Malam minggu, tamalanrea terkhusus depan pintu satu kampus unhas serasa di sirkuit sentul. Hanya saja disini agak gelap, kecuali ada beberapa lampu penerang berupa mercuri di sepanjang jalan yang tidak seberapa. Entah karena mungkin tidak ada anggaran pemda untuk sekedar menerangi jalan di kala malam atau apa.
Keriuhan sirkuit sentul yang tadi kukatakan tidaklah mengada-ngada. Meski jam sudah menunjukkan pukul setengah tiga subuh, tapi lihatlah raungan dan deru sepeda motor berpacu masih terdengar dan membuat orang disini tetap terjaga. Meskipun begitu tampaknya masyarakat sekitar tidak terlalu ambil pusing karena pemandangan seperti ini sudah biasa terjadi setiap malam minggunya.
Selama “sirkuit” dadakan ini muncul, dalam hitunganku sudah 4 kali terjadi kecelakaan. Aku tak tahu yng diluar dari itu. Setiap sabtu malam pasti seperti ini. Pertarungan awal dimulai sekitar pukul 11 malam. Mulanya akan muncul 3 sampai 5 motor yang berpacu selama beberapa putaran. Kejadian selanjutnya dapat ditebak, polisi akan datang mengamankan dan mengusir serta membubarkan balapan ini. Aku tahu itu hanya taktik para pembalap saja. Karena balapan sesungguhnya bukanlah pada saat itu.
Ketika para polisi tadi mengira telah menunaikan tugasnya dengan baik, maka mereka akan pulang. Sementara para pembalap menunggu hingga pukul 2 dini hari. Itu berarti sudah hari minggu pagi. Ketika itulah, balapan sesungguhnya berlangsung. Biasanya hanya terdiri dari 2 atau 3 motor, terkhusus bila terjadi pertaruhan yang dilakukan dengan negosiasi di depan pompa bensin pintu satu unhas. Akan terjadi duel satu lawan satu.
Malam minggu bagiku mungkin sama dengan malam malam lain. Kecuali malam minggu semalam, seseorang mengucapkan terima kasih padaku dalam bahasa asing yang tak kuketahui. Aku mengetahui arti “terima kasih” tadi ketika tidak sengaja dalam sebuah dialog film meyebutkan kata itu. Istimewanya, ucapan itu berlanjut kepada obrolan-obrolan ringan tentang beberapa hal.
Salah satu kesamaan manusia menurutku adalah selalu ingin diperhatikan. Secuek apapun dia. Aku pun demikian. Ketika dia menyinggung apa yang telah kutuliskan di masa lalu, aku merasa senang. Begitu juga ketika dia bercerita tentang kerinduannya akan sebuah sudut di kota kelahirannya bersama sahabat yang selalu mendengar keluh kesahnya, aku tahu dia sedang rindu. Kami bercerita hingga tak terasa dia pun tertidur di ujung kamarnya. Entah di atas ranjang atau di depan televisi. Yang pasti aku tidak akan tertidur hingga pagi nanti. Dan kepadanya, aku hanya bisa berucap : terima kasih telah membuat malam ini berbeda dengan malam malam lain sepanjang hidupku, meski itu hanya kali ini saja.
Keriuhan sirkuit sentul yang tadi kukatakan tidaklah mengada-ngada. Meski jam sudah menunjukkan pukul setengah tiga subuh, tapi lihatlah raungan dan deru sepeda motor berpacu masih terdengar dan membuat orang disini tetap terjaga. Meskipun begitu tampaknya masyarakat sekitar tidak terlalu ambil pusing karena pemandangan seperti ini sudah biasa terjadi setiap malam minggunya.
Selama “sirkuit” dadakan ini muncul, dalam hitunganku sudah 4 kali terjadi kecelakaan. Aku tak tahu yng diluar dari itu. Setiap sabtu malam pasti seperti ini. Pertarungan awal dimulai sekitar pukul 11 malam. Mulanya akan muncul 3 sampai 5 motor yang berpacu selama beberapa putaran. Kejadian selanjutnya dapat ditebak, polisi akan datang mengamankan dan mengusir serta membubarkan balapan ini. Aku tahu itu hanya taktik para pembalap saja. Karena balapan sesungguhnya bukanlah pada saat itu.
Ketika para polisi tadi mengira telah menunaikan tugasnya dengan baik, maka mereka akan pulang. Sementara para pembalap menunggu hingga pukul 2 dini hari. Itu berarti sudah hari minggu pagi. Ketika itulah, balapan sesungguhnya berlangsung. Biasanya hanya terdiri dari 2 atau 3 motor, terkhusus bila terjadi pertaruhan yang dilakukan dengan negosiasi di depan pompa bensin pintu satu unhas. Akan terjadi duel satu lawan satu.
Malam minggu bagiku mungkin sama dengan malam malam lain. Kecuali malam minggu semalam, seseorang mengucapkan terima kasih padaku dalam bahasa asing yang tak kuketahui. Aku mengetahui arti “terima kasih” tadi ketika tidak sengaja dalam sebuah dialog film meyebutkan kata itu. Istimewanya, ucapan itu berlanjut kepada obrolan-obrolan ringan tentang beberapa hal.
Salah satu kesamaan manusia menurutku adalah selalu ingin diperhatikan. Secuek apapun dia. Aku pun demikian. Ketika dia menyinggung apa yang telah kutuliskan di masa lalu, aku merasa senang. Begitu juga ketika dia bercerita tentang kerinduannya akan sebuah sudut di kota kelahirannya bersama sahabat yang selalu mendengar keluh kesahnya, aku tahu dia sedang rindu. Kami bercerita hingga tak terasa dia pun tertidur di ujung kamarnya. Entah di atas ranjang atau di depan televisi. Yang pasti aku tidak akan tertidur hingga pagi nanti. Dan kepadanya, aku hanya bisa berucap : terima kasih telah membuat malam ini berbeda dengan malam malam lain sepanjang hidupku, meski itu hanya kali ini saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar