Pagi hari, sebenarnya sudah siang tapi matahari tertutup awan hitam yang tak membolehkan sinarnya untuk lewat sedikit saja menerangi bumi telaga safar sabtu ini. Fitri terlihat sibuk dengan jergen dan ember besar yang berisi air laut. “buat praktek katanya” ketika ditanya untuk apa air tersebut di saring. Pertanyaan seputar air laut, salinistas garam sampai alat untuk mengukur berapa salinistas garam yang terkandung dalam air laut hingga perbedaan ikan jantan dan ikan betina bergulir dengan cepat dan si fitri menjawabnya dengan enteng. “Ikan jantan kurus dan panjang, sedangkan yang betina gemuk dan pendek.” Andis pun manggut-manggut mengiyakan.
Air laut mengandung banyak garam sehingga tidak ada ikan yang berpenyakit gondok. Begitu kesimpulan yang dapat ditarik. “Sama halnya kelinci tidak ada yang pake kacamata karena suka wortel”, dwi ikut-ikutan menimpali. Berderai kembali tawa sekitar di dapur safar pagi itu.
Andis masuk ke kamarnya dan keluar dengan sepiring besar kue yang bentuknya seperti telur dadar, terbuat dari terigu hanya agak sedikit tebal. “ini mi orang bilang pizza bugis, lebih suka ka’ yang agak gosong sedikit”. Kami semua mencobanya. Enak…Andis melanjutkan, minyaknya sedikit saja waktu menggorengnya.
Tak berapa lama fitri selesai dengan pekerjaan menyaring air lautnya. “yah… ndak penuh ki ndak cukup” sedikit kecewa, tapi akhirnya tersenyum kembali.
Di luar gerimis pelan-pelan, telaga safar kembali sibuk, seperti biasa……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar