sosial” itu sedang berusaha di pancangkan. “tarik…! Tarik…!, “disebelah kanan tahan..!” .“stoooopp….!!!” Teriakan-teriakan seperti Itulah yang terdengar mengalahkan terjangan angin dan dingin yang menusuk-nusuk. Kak opi, kak coke, kak potter, kak andi, kaki man, kak ruztan, jo (maba 2008), serta anak-anak kosmik lain mengerahkan segenap tenaganya hingga tenda itu berdiri dengan tegak. Angin masih memukul-mukul badan tenda besar itu, tapi dia tidak goyah lagi. Tali-tali pancang pun dipasang dengan patok-patok besinya menahan geraknya agar lebih kukuh berdiri. Beberapa kali tali itu sempat putus dan patoknya tercbut, tetapi dengan kesabaran dan ketekunan selama satu jam lebih akhirnya tenda itu pun menyerah. Dia berdiri dengan gagah, hijau gelap, sendirian di tengah lapangan luas. Sementara bukit dan pegunungan rumah penduduk terhampar luas di belakangnya, hujan pun turun lagi dan angin berhembus perlahan.

Ketika kembali ke dapur, maba yang bertugas sebagai seksi konsumsi telah memulai aktivitasnya memasak. Ada yang mengiris bawang, menumbuk lombok dan mencuci beberapa peralatan. Karena di dalam dapur sangat penuh, maka sebagian kegiatan masak-memasak dialihkan ke luar area dapur yang masih ada seng pelindungnya. Sebuah dandang besar berisi air telah dinaikan ke atas tiga batu besar, sementara beberapa potong kayu bakar telah menyala membara di bawahnya. Kehangatan pun pelan-pelan berpindah dan terasa ketika aku mendekat, meskipun basah karena basah oleh hujan di lapangan bersama anak-anak tadi. Tuhan menciptakan sesuatu itu selalu berpasangan, dinginnya cuaca seperti ini akan terasa nikmat jika ada panas yang mengimbanginya. Sisi positif dari sebuah proses bernama radiasi dapat dirasakan pada saat itu. Energi panas api yang berpindah menghangatkan badan di kala dingin dapat mendatangkan berbagai hal indah. Seperti kejadian selanjutnya, disamping aku telah berdiri sesosok maba perempuan mengenakan sweater hitam dan bercelana biru tua dengan tiga garis putih dan tanpa sandal. Rambutnya agak pirang, diikat dengan kearah atas. Tanpa ekspresi dia memandang kearah api yang menjilat-jilat menebarkan panas. Sesekali dia berjongkok kemudian berdiri lagi tapi tidak beranjak dari situ. “dikasih naik mi nasinya ?” tanyanya pada seorang maba lain yang berjilab hitam. (bersambung)


Nurani 2008, Dari malakaji turun ke hati (I)

Mungkin kisah seperti ini sudah terjadi di tahun-tahun sebelumnya, tetapi kali ini aku ingin berbagi dengan menuliskannya agar dia abadi.

Ini tentang acara Nurani (nuansa unik dan radikal anak komunikasi), salah satu dari 3 fase pengkaderan utama bagi mahasiswa baru di jurusan ilmu komunikasi. Dalam hal ini KOSMIK (Korps Mahasiswa Ilmu Komunikasi) yang secara struktural menanganinya langsung.

Sejak tahun 2006, Orientasi pengenalan kampus (ospek) telah dilarang oleh Bapak rektor unhas yang baru, Prof. Idrus Paturusi. Hal ini juga berpengaruh pada kegiatan Nurani. Format pengkaderan saat ini telah jauh berbeda dengan yang dulu. Tapi aku hanya ingin mengingat ini sebagai sebuah kisah yang pernah ada dan selalu ada di tahun-tahun akan datang…..

(Kamis, 15 januari 2009)

(Tamlanrea/makassar - gowa - takalar - jeneponto - malakaji/gowa lagi)

Iring-iringan truk tentara yang mengangkut anak-anak kosmik dari dalam kampus mulai terlihat dari arah pondokan, hanya terpisah oleh danau unhas saja. Aku hitung-hitung ada 2 truk tentara ditambah satu bis milik pemkab yang mengangkut anak kosmik itu. Oh masih ada satu lagi ternyata, Mobil Pickup Kijang pengangkut barang-barang logistik seperti beras, kompor dan sayur-sayuran serta lauk pauk lainnya juga turut serta.

Iring-iringan itu berhenti di depan pintu satu Unhas, aku dan patang pun ikut naik di salah satu truk itu. Selajutnya perjalanan dimulai. Matahari sebenarnya bersinar cerah, hanya tertutupi awan mendung saja,tetapi masih kelihatan sedikit-sedikit sehingga ketakutan akan turunnya hujan tidak terlalu dipikirkan. Truk yang aku tumpangi berada barisan paling depan, ditambah lagi sang sopir rupanya suka ngebut, jadi perjalanan ke lokasi nanti aku pikir akan tepat waktu.

Laju truk terdepan ini meninggalkan jauh truk lainnya dan bis pemkab dibelakang. Ada beberapa anak kosmik juga yang menggunakan motor berboncengan, aku lupa berapa motor waktu itu. Ketika memasuki daerah takalar, adzan dzuhur berkumandang. Rombongan pun berisitirahat di seberang jalan depan mesjid besar kota takalar. Ada yang langsung pergi sholat, ada yang turun dan duduk di depan kios sambil mengemil permen, minum air putih, ada juga yang membagikan salak, bahkan ada yang sempat berfoto-foto. Tidak berapa lama kemudian truk dan bis pemkab pun tiba. Ketika mendekat, ternyata bis tersebut milik pemkab maros. Entah bagaimana anak-anak kosmik ini bisa mengambil bis pemkab maros untuk pergi nurani, yang jelas acungan jempol patut aku berikan pada mereka. Dari dalam Bis pun turun satu persatu penumpangnya yang didominasi oleh mahluk hawa berdarah biru-merah dan terkenal ayu-ayunya itu. Diantara para penumpang itu aku melihat beberapa wajah asing menggunakan baju seragam putih-putih dan menggunakan scraft merah yang diikatkan pada leher mereka. Kata cokke' 05, mereka itu Tim Bantuan Medis fakultas kedokteran Unhas yang diminta bantuannya untuk ikut pada Nurani ini. Aku pun sekali lagi bersorak dan mengacungkan jempol pada terobosan baru ini. Selanjutnya anak-anak kedokteran itu dikenal dengan Anak TBM.

Tidak berapa lama kemudian, rombongan melanjutkan perjalanan lagi. Truk tumpangan aku masih menjadi truk terdepan. Sang sopir ini memang hebat. Setelah Beberapa kilometer kami lalui, truk dibelakang dan bis pemkab maros serta mobil pickup tidak kelihatan lagi. Laju truk itu membelah udara tentu saja konsekuensinya angin pun terasa lebih kencang, rambut anak-anak bertiup kesana kemari terutama kami yang duduk di belakang merasakan langsung tiupan angin itu. Di dalam truk ini rupanya sebagian besar adalah Mahasiswa baru angkatan 2008. Aku tidak terlalu mengenali mereka, hanya ada beberapa yang selalu aku lihat di kampus. Aku geli melihat tingkah mereka yang masih kikuk ketika satu mobil bersama seniornya. Ada yang tidur (atau mungkin pura-pura tidur), ada yang senyum sendiri kala mendengar candaan dari teman dan seniornya, ada juga yang sibuk dengan tempat duduk sempitnya sehingga beberapa kali ia harus memperbaiki posisi tubuhnya. Truk itu penuh sesak sehingga beberapa Maba itu ada yang bergelantungan di besi pegangan dan menempatkan tubuhnya diatas sandaran kursi temannya. Meskipun begitu semua terlihat gembira. Kadang-kadang ada yang berceloteh ngolor ngidul diikuti tawa dan calla-an.

Memasuki kota jeneponto, tepatnya di belokan sebelah kiri patung kuda yang menjadi ciri khas daerah jeneponto, truk pun berhenti lagi menunggu rombongan di belakang. Dikhawatirkan truk dan bis di belakang itu tidak tahu arah, sekalian sebagai waktu istirahat sekali lagi. Karena selanjutnya rombongan tidak akan berisitirahat lagi sampai tiba di lokasi nanti. Rombongan turun lagi, truk kami berhenti di depan penjual bahan bangunan. Anak-anak sempat juga numpang buang air kecil di rumah warga dan tentu saja foto-foto. Himas 06 an temannya bahkan sempat makan coto kuda di dekat situ. Jeneponto memang terkenal karena kudanya itu.

Setelah bis, truk, mobil pick serta rombongan motor tiba dan berisitarahat bersama, kami pun melanjutkan perjalanan. Langit agak mendung tapi tidak ada rintik hujan, kami pun tetap tenang melaju meskipun dalam kecepatan diatas normal. Ketika memasuki wilayah kelara, wanto yang kebetulan satu truk dengan aku, mengatakan bahwa kita akan melewati rumah neneknya Ilo 06. Bilqis yang sejak tadi meramaikan suasana selalu menanyakan yang mana rumah tersebut, karena tidak kunjung tiba. Kata wanto, daerah itu ada pintu airnya. Kami pun selalu menoleh ke arah kiri yang ditunjukkan wanto dan mendapati beberapa kali pintu air. Akhirnya setelah beberapa lama, terlihat pintu air besar berbeda dengan pintu-pintu air sebelumnya, dan wanto pun menunjuk pada rumah dengan arsitektur khas daerah makassar berbahan baku kayu hitam. "itu mi rumahnya" dan kami pun ber ooooo..." ria.

Setelah daerah tempat rumah milik nenek ilo itu dilewati, jalanan mulai terasa tidak mulus lagi. Aku tidak sempat membaca plang tanda pengenal daerah itu, tetapi pemandangan disini mulai indah. Hamparan sawah terlihat membentang sejauh mata memandang. Sementara jalanan mulai menanjak dan penuh lubang disana sini. Terkadang anak-anak kecil bersorak ketika truk kami melewati meraka sambil tertawa. Jalanan menanjak dan penuh lubang malah membuat laju truk kami semakin kencang. Beberapa kali kami berteriak "wooooooww.. ." ketika truk melonjak-lonjak dan ban beradu dengan aspal rusak yang berlubang-lubang terkadang penuh genangan air.

Rusaknya jalanan, tanjakan yang tinggi serta banyaknya tikungan bukan berarti kecepata truk kami bakal menurun. Sebaliknya, sang sopir malah menginjak pedal gas lebih dalam. Dinginnya tiupan angin makin terasa, apalagi kami telah memasuki daerah pegunungan. Aku mulai menyadarinya ketika melihat mawar merah khas dataran tinggi tumbuh di depan rumah penduduk sepanjang perjalanan. Semakin tinggi kami mendaki, dingin alam makin menusuk. Tetapi itu semua terbayar dengan keindahan pemandangan alam di sisi kiri truk ini. Kepala-kepala anak-anak kosmik di truk ini berlomba melongok ke situ. Padi yang mulai menguning berbaris di bedengan sawah dengan sangat rapih. Sementara di sisi sebelahnya ada barisan kebun jagung yang sedang berbuah. Di beberapa belokan pemandangannya seperti itu, tetapi selalu dalam komposisi yang berbeda meskipun isinya tetap sama, padi, jagung, gunung, lembah dan sungai. Gambaran seperti ini mungkin selalu terlihat oleh anak-anak zaman sekarang di layar-layar komputer, sehingga mereka enggan untuk melihat secara langsung ciptaan Tuhan yang maha dahsyat. Beberapa kali terdengar decak kagum dari anak-anak kosmik di truk ini. Jika truk memasuki daerah padat penduduk, maka lambaian tangan dari penduduk yang kami dapati. Tetapi di daerah tikungan dengan hamparan lukisan alam seperti tadi, maka kami akan dibelai anugerah tuhan seperti tadi. Hanya sahutan "wuuuiih.... ." atau "wooooww.... " saja yang terdengar dari kami diiringi wajah yang berseri-seri.

Berkilo-kilo meter sudah tidak terasa kami lewati dengan suguhan selamat datang dari keindahan panorama alam sulawesi selatan ini. Di suatu tanjakan yang tidak terlalu tinggi, truk pun berjalan pelan berhenti tepat di depan sebuah lapangan dengan beberapa bangunan. Ada kantor PKK, kemudian sebuah baruga berukuran sedang dan sebuah mesjid. Disebelah kanannya agak menjauh terlihat dari kejauhan sebuah lapangan sepakola dengan hamparan alam yang luas. Di baruga berukuran sedang tersebut aku melihat sebuah tenda bulan berukuran besar berdiri di tengahnya. Oh rupanya sudah sampai, disinilah malakaji itu. Ketika Baru saja aku melompat dari atas truk, dan akan menuju baruga tersebut, seseorang menyentuh pundakku, dan aku pun menoleh. Rupanya seorang Maba 2008, perempuan berparas ayu dan berjilbab. ........(bersambung)


Jumat, 06 Februari 2009

Daeng Tata, monumen hidup depan karebosi

Bola matanya berwarna kelabu seperti awan mendung yang memayungi lanit karebosi minggu pagi ini. Aku mengambil posisi duduk tepat di depannya. Di belakangku tribun besar karebosi dan lapangan yang masih dalam pekerjaan serta mall bawah tanah terpampang menghiasi tengah kota makassar. Konon katanya, lapagan karebosi adalah titik tengah wilayah kota makassar ini.

Aku menyeruput kopi susu pesananku yang baru saja terhidangkan di depanku. Sangat pas rasanya di tengah cuaca dingin begini. Aku memilih duduk disitu sambil menjaga helm dan jaket milik nendeng yang sedang pergi mengikuti acara penarikan undian memperingati HUT koran sindo makassar di area depan tribun karebosi bersama rahma dan isti.

Bapak pemilik bola mata kelabu itu sudah sejak tahun 1990 berjualan di depan karebosi. Bersama istri dan seorang anaknya, mengais rejeki lewat hidangan kopi, dan suguhan nasi bersama lauk-pauknya. Tidak ketinggalan rokok yang dijual perbungkus dan batangan serta makanan ringan. Beliau lahir tahun 1934 di enrekang. Bapaknya bersuku enrekang, sedangkan mamaknya dari sinjai. Rentan waktu sejak kalahirannya yang melewati tahun 1945 tentu saja membawanya ikut merasakan zaman penjajahan. Hingga suatu masa yang amat terkenal dan membekas di hati rakyat sulawesi selatan khusunya makassar. Tepatnya pada peristiwa yang memakan korban 30.000 jiwa. Nama westerling tidak dapat dilepaskan dari kejadian tersebut.

Ketika beliau mulai bercerita, aku mencoba melepaskan semua pengetahuan sejarah yang kuperoleh dari buku-buku sejak SD hingga SMU. Aku akan mendengarkan kisah-kisah dari mulut seorang saksi sejarah yang beruntung masih bisa hidup sampai sekarang.

Jumat, 23 Januari 2009

Idrus Paturusi, Guruku, Dokterku, Pemimpinku

Aku baru saja habis mengambil air wudhu dan melangkah masuk mesjid untuk shalat jum'at dan meliatnya disana. Rambutnya sudah banyak yang memutih. Aku tidak mengira akan bertemu dengannya sedekat ini. Hanya berjarak satu meter di depanku ia berada. Kebetulan ada pak haji pemilik photocopy sebelah warnet duduk agak dekat disampingnya tapi masih menyisakan sedikit ruang kosong untuk satu orang lagi, jadi aku pura-pura bersalaman dengan pak haji itu kemudian duduk tepat ditengah antara pak haji itu dengannya. Aku hapal model pakaian yang dikenakannya. Kemeja berlengan panjang kemudian digulung seperempatnya dan bercelana kain. Kadang-kadang dengan dasi, tapi itu jarang sekali.

Beliau adalah orang nomor satu di kampus Merah. Universitas terbesar dikawasan timur indonesia yang beberapa waktu terakhir selalu masuk televisi karena berita tawuran dan bentrokan brutalnya. Terakhir aku bertemu dengannya sewaktu terjadi demonstrasi menolak RUU BHP yang berujung pada penyerbuan polisi ke dalam kampus kami. Wajah tuanya kmbali muncul di layar kaca sore hari setelah insiden itu berlangsung. Beliau tidak segan-segan untuk turun langsung berusaha menghentikan pertikaian seperti itu. Dirinya tidak gentar berdiri di tengah-tengah massa yang mengamuk dengan hujan batu berseliweran di sekitarnya. Aku ingat sewaktu perang batu antara mahasiswa teknik dengan FIS (gabungan dari fakultas non eksak, seperti ekonomi sospol, sastra dan hukum) yang terjadi di tempat biasa (di depan UPT komputer) tahun lalu. Mulanya dengan megaphone ia berbicara mencoba menenangkan mahasiswanya. Karena tidak digubris, dia melangkah maju tepat ditengah-tengah pertikaian yang masih berlangsung, dan lantang ia berteriak kepada semua mahasiswa untuk berhenti. Aku masih sempat melihat ia menghindari terjangan batu nyasar yang hampir mengenai kepalanya. Meskipun begitu ia tidak protes, mungkin ia sangat mengenal baik tabiat keras orang selatan.

Sebenarnya aku sempat kesal kepadanya beberapa waktu lalu dengan kebijakannya melarang segala bentuk pengkaderan dan penerimaan mahasiswa baru bersifat perpeloncoan dan kekerasan. Dan beliau tidak main-main, beberapa mahasiswa di skorsing atas pelanggaran terhadap kebijakan itu. Aku tak tahu kalau mungkin ada yang di keluarkan. Hal itu dimulai pada tahun 2006, tidak lama setelah ia baru saja dilantik menjadi rektor menggantikan Bapak Rady A. Gani. Otomatis sejak saat itu, tradisi ospek di kampus merah mulai menghilang. Beliau pasti sadar betul akan keputusan yang diambilnya. Semua Ini pasti demi kebaikan dimasa mendatang. Perlahan-lahan aku pun mulai menyadari itu.

Sebelum menjadi rektor, jabatan dekan fakultas kedokteran pernah diembannya. Aku tak tahu kalau beliau juga adalah dokter lapangan. Dokter dalam artian seseungguhnya yang terjun langsung ke lokasi bencana. Aku kagum membaca kisah-kisahnya yang dimuat di harian kompas dan tribun timur. Mulai dari tsunami aceh, gempa nias, konflik ambon hingga jajak pendapat timor-timur hingga perang afganistan. Beliau turun langsung memimpin operasi kemanusiaan menangani korban-korban yang berjatuhan.

Ketika kotak amal lewat di depannya, beliau sempat menyelipkan selembar limapuluhribuan yang dilipat kecil sekali, tetapi karena sangat dekat aku masih sempat melihatnya. Sekitar pukul setengah satu Ikamah berkumandang, kami pun shalat jumat.

Seusai shalat, aku bersalaman dengannya, setidaknya inilah pengobat hatiku karena tidak sempat berjabat tangan dengannya di baruga waktu wisuda kemarin. Aku sudah cukup puas. Aku semakin berharap di tangan beliau masa depan Unhas akan lebih baik.


Foto diambil waktu selesai menghentikan tawuran antara Fak. teknik dan Fis beberapa waktu lalu