Ina membukakan pintu lantai atas dengan ragu-ragu ketika ku ketok pintunya subuh tadi. Lantas ku bertanya apakah ranes sudah bangun. Tetapi yang kudapat hanyalah gelengan kepala Ina. Ternyata dari tadi malam ina belum bertemu dengan ranes, anehnya di kamarnya Kartu absen dan baju kerja ranes tergelatak di dalam lemari yang menandakan bahwa ranes sudah pulang tadi malam. Aku bingung. Hingga pagi tiba barulah ku ketahui ranes tidak bermalam di pondokan, ia bermalam di rumah temannya dan tak sempat makan malam apalagi sahur. Aku cemas, mana lagi sebentar siang yang terik dia harus ke tempat kerja nya lagi.
Matahari semakin merangkak pelan, tiba-tiba aku dikejutkan suara cempreng dari arah teras bersamaan dengan deru abu yang beterbangan ditimbulkan oleh mobil AVP berwarna perak. Dwi datang...!!!! Dengan menenteng tas laptop dan berbaju putih, dwi tiba. Tak lupa senyuman khas serta suara cemprengnya yang memecah kesunyian pondokan hari ini. Wah... bakalan rame lagi pondokan. Dari pernyataannya yang menggebu-gebu dengan tema "ingin menyelesaikan skripsinya secepat mungkin", aku seakan melihat sosok dwi saraswati hadir di tempat ini. Aura mistis pun seperti terpancar dari arah kamar milik dwi tersebut. Aku lalu berdoa untuk mendukung semangatnya itu.
Aku memutuskan untuk pergi ke korps, entah kenapa hari ini aku rindu korps lagi. Dan seperti gayung bersambut, tuhan memberikan kekuatan baru bagi kaki ini untuk bisa melangkah di tengah teriknya matahari yang diselimuti awan mendung melewati lapangan satu unhas, tugu volcom, taman segitiga rektorat, dan terakhir tangga art FIS IV menuju ruangan korps. Tiba disana telah ada Jun, mbak wuri, nida, echy, darma, yudha, ruztan, kapten, wawan, cokke, dan taro yang sedang tidur. Ada gitar yang nganggur, ku ambil dan kupetik sedikit untuk mengobati rasa rinduku akan suara gitar yang beberapa bulan ini tidak sempat ku dengarkan karena gitar milik patang yang biasa aku mainkan sedang dipinjam angga.
Tidak berapa lama, jun berinisiatif untuk memainkan lagu sambil mencari lirik dan cord gitarnya di internet. kebetulan ada laptop milik kapten (khaerul) yang sedang dipinjam. Jadilah suatu kombinasi yang apik : ada gitar, lirik lagu plus kuncinya di depan mata, dan para penyanyi sekaligus penonton yang ada di sekitar. Maka alunan lagu pun mulai mengalir. Lagu-lagu berbahasa inggris era 90-an yang dipilih jun karena memang jun suka sekali akan lagu barat. Dari backstreet boys, beeges, ronan keating, blue, westlife sampai savage garden. Ketika lagu trully , meadly deeply dilantunkan, Nire pun ikutan nyanyi bersama jun. Kami pun terkesima akan duet dadakan ini. Darma mengisyaratkan kepada semuanya untuk tenang. Jun dan Nire semakin bersemangat bernyanyi dengan syahdunya. Kami pun semakin bersorak karena terhibur akan aksi jun dan nire ini. Dari gerak-gerik jun agaknya dia sedang berjuang mencari simpati dari nire, ataukah ini hanya sebagai ajang latihan untuk mendekati seseorang lain di sana ? aku tak tahu, aku hanya bisa menebak-nebak. Acara menyanyi ini tak terasa berlangsung menjelang sore, sampai sedikit lagi waktu berbuka puasa. Anak-anak pun berpindah dari korps menuju pasar, karena sebelumnya ada informasi dari ain, bahwa mace akan mengadakan buka puasa bersama di situ.
Malam pun datang, aku bergegas menuju warnet. Dengan rutinitas yang sama dalam beberapa tahun ini, satu-satunya yang dapat menjadi alasanku masih disini adalah keyakinanku akan ranes. Entah itu saat ini, atau nanti bahkan di hari tua nanti, aku selalu yakin. Internet yang tiap hari aku temui ini sebagai pelajaran dan bekal bagi pencapaian kepadanya kelak.
Sedang asyik melihat apa yang sedang terjadi di dunia nyata dari dunia maya ini, aku dikejutkan oleh sesosok tubuh yang tinggi. Wajahnya sempat terhalang monitor di depanku. Tetapi ketika ku mencondongkan sedikit badanku kesamping, tampaklah wajah itu. Sumringah dan semangat, Ilo ternyata datang lagi. Menempuh perjalan ribuan kilometer melintasi pulau jawa, bali dan kalimantan untuk sampai di pula sulawesi ini. Semua itu untuk sebuah perjuangan masa depan. Dan masa depan itu di mulai dari besok, tanggal 4 september, hari dimana tambatan hatinya akan diwisuda.
Aku selalu berdoa agar semangat yang terpancar dari Dwi, Jun dan Ilo selalu di dengar yang maha kuasa. Ah... kekuatan semangat itu terasa mengalir di sekitar ku.
Matahari semakin merangkak pelan, tiba-tiba aku dikejutkan suara cempreng dari arah teras bersamaan dengan deru abu yang beterbangan ditimbulkan oleh mobil AVP berwarna perak. Dwi datang...!!!! Dengan menenteng tas laptop dan berbaju putih, dwi tiba. Tak lupa senyuman khas serta suara cemprengnya yang memecah kesunyian pondokan hari ini. Wah... bakalan rame lagi pondokan. Dari pernyataannya yang menggebu-gebu dengan tema "ingin menyelesaikan skripsinya secepat mungkin", aku seakan melihat sosok dwi saraswati hadir di tempat ini. Aura mistis pun seperti terpancar dari arah kamar milik dwi tersebut. Aku lalu berdoa untuk mendukung semangatnya itu.
Aku memutuskan untuk pergi ke korps, entah kenapa hari ini aku rindu korps lagi. Dan seperti gayung bersambut, tuhan memberikan kekuatan baru bagi kaki ini untuk bisa melangkah di tengah teriknya matahari yang diselimuti awan mendung melewati lapangan satu unhas, tugu volcom, taman segitiga rektorat, dan terakhir tangga art FIS IV menuju ruangan korps. Tiba disana telah ada Jun, mbak wuri, nida, echy, darma, yudha, ruztan, kapten, wawan, cokke, dan taro yang sedang tidur. Ada gitar yang nganggur, ku ambil dan kupetik sedikit untuk mengobati rasa rinduku akan suara gitar yang beberapa bulan ini tidak sempat ku dengarkan karena gitar milik patang yang biasa aku mainkan sedang dipinjam angga.
Tidak berapa lama, jun berinisiatif untuk memainkan lagu sambil mencari lirik dan cord gitarnya di internet. kebetulan ada laptop milik kapten (khaerul) yang sedang dipinjam. Jadilah suatu kombinasi yang apik : ada gitar, lirik lagu plus kuncinya di depan mata, dan para penyanyi sekaligus penonton yang ada di sekitar. Maka alunan lagu pun mulai mengalir. Lagu-lagu berbahasa inggris era 90-an yang dipilih jun karena memang jun suka sekali akan lagu barat. Dari backstreet boys, beeges, ronan keating, blue, westlife sampai savage garden. Ketika lagu trully , meadly deeply dilantunkan, Nire pun ikutan nyanyi bersama jun. Kami pun terkesima akan duet dadakan ini. Darma mengisyaratkan kepada semuanya untuk tenang. Jun dan Nire semakin bersemangat bernyanyi dengan syahdunya. Kami pun semakin bersorak karena terhibur akan aksi jun dan nire ini. Dari gerak-gerik jun agaknya dia sedang berjuang mencari simpati dari nire, ataukah ini hanya sebagai ajang latihan untuk mendekati seseorang lain di sana ? aku tak tahu, aku hanya bisa menebak-nebak. Acara menyanyi ini tak terasa berlangsung menjelang sore, sampai sedikit lagi waktu berbuka puasa. Anak-anak pun berpindah dari korps menuju pasar, karena sebelumnya ada informasi dari ain, bahwa mace akan mengadakan buka puasa bersama di situ.
Malam pun datang, aku bergegas menuju warnet. Dengan rutinitas yang sama dalam beberapa tahun ini, satu-satunya yang dapat menjadi alasanku masih disini adalah keyakinanku akan ranes. Entah itu saat ini, atau nanti bahkan di hari tua nanti, aku selalu yakin. Internet yang tiap hari aku temui ini sebagai pelajaran dan bekal bagi pencapaian kepadanya kelak.
Sedang asyik melihat apa yang sedang terjadi di dunia nyata dari dunia maya ini, aku dikejutkan oleh sesosok tubuh yang tinggi. Wajahnya sempat terhalang monitor di depanku. Tetapi ketika ku mencondongkan sedikit badanku kesamping, tampaklah wajah itu. Sumringah dan semangat, Ilo ternyata datang lagi. Menempuh perjalan ribuan kilometer melintasi pulau jawa, bali dan kalimantan untuk sampai di pula sulawesi ini. Semua itu untuk sebuah perjuangan masa depan. Dan masa depan itu di mulai dari besok, tanggal 4 september, hari dimana tambatan hatinya akan diwisuda.
Aku selalu berdoa agar semangat yang terpancar dari Dwi, Jun dan Ilo selalu di dengar yang maha kuasa. Ah... kekuatan semangat itu terasa mengalir di sekitar ku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar