Beberapa waktu ini kita hanya bertemu di jejaring sosial. Atau pesan singkat dalam jaringan seluler. Sebuah hubungan yang aneh. Dalam hitungan sejak tahun 2006, perubahan model alat telekomunikasi mempengaruhi gaya hubungan seseorang. Kita tak perlu menuliskan surat sambil berharap-harap cemas akan sampai atau tidaknya surat tersebut. Kalau ingin mengetahui kabar, cukup menengok status atau mengirimkan sms.
Kali ini saya akan menggunakan "aku" dengan tujuan mendramatisir.
Suaramu di kesempatan pertama kudengar langsung di perangkat seluler ku terdengar sangat sedih. Sejak itu aku menyebutnya "greget tertentu", bila melihat namamu muncul di layar ponselku dengan pesan singkat sekedar membalas sapaan atau undangan buka puasa. Aku tahu kau sangat sibuk dan tak sempat melewatkan beberapa kesempatan berkumpul bersama dalam buka puasa.
Tapi kali ini kau datang. Aku bisa merasakannya ketika motor yang kukendarai bersama jamil memasuki area depan rumah Loly. Dalam suara halusmu kau memanggilku, menyebut namaku. Ah, bukankah nama terindah adalah nama kita sendiri ? dan bukankah suara akan terdengar indah bila menyebut nama kita ? Aku tau kita semua ini narsis, dan kali ini dengan satu nilai istimewa, karena yang memanggil itu adalah kau.
Dalam balutan gaun putih kau bersama teman-temanmu yang lain terlihat seragam. Canggung, itu yang kutangkap pertama kali. Yah begitulah. Karena kita ini korban-korban Jejaring sosial dan kecanggihan teknologi yang menembus batas-batas privasi. Tapi telah menjual perasaan dan secara tidak langsung menumbuhkan jarak yang jauh walau raga kita telah sangat dekat. Selanjutnya kau hanya tersenyum, dan itu juga yang bisa kulakukan. Karena keakraban kita bukan lewat suara dalam medium udara melalui cerita dari mulut ke mulut, tetapi lewat ketikan papan keyboard qwerty komputer atau blackberry yang biasa kita pakai.
Aku memakluminya begitupun kau. Meski pun begitu, aku mohon padamu untuk tetap memperhatikan sekitarmu. Tengoklah orang di dekatmu. Tanyakan kabarnya bukan dalam basa-basi. Jenguklah si sakit dalam kesempatanmu. Berhentilah sejenak jika ada orang tertabrak di tengah jalan, ulurkan tanganmu kalau sampai. Senyumlah agar bumi ini ikut tersenyum, karena kutau dengan senyum mu rembulan bisa tenggelam. Waktu makan, ingatlah bukan kita saja yang ingin makan, kalau tak sempat berbagi makanan, berhematlah. Makanlah secukupnya.
Cintailah lelakimu bagaimanapun keadaanya, karena dia juga menerimamu dalam keadaanmu di tengah banyak pilihan lain seperti juga kau memilihnya.
Ketika Kau berjalan pulang, buka mata mu, banyak orang disekelilingmu, dengarkan dengan telingamu dan rasakan lewat hatimu, setiap udara yang berhembus membawa banyak pelajaran bagimu dan orang lain.
Aku tahu kau telah mengetahuinya, tapi tidak ada salahnya kan memulai kembali ^_^
*terinspirasi dari salah satu judul lagu favoritmu
Kali ini saya akan menggunakan "aku" dengan tujuan mendramatisir.
Suaramu di kesempatan pertama kudengar langsung di perangkat seluler ku terdengar sangat sedih. Sejak itu aku menyebutnya "greget tertentu", bila melihat namamu muncul di layar ponselku dengan pesan singkat sekedar membalas sapaan atau undangan buka puasa. Aku tahu kau sangat sibuk dan tak sempat melewatkan beberapa kesempatan berkumpul bersama dalam buka puasa.
Tapi kali ini kau datang. Aku bisa merasakannya ketika motor yang kukendarai bersama jamil memasuki area depan rumah Loly. Dalam suara halusmu kau memanggilku, menyebut namaku. Ah, bukankah nama terindah adalah nama kita sendiri ? dan bukankah suara akan terdengar indah bila menyebut nama kita ? Aku tau kita semua ini narsis, dan kali ini dengan satu nilai istimewa, karena yang memanggil itu adalah kau.
Dalam balutan gaun putih kau bersama teman-temanmu yang lain terlihat seragam. Canggung, itu yang kutangkap pertama kali. Yah begitulah. Karena kita ini korban-korban Jejaring sosial dan kecanggihan teknologi yang menembus batas-batas privasi. Tapi telah menjual perasaan dan secara tidak langsung menumbuhkan jarak yang jauh walau raga kita telah sangat dekat. Selanjutnya kau hanya tersenyum, dan itu juga yang bisa kulakukan. Karena keakraban kita bukan lewat suara dalam medium udara melalui cerita dari mulut ke mulut, tetapi lewat ketikan papan keyboard qwerty komputer atau blackberry yang biasa kita pakai.
Aku memakluminya begitupun kau. Meski pun begitu, aku mohon padamu untuk tetap memperhatikan sekitarmu. Tengoklah orang di dekatmu. Tanyakan kabarnya bukan dalam basa-basi. Jenguklah si sakit dalam kesempatanmu. Berhentilah sejenak jika ada orang tertabrak di tengah jalan, ulurkan tanganmu kalau sampai. Senyumlah agar bumi ini ikut tersenyum, karena kutau dengan senyum mu rembulan bisa tenggelam. Waktu makan, ingatlah bukan kita saja yang ingin makan, kalau tak sempat berbagi makanan, berhematlah. Makanlah secukupnya.
Cintailah lelakimu bagaimanapun keadaanya, karena dia juga menerimamu dalam keadaanmu di tengah banyak pilihan lain seperti juga kau memilihnya.
Ketika Kau berjalan pulang, buka mata mu, banyak orang disekelilingmu, dengarkan dengan telingamu dan rasakan lewat hatimu, setiap udara yang berhembus membawa banyak pelajaran bagimu dan orang lain.
Aku tahu kau telah mengetahuinya, tapi tidak ada salahnya kan memulai kembali ^_^
*terinspirasi dari salah satu judul lagu favoritmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar