Selasa, 06 Juli 2010

Playlist pribadi, antara ego dan berbagi

Pernahkah kau memutar musik dari komputer atau laptop yang kau pakai ? dengan volume sedang tapi tetap sampai pada telinga orang orang disekitar kita yang juga sedang menggunakan komputer/laptop lain atau sementara beraktivitas entah itu bersantai dengan obrolan ringan atau duduk termenung sendirian. Saya baru menyadari bahwa ada ego yang kita bagi melalui alunan suara musisi favorit kita itu. Kalaupun ada orang yang spontan mempunyai kedekatan sama dengan lagu tersebut dan mengacungkan jempol dengan lagu dari playlist kita, maka itu adalah bonus. Tetapi, bagaimana dengan orang yang tidak mengenal artist atau lagu yang kita perdengarkan tersebut ? mungkin saja ia hanya akan ikut mengangguk anggukkan kepalanya atau menghentak hentakkan kakinya karena kebetulan lagu tersebut mepunyai beat yang kencang dan mengajak bergoyang seperti lagu dangdut. Atau yang parah ada juga orang yang memilih pergi daripada konsentrasinya terganggu akibat alunan musik tersebut meski mungkin kita memutarnya tidak terlalu keras.

Alunan musik yang lembut tidak menjamin semua tipe manusia menyukainya. Pernah juga ketika di warnet saya memutar playlist yang disediakan itunes dan terhubung dengan radio onlinenya pada genre jazz dan terdengar melalui speaker warnet, eh seorang pelanggan hanya berkomentar dengan nada kesal: "musik apa itu ? ndak ada yang nyanyi".

Yah selera musik orang benar benar berbeda, saya tidak tahu apakah toko buku yang sering memutar musik instrumentalia klasik mengalami hal yang sama dengan saya. Mungkin toko buku itu mengamini survei yang mengatakan bahwa musik klasik bisa menstimulasi otak agar mampu berpikir lebih santai dan tenang sehingga dalam memilih bukunya tidak seperti dikejar kejar penagih kredit atau penagih rekening listrik yang kerap datang kalau jatuh tempo pembayaran.

Entah demikian benar adanya atau tidak, yang jelas bagi saya, ketika kita memutar musik yang kita inginkan dan menenteramkan hati, selama itu tidak mengganggu orang lain disekitar kita, musik tetap bisa menjadi bahasa universal untuk menggambarkan keadaan bila kau tak punya cukup tinta atau kata.

2 komentar:

dwi mengatakan...

yoi k rahe. makax saya peke headset. tapi so far saya selalu menikmati playlist orang2. even itu lagu india ato dangdut. rasanya beda ada tiba2 mendengar lagu diluat perencanaan kita:P

Anonim mengatakan...

inilah yang menjadi soal bila kita hanya berdebat pd soal selera... seleraku ada yg sama dan tak sedikit yang beda. Makanya dengarkan saja, itu lebih enak memahami orang-orang lewat musiknya...