Jumat, 11 Desember 2009

Hanya beberapa saat di andalas

Pernah seorang kawan berujar kepadaku, sebenarnya pamit lah lebih menyakitkan daripada perpisahan itu sendiri. Kini aku baru tahu kenapa.
Kebersamaan sesaat dengan kawan-kawan baru beberapa waktu ini yang tidak pernah kutemui sebelumnya serasa sangat membenamkan rindu, bahkan ketika waktu perpisahan itu pun belum tiba. Sekiranya ada yang rasa lebih sakit dari ini, biarlah akan kuambil rasa itu.

Walau hanya berkisar 14 hari berada disekitar mereka sungguh menambah lagi pemahamanku tentang hidup. Ada cerita tentang salah seorang dari mereka yang rela menyewa motor selama bulan bulan pertama ia bertugas, dimana harga sewa motor tersebut lebih besar daripada gajinya sendiri. Ada pula kisah seorang tahanan yang sangat sabar menjalani masa tahanannya, dari pemaparannya aku yakin kesalahan yang ditimpakan padanya tidak sepenuhnya datang darinya. Tidak ketinggalan suka duka polisi di perbatasan dan lingkungan kantor yang tidak memadai dan jauh dari peradaban ditambah jalan rusaknya serta belum adanya aliran listrik. Semua kudapati dari tempat itu, bangunan sederhana di jalan andalas depan terminal 42.

Aku sangat bersyukur bisa bertemu dengan mereka. Mereka lah pahlawan informasi, yang merangkaikannya dalam satuan kata dan membungkusnya dengan selimut kalimat serta bumbu hati yang memihak kepentingan rakyat. Dikala malam semakin gelap, dimana orang-orang mulai merangkak ke tempat tidur dan menutup mata, mereka tetap terjaga setelah seharian dari pagi hingga sore mengumpulkan segala keluh kesah masyarakat, ketidak adilan, ksiah jalanan disebelah jembatan yang rusak karena selalu dilalui truk besar, atau tentang lampu merah yang selalu dicueki para pengendara, atau pejabat yang sedang berkaraoke dengan perut besarnya. Mereka merangkumnya dalam secarik kertas, atau kilatan blitz kamera bahkan memanfaatkan multifungsi telpon genggam kemudian menyalurkannya dalam hantaman tuts tuts keyboard hingga pada esoknya, ketika orang orang lain baru terbangun dari tidur lelapnya akan mendapati buah karya mereka ditemani secangkir kopi.

Kak femi, Kak Hasan, kak jamal, Idam, Jitro, Roy, Narto, Haris, Sofyan (Xanana), Mus, Adi, Opin, Noldi, Obama, Arif, Zul, Dedy, Tahir, dan masih banyak lagi...
Kalian lah pembela yang tertindas, maaf kawan...semoga jika kita bertemu lagi, rasa rindu kita masih dan selalu sama

Untuk Ody : semangat harus ada setiap hari kawan...!!!
Untuk Roy : kabari kalau lahir si kecil ya..
Untuk Opin dan Idam : mencintai itu tak ada salahnya
Untuk Obama : jangan pernah murung, karena ruangan itu akan sepi dan mencekam tanpa suaramu
Untuk Narto : selalu semangat
Untuk haris : jangan terlalu lama, ponikalo uti..
Untuk kak jamal : terima kasih untuk 3 hari bersama HP normal nya
Untuk Zul : semangatmu selalu menanjak setiap harinya
Untuk kak femy : kedatangan kakak selalu dirindukan
Untuk kak sofyan : pemberian motivasi semacam itu sungguh sungguh berarti
Untuk Mus : informasi bersamamu, kurang apalagi...semangat
Untuk Adi : keren sekali teknik potonya... ditunggu selanjutnya
Untuk Dedi : jangan pernah sedih, nanti tidak ada yang temani obama bikin ribut
Untuk Tahir : terus belajar kawan... suatu saat pasti bisa

Tidak ada komentar: