Entah apa yang ada di benak para pengambil kebijakan yang bertempat di gedung berlantai delapan dengan warna aneh di kampus merah ini. “Penghancuran” secara ekstrem saya menyebutnya demikian atas proses yang tengah dilakukan terhadap gedung FIS ini. Itu juga karena bunyi pecahan genteng satu beradu dengan pecahan genteng lain dan benda-benda yang dijatuhinya terdengar beberapa hari terakhir.
Disebut proyek penggantian genteng dan langit-langit, karena atap gedung FIS ini memang merupakan gedung pertama di kampus unhas tamalanrea sejak tahun 80-an silam. sebenarnya peremajaan telah dilakukan sekitar pertengahan 2005 kemarin. Tetapi itu hanya terbatas pada penggantian lantai dan plafon, itupun tidak secara utuh.
Saya teringat kembali tahun 2002 silam ketika anak-anak harus memindahkan korps dari FIS IV lantai bawah karena perseteruan dengan pihak BEM FISIP hingga membuat kak harwan (ketua korps waktu itu) harus mengangkat tongkat komando dengan instruksi kosmik menarik diri dari kema fisip. Waktu itu ada beberapa oknum yang tidak bertanggungjawab memanfaatkan momen ini untuk membekukan lembaga kemahasiswaan. Hasilnya sejak berpisahnya KOSMIK dari BEM FISIP, menjadi seuah alasan yang terkesan dibuat-buat menyebabkan penyakit mati suri berjangkit di antara HMJ-HMJ Se-FISIP. Ini berlanjut pada prosesi penerimaan MABA sejak tahun 2006 yang dengan kekuatannya pihak rektorat menindas lembaga kemahasiswaan pada tingkatan pengkaderan dengan konsekuensi yang berat yaitu “skorsing” bagi siapa saja yang berani menyelenggarakan pengkaderan di luar dari pengkaderan resmi yang diadakan rektorat.
Di kondisi seperti sekarang pun tidak jauh beda. Dalih pembangunan yang berwujud renovasi kembali digulirkan rektorat. Mungkin ini terlalu naïf, di kalangan universitas gaung protes terhadap kebijakan-kebijakan kampus memang sering datang dari arah fakultas non eksakta (ekonomi, sospol hukum dan sastra). Terkadang rektorat kehabisan akal menghadapi suara dari anak-anaknya sendiri ini. Pada akhirnya tindakan represif pun sering menjadi pilihan. Kita tidak perlu lagi menyebutkan kasus-kasus kebakaran yang menimpa himpunan bahkan ruang kuliah dengan penyebab yang tidak jelas dan teror-teror terhadap para aktivis kampus oleh oknum preman yang dipelihara oleh rektorat.
Renovasi yang tidak pada waktunya. Ditambah lagi bertepatan dengan bulan puasa dan dalam waktu dekat akan diadakan laporan tahunan tentang keadaan keuangan dan pembangunan unhas. Saya tidak tahu harus bagaimana ketika melihat genteng-genteng itu diluncurkan satu persatu dari tempatnya, anak-anak kosmik yang sedang berpuasa memikul barang-barang, senyuman puas dari para kontraktor dan pemborong proyek ini serta tidak lupa orang-orang di rektorat yang mungkin saat ini telah menghitung keuntungan di meja-meja licin dan ruangan harum ber-AC.
Disebut proyek penggantian genteng dan langit-langit, karena atap gedung FIS ini memang merupakan gedung pertama di kampus unhas tamalanrea sejak tahun 80-an silam. sebenarnya peremajaan telah dilakukan sekitar pertengahan 2005 kemarin. Tetapi itu hanya terbatas pada penggantian lantai dan plafon, itupun tidak secara utuh.
Saya teringat kembali tahun 2002 silam ketika anak-anak harus memindahkan korps dari FIS IV lantai bawah karena perseteruan dengan pihak BEM FISIP hingga membuat kak harwan (ketua korps waktu itu) harus mengangkat tongkat komando dengan instruksi kosmik menarik diri dari kema fisip. Waktu itu ada beberapa oknum yang tidak bertanggungjawab memanfaatkan momen ini untuk membekukan lembaga kemahasiswaan. Hasilnya sejak berpisahnya KOSMIK dari BEM FISIP, menjadi seuah alasan yang terkesan dibuat-buat menyebabkan penyakit mati suri berjangkit di antara HMJ-HMJ Se-FISIP. Ini berlanjut pada prosesi penerimaan MABA sejak tahun 2006 yang dengan kekuatannya pihak rektorat menindas lembaga kemahasiswaan pada tingkatan pengkaderan dengan konsekuensi yang berat yaitu “skorsing” bagi siapa saja yang berani menyelenggarakan pengkaderan di luar dari pengkaderan resmi yang diadakan rektorat.
Di kondisi seperti sekarang pun tidak jauh beda. Dalih pembangunan yang berwujud renovasi kembali digulirkan rektorat. Mungkin ini terlalu naïf, di kalangan universitas gaung protes terhadap kebijakan-kebijakan kampus memang sering datang dari arah fakultas non eksakta (ekonomi, sospol hukum dan sastra). Terkadang rektorat kehabisan akal menghadapi suara dari anak-anaknya sendiri ini. Pada akhirnya tindakan represif pun sering menjadi pilihan. Kita tidak perlu lagi menyebutkan kasus-kasus kebakaran yang menimpa himpunan bahkan ruang kuliah dengan penyebab yang tidak jelas dan teror-teror terhadap para aktivis kampus oleh oknum preman yang dipelihara oleh rektorat.
Renovasi yang tidak pada waktunya. Ditambah lagi bertepatan dengan bulan puasa dan dalam waktu dekat akan diadakan laporan tahunan tentang keadaan keuangan dan pembangunan unhas. Saya tidak tahu harus bagaimana ketika melihat genteng-genteng itu diluncurkan satu persatu dari tempatnya, anak-anak kosmik yang sedang berpuasa memikul barang-barang, senyuman puas dari para kontraktor dan pemborong proyek ini serta tidak lupa orang-orang di rektorat yang mungkin saat ini telah menghitung keuntungan di meja-meja licin dan ruangan harum ber-AC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar