Rabu, 29 Juni 2011

Selamat datang untukmu

Dimanakah kau pertama kali melihat namamu muncul di koran ?
Hm...saya ingat saat itu tepat sepuluh tahun lalu dari sekarang. Sewaktu pengumuman kelulusan UMPTN (sekarang namanya SNMPTN) yang menetapkan bahwa status kita terdaftar menjadi mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di negeri ini.

Malam yang telah larut bersamaan dengan peringatan isra' mi'raj tahun ini kembali menjadi saksi bagi ribuan orang dalam penantian pengumuman serupa di layar monitor komputer yang terhubung dengan internet. Ya, seiring dengan perkembangan teknologi, hasil pengumuman tes masuk universitas tersebut sudah bisa dilihat langsung tanpa perlu berebutan mencari koran di siang hari.

Kuliah memang telah menjadi standar kehidupan zaman sekarang. Entah apa namanya nanti beberapa puluh tahun akan datang. Yang jelas fase ini merupakan fase penting untuk menentukan langkah selanjutnya bagi masa depan nanti.

Salah satu hal yang ikut dalam kehidupan kita tetapi kadang kita lupa merasakannya adalah waktu. Tak terasa memang jika kita menyadarinya. Maka, jika kau diberi kesempatan untuk menikmati masa-masa kuliah bersama universitas-universitas pilihanmu, nikmatilah selagi bisa.

Untukmu, kuucapkan selamat datang dalam dunia yang tak akan kau bayangkan sebelumnya



gambar diambil dari : https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhKVaOpcsZM1Ihq7wfaz0HkJxX2be9dpnLBtQIU-coTJt42TqHNyrMcLmqgah4ZuKXIjeOOgCanLWY77wvvbi2R-z7sa_HVKoqHhovtx4wQKRYL_wbPCYpB62G0tBeb4lHCLx-VCpU3MRoC/s1600/Jazz-Goes-To-Campus.jpg


Rabu, 22 Juni 2011

Hanya sebuah prosa tentang rasa

Padahal dinding dan tembok bangunan itu biasa saja. Di cat dengan warna putih menyerupai kuning. Bersama lantainya yang lebih tinggi daripada daratan disekitarnya. Sehingga harus dibuatkan tangga untuk dapat mencapai tempat ini sebagai naungan mencari nafkah bagi orang-orang didalamnya.

Padahal Tanggal kalender yang tergantung di lemari itu biasa saja. Hanya ada dua warna, hitam dan merah. Dimana kebanyakan orang mengharapkan lebih banyak merahnya dalam sebulan.

Padahal jarak antara 2 ruangan itu sekitar 15 meter, diantaranya ada beranda dengan satu baris kursi tunggu terbuat dari logam untuk para tamu yang menunggu untuk menghadap kepada pimpinan tertinggi dengan urusan masing-masing.

Padahal Lapangan upacara itu juga biasa saja. Rumput dan belalang atau cacing didalamnya tidak akan mengeluh jika terinjak oleh manusia yang harus berdiri di tengah terik matahari pada saat apel pagi hari senin atau tanggal 17 setiap bulannya.

Tapi entah kenapa angin dibulan juni ini bertiup sedemikian rupa sehingga dinding itu menjadi tak bosan dipandang setiap hari, tanggal merah pun selalu diharapkan menjadi hitam semua setiap bulannya, dan jarak sekitar 10 meter itu serasa lebih dekat saja, sementara berdiri lebih lama di lapangan itu menjadi tidak masalah lagi.


sumber gambar : http://pelitaminyaktanah.files.wordpress.com/2009/04/bimbang1.jpg?w=300&h=294


Senin, 13 Juni 2011

Kalau cinta pernah singgah

Ada masa yang menjadi kesempatan, seperti angin yang berhembus di sela-sela perbukitan ketika musimnya tiba, dimana saat itulah anak-anak mulai menerbangkan layangannya menggunakan sebanyak-banyaknya angin tersebut sebelum angin itu pergi lagi.

Sebut saja kesempatan itu ada di masa lalu, dan mungkin masa kini. Ah, saya tak ingin muluk-muluk menyebutnya “kesempatan”, saya lebih suka menyebutnya “saat yang harus digunakan sebaik-baiknya”. Mungkin kau akan menyadarinya setelah masa itu berlalu dan kini kau menjadikannya pelajaran.

Banyak hal pernah hinggap di kehidupan kita. Tak terkecuali cinta. Dimana kita tidak mampu berkompromi ketika ia datang. Dengan segala kisahnya menguras perhatian kita. Dengan semua pesonanya membawamu dalam suatu rentan waktu yang menjadi episode tersendiri dalam masing-masing hidup kita.

Jika suatu hari ketika kau melihat "saat yang harus digunakan sebaik-baiknya" itu datang, maka semua keputusan ada padamu. Menggenggamnya atau melepaskannya. Merengkuhnya dengan sekuat tenagamu atau mendiamkannya dan membiarkannya pergi dalam tanda tanya.

*Untuk sahabatku ical dan ime, kalau cinta itu berwujud kupu-kupu, saya yakin ia sangat senang pernah menghinggapi kalian. Saya juga yakin jika suatu hari nanti ia tidak akan keberatan untuk singgah lagi.




sumber foto : http://bilikml.files.wordpress.com/2011/06/i_love_you__i_love_you_not____by_ohbradley.jpg

Jumat, 10 Juni 2011

Sedikit tentang "kerelaan"

Jika ingin berkenalan dengan rasa "Rela".
Coba-cobalah melepas burung merpati langsung dari tanganmu.

Beberapa waktu lalu, Pimpinan di tempatku menyarankan untuk memelihara burung merpati di kawasan masing-masing. Kupikir tak ada salahnya memelihara merpati. Selain untuk menambah kesemarakan tempatmu yang mungkin sedikit sepi, juga baik untuk menyegarkan pagimu dengan riuh rendah suara kepakan sayapnya saat mentari baru mulai bersinar.

Merpati termasuk binatang yang tergolong cepat jinak. Mereka bisa mengetahui kapan dan dimana harus pulang ke kandang yang telah disediakan dalam waktu singkat. Jika kau ingin berakrab-akrab dengan mereka, tunggu saja saat mereka lapar, kemudian berikan makanan langsung dari tanganmu. Dalam sekejap kau akan menjadi teman mereka.

Banyak hal dalam hidup ini bisa diperoleh dengan cepat dalam waktu sangat singkat, tetapi tentu melalui strategi yang tepat pula. Mungkin kau sudah merasa memiliki sesuatu dengan sebuah komitmen didalamnya. Tetapi beberapa hal seperti : masa depan, perubahan dan takdir adalah misteri. Sekuat apapun kita berupaya menggenggam milik kita, jika suatu hari nanti akan bergerak meninggalkan kita, maka yang bisa kita lakukan adalah bersiap.

Seperti sesiap kita melepas burung merpati itu dengan tersenyum dan memanjatkan harapan agar merpati-merpati itu akan bahagia bersama udara yang mengalir diantara sayapnya dan mengantarkannya ke angkasa.


Untuk Sahabatku Jun : Aneh memang, disaat kau mulai menapaki puncak karirmu, mengapa "melepaskan" harus menjadi pelangi yang menghiasi langit kehidupanmu beberapa waktu ini ?




Sumber gambar :
http://ulfahnurfaidah18.blogspot.com/2010/11/kisah-merpati.html

Jumat, 03 Juni 2011

Gradasi

Perhatikan warna pelangi selepas hujan. Setiap warna utama yang berimpitan selalu diselingi dengan warna gradasi. Di tempat lain kau mengenalnya dengan istilah antara, spasi atau jarak. Boleh juga kau sebut peralihan. Pada musik orang mengenalnya fade out atau fade in. Tidaklah berlebihan jika kutambahkan fase metamorfosis. Sementara di lingkungan yang baru kau merasakannya lewat adaptasi.

Ya, setiap peralihan membutuhkan penyesuaian. Dimana hal diluar dirimu tak selalu sama dengan keinginan dirimu. Kata salah satu pimpinanku (Pak Asisten 2) : jika kita tidak bisa merubah orang, maka rubahlah diri kita menyesuaikan dengan keinginan orang lain. Disitu ada proses mengalah, tapi tanpa meninggalkan jati diri kita.

Penyesuaian membutuhkan kesabaran. Tidak seperti meyerupai, yang seketika bisa berubah secara drastis seperti bunglon bersembunyi dengan cara kamuflase disaat terancam. Waktu penyesuaian otomatis relatif lebih panjang. Dimana selama itu kita bisa belajar memahami diri orang lain dan keadaan sekitar.

Di dalam penyesuaian terdapat kompromi, kita bisa memutuskan untuk meneruskan melanjutkan perjalanan dengan jalan lurus di depan kita atau berbelok ke arah lain dengan tujuan yang sama, tetapi bukan untuk kembali dan berbalik arah.






sumber gambar :
http://static.photo.net/attachments/bboard/00L/00L4bY-36432284.jpg