Bagiku, salah satu hal sulit dalam kehidupan ini mungkin adalah memulai. Seperti sekarang, ketika ingin mengawali tulisan ini kurasakan kesulitan bercampur dengan keengganan yang luar biasa. Kalau sudah begini, maka aku akan menyibukkan diri, seperti membuka-buka tulisan atau berita di website, melihat foto-foto atau mengambil segelas air putih kemudian meminumnya.
Sebenarnya sejak sore tadi kegelisahan ini kurasakan. Aku mencoba mengobatinya dengan berjalan-jalan seputaran unhas, mulai dari lapangan bola depan kolam renang kemudian lewat jalan pintu satu,masuk ke areal pondokan sampai singgah ke warnet Deanet milik Arya. Sempat juga ketemu sama mace yang dulu jualan di PKM, kini beliau berdagang nasi goreng diwilayah pondokan belakang workshop.
Sepertinya rasa itu tak mau pergi hingga aku tiba di warnet dan membaca postingan terakhir dari seorang sahabatku di blog miliknya. Aku mendapati jawaban kegelisahanku ini dan alasan mengapa suaranya terdengar sangat lemah ketika namanya kupanggil di pondokan pagi tadi.
Etta (panggilan sahabatku itu kepada bapaknya) sedang sakit, dan sahabatku itu sedang sedih karenanya. Satu hal yang saya sangat salut dari sahabatku yang satu ini, adalah dia sangat tegar menghadapi segala masalah. Dulu ketika Ibundanya pergi mendahuluinya menghadap Yang Kuasa, dia tetap tegar dan malah menasehatiku bahwa semua orang pasti akan pergi, apalagi ibundanya itu pergi karena suatu penyakit yang menurutnya bisa dimaafkan. Dan kini tidak pernah dia mengungkapkan kesedihannya pada kami, selalu dia berusaha terlihat ceria dan segar dengan suara cemprengnya, hanya melalui tulisan di blognya aku bisa meraba-raba apa yang sedang terjadi.
Meskipun begitu Aku merasakan kesedihan mendalam terpancar dari arah pondokan sampai kemari. Tetapi aku tak punya daya. Saat ini yang bisa kulakukan hanya memohon kepada Yang Kuasa agar memberi kekuatan dan semangat padanya.
Sebenarnya sejak sore tadi kegelisahan ini kurasakan. Aku mencoba mengobatinya dengan berjalan-jalan seputaran unhas, mulai dari lapangan bola depan kolam renang kemudian lewat jalan pintu satu,masuk ke areal pondokan sampai singgah ke warnet Deanet milik Arya. Sempat juga ketemu sama mace yang dulu jualan di PKM, kini beliau berdagang nasi goreng diwilayah pondokan belakang workshop.
Sepertinya rasa itu tak mau pergi hingga aku tiba di warnet dan membaca postingan terakhir dari seorang sahabatku di blog miliknya. Aku mendapati jawaban kegelisahanku ini dan alasan mengapa suaranya terdengar sangat lemah ketika namanya kupanggil di pondokan pagi tadi.
Etta (panggilan sahabatku itu kepada bapaknya) sedang sakit, dan sahabatku itu sedang sedih karenanya. Satu hal yang saya sangat salut dari sahabatku yang satu ini, adalah dia sangat tegar menghadapi segala masalah. Dulu ketika Ibundanya pergi mendahuluinya menghadap Yang Kuasa, dia tetap tegar dan malah menasehatiku bahwa semua orang pasti akan pergi, apalagi ibundanya itu pergi karena suatu penyakit yang menurutnya bisa dimaafkan. Dan kini tidak pernah dia mengungkapkan kesedihannya pada kami, selalu dia berusaha terlihat ceria dan segar dengan suara cemprengnya, hanya melalui tulisan di blognya aku bisa meraba-raba apa yang sedang terjadi.
Meskipun begitu Aku merasakan kesedihan mendalam terpancar dari arah pondokan sampai kemari. Tetapi aku tak punya daya. Saat ini yang bisa kulakukan hanya memohon kepada Yang Kuasa agar memberi kekuatan dan semangat padanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar