Terik yang menyengat, haus dan lapar menyerang di hari pertama. Menurut sebagian orang, puasa pertama memang sangat berat. Kiranya begitulah yang terjadi. Saya baru ingat beberapa hal sebelum puasa hari pertama ini. Setelah perjalanan dari sengkang kemarin bersama tim Pusat Studi Media Unhas (kak riza, kak yusran, arya, yuda dan aidil) untuk mengambil data-data tentang sutra, kami sahur bersama di BTP tempatnya arya dan selanjutnya tertidur hingga matahari mulai meninggi.
Saya memutuskan untuk bangun dan pulang ke pondokan, selanjutnya mandi dan ke kampus. Entah mengapa selalu ada yang membawa kakiku untuk beranjak kesana. Suasana panas terus terasa hingga memasuki wilayah tugu layar terkembang unhas. Untunglah angin terus bertiup sebagai penyeimbang dan badan ini dapat terus tegak berjalan.
Sesampainya di gedung FISIP, saya langsung naik keatas dan mendapatkan pemandangan yang menakjubkan. Di tengah terik matahari, panas sekali, sangat panas seperti itu, kita mungkin akan menganggap sinting sekitar 20-an anak kosmik yang sedang duduk di depan kantor jurusan ilmu komunikasi pukul 2 siang hari ini. Mereka tetap tenang duduk beralaskan karpet hijau bersandarkan dinding gedung FIS IV mendengarkan pemaparan yang disampaikan kak taro, dan kak cokke dan kakak kakak lainnya tentang bagaimana sosialisasi kosmik terhadap mahasiswa baru nantinya. Sesekali terdengar tawa diantara mereka. Tawa hangat yang tetap terpancar diantara semangat anak anak kosmik ini. Saya sempat melirik sekilas dan mendapati sebagian besar mereka adalah angkatan 2008, seperti rizka, lispa, icha, dewi, aco, lucky, dan si Ade, (gadis pirang yang kuceritakan tempo hari). Ternyata dia sudah balik dari kampung. Ada juga nendeng, opi, icha dari angkatan 2007 dan tentu saja dari angkatan 2006 seperti Irwan sang ketua korps, Ain si ibu sekum, ruztan, asbid rembang, dan kang Himas selaku moderator.
Saya tidak tahu apa yang membuat mereka bisa bertahan dalam semangat seperti itu, yang pasti, ketika sore harinya ketika berbuka bersama kak jun di pinggir danau, saya mendapatkan sesuatu dari situ.
Mulanya Cinta tersusun dari dua elemen. Yaitu memberi dan menerima. Lalu seorang anak kosmik 2008 bernama Mutmainnah (ina, panggilannya) menambahkan elemen ketiga. “ikhlas” katanya. Maka ketika ditambahkan pada dua elemen pertama, akan menjadi : “ikhlas memberi” dan “ikhlas menerima”. Pada akhirnya inilah yang melahirkan elemen keempat, yaitu “mengerti”.
Hal itu pula yang didengar oleh seorang sahabatku yang sedang bimbang karena mungkin merasa bersalah setelah sedikit “memarahi” pujaan hatinya. Ia sebenarnya tidak bermaksud begitu sehingga ketika bertemu denganku setelah berbuka puasa, raut wajahnya masih terlihat gusar meski dalam gelap di pinggir danau
Saya memutuskan untuk bangun dan pulang ke pondokan, selanjutnya mandi dan ke kampus. Entah mengapa selalu ada yang membawa kakiku untuk beranjak kesana. Suasana panas terus terasa hingga memasuki wilayah tugu layar terkembang unhas. Untunglah angin terus bertiup sebagai penyeimbang dan badan ini dapat terus tegak berjalan.
Sesampainya di gedung FISIP, saya langsung naik keatas dan mendapatkan pemandangan yang menakjubkan. Di tengah terik matahari, panas sekali, sangat panas seperti itu, kita mungkin akan menganggap sinting sekitar 20-an anak kosmik yang sedang duduk di depan kantor jurusan ilmu komunikasi pukul 2 siang hari ini. Mereka tetap tenang duduk beralaskan karpet hijau bersandarkan dinding gedung FIS IV mendengarkan pemaparan yang disampaikan kak taro, dan kak cokke dan kakak kakak lainnya tentang bagaimana sosialisasi kosmik terhadap mahasiswa baru nantinya. Sesekali terdengar tawa diantara mereka. Tawa hangat yang tetap terpancar diantara semangat anak anak kosmik ini. Saya sempat melirik sekilas dan mendapati sebagian besar mereka adalah angkatan 2008, seperti rizka, lispa, icha, dewi, aco, lucky, dan si Ade, (gadis pirang yang kuceritakan tempo hari). Ternyata dia sudah balik dari kampung. Ada juga nendeng, opi, icha dari angkatan 2007 dan tentu saja dari angkatan 2006 seperti Irwan sang ketua korps, Ain si ibu sekum, ruztan, asbid rembang, dan kang Himas selaku moderator.
Saya tidak tahu apa yang membuat mereka bisa bertahan dalam semangat seperti itu, yang pasti, ketika sore harinya ketika berbuka bersama kak jun di pinggir danau, saya mendapatkan sesuatu dari situ.
Mulanya Cinta tersusun dari dua elemen. Yaitu memberi dan menerima. Lalu seorang anak kosmik 2008 bernama Mutmainnah (ina, panggilannya) menambahkan elemen ketiga. “ikhlas” katanya. Maka ketika ditambahkan pada dua elemen pertama, akan menjadi : “ikhlas memberi” dan “ikhlas menerima”. Pada akhirnya inilah yang melahirkan elemen keempat, yaitu “mengerti”.
Hal itu pula yang didengar oleh seorang sahabatku yang sedang bimbang karena mungkin merasa bersalah setelah sedikit “memarahi” pujaan hatinya. Ia sebenarnya tidak bermaksud begitu sehingga ketika bertemu denganku setelah berbuka puasa, raut wajahnya masih terlihat gusar meski dalam gelap di pinggir danau
Tidak ada komentar:
Posting Komentar