Minggu, 31 Agustus 2008

Suatu sore menjelang ramadhan

Selebaran jadwal imsakiyah dan sholat 5 waktu selama bulan puasa untuk tahun ini telah saya terima. Disini saya dapati ada beberapa buah dengan model yang berbeda-beda. ada yang bergambar mesjid dan bedug serta logo sebuah instansi lokal serta ucapan untukmenunaikan ibadah puasa, ada pula yang memasang model-model muda dan cantik yang mnggunakan jilbab keluaran terbaru. Semuanya dengan tujuan yang sama yaitu menyongsong bulan baik dan penuh berkah ini.

Sore tadi, saya bersama dadi dan sosank menggotong komputer milik dadi bersama speaker dan monitornya menuju kamar patang. Karena alasan akan pindah dan belum tahu akan kemana, dadi akan menitipkan barang-barangnya untuk sementara di kamarnya patang. Biaya kos di kamarnya untuk tahun ini naik lagi, sehingga membuat dadi enggan untuk berlama-lama lagi di kamarnya yang baru ditempatinya selama setahun ini.

Ketika baru saja akan sampai di kamar patang, terlihat debra dan patang duduk di teras pondokan lantai bawah sedang asyik membersihkan buku-buku pemberian dari kak syam yang akan berangkat ke australia untuk sekolah doktornya. Buku-buku tersebut sebagian besar berbahasa inggris. terdapat pula novel dan beberapa jurnal di dalamnya. Saya dan patang mengambilnya ketika seminggu lalu mengantarkan undangan untuk ujian meja di rumah kak syam.

Senyum khas debra dan patang mengembang ketika melihat kami datang. Ternyata disitu telah ada pula were dan ka ucu yang sedang membalik-balik buku dari kak syam. Tidak berapa lama patang mempersilahkan untuk masuk ke kamar mencicipi sesuatu yang debra bawa dari rumahnya. Coklat!!! itu pasti. Ada debra, maka ada coklat. Kali ini dalam ukuran besar dan diletakkan dalam piring yan besar pula. kami semua mencobanya dengan perasaan puas dan rasa tambah. Debra hanya tersenyum-senyum saja ketika were memuji kelezatan coklatnya. Sayang dwi sedang pulang kampung. jadi tidak ada suara cempreng yang akan menanyakan resep dan komposisi dalam coklat tersebut. Saya lihat ada campuran warna putihnya dan seperti terasa kenyal seperti agar-agar. Yang jelas satu gigitan saja, akan meminta gigitan berikutnya sehingga dalam sekejap satu potong kue coklat seukuran 3 jari itu bisa habis dan saya yakin akan minta tambah lagi.

Sore semakin menjelang, ketika saya pergi ke kamar mandi, eva memanggilku dengan tergesa-gesa. Rupanya baju dan baskomnya jatuh ke dalam sumur. Bekerja sama dengan eva, kami mengambil kembali baskom yang berisi beberapa baju yang terjatuh ke dalam sumur tadi. Sedikit basah tapi tidak sampai tenggelam. Eva berjanji akan lebih hati-hati sambil berlalu dari hadapanku.

Tidak berapa lama adzan magrib berkumandang. Were dan kak ucu sudah pulang sehabis mencoba coklat tadi. Tinggal dadi, sosank, debra, patang dan saya di kamar ini. Dadi masih sibuk menyiapkan komputernya yang telah dibersihkan untuk dipergunakan main game sebentar malam. Sosank bersiap-siap akan pamit pulang. "terima kasih atas segala yang telah diberikan hari ini, semoga amal ibadah kalian di terima di sisi-Nya amien" layaknya seorang pastur atau kiayi sosank berdiri di pintu mengucapkan kalimat tadi dengan raut muka serius. Dan kami pun tertawa.

Gelap pun menyergap kembali, saya beranjak ke depan.
Ah... besok puasa, ini ramadhan yang ke tujuh.
Dan kami masih disini, mengharap kehadiran-Mu

Jumat, 29 Agustus 2008

Masih (selalu) bisa cinta

Hari ini kau patahkan hatiku
Kau patahkan niatku
Kau patahkan semangatku

Entah mengapa ku masih bisa cinta
Bisa cinta padamu
Lihat mataku
Akan kucoba perhatikan kamu
Akan kucoba terus cinta kamu
Air mata tak akan ku uraikan
Hanya mengelus dada
Aku masih bisa cinta


lirik ini milik Dewiq, melalui suara iwan fals, lagu ini dinyayikan dalam album 50-50. Dalam album ini terdapat lagu-lagu tentang cinta meskipun bukan ciptaan iwan fals. Ini salah satu yang sangat menyentuh. Sengaja sedikit kurubah posisinya, mewakili segala yang terjadi beberapa hari ini.

Aku baru tahu dan sadar arti cinta yang sebenarnya.
"membuat orang yang kau cintai itu tersenyum"

Itu saja tidak lebih.


Rabu, 27 Agustus 2008

Altar Ego

Ini merupakan sebuah istilah yang saya dengar dari perkataannya dwi tempo hari ketika mencoba laptop barunya bersama kak topan. Saya tidak tahu pasti definisi resminya, tetapi dari contoh yang dwi ungkapkan, sepertinya sangat cocok dengan yang terjadi.
"saraswati" menjadi altar ego bagi dwi, sementara bagi ka yusran saya lupa apa namanya. Kebetulan waktu itu ka yusran sedang menelpon dwi dan menyebut kata itu saat kami membahas kata pengantar yang saya tulis di skripsi.
"ooo... saya tahu, altar egonya kak rahe adalah Ranes" begitu kata dwi menganalisa kata pengantarku. Saya menyimak penjelasannya dengan seksama.
Saya tidak tahu, tapi perasaan ini susah untuk menyangkalnya
Meskipun itu sudah terjadi beberapa tahun lalu.
Saya tahu Ranes sedang berbahagia
Dan saya juga merasakannya
Karena kebahagiannya adalah kebahagiaanku juga, apapun itu

Selasa, 26 Agustus 2008

Belajar Cinta

Belajarlah untuk berbuat dengan tidak mengharap sesuatu
Bahkan untuk ucapan terima kasih
Belajarlah untuk selalu ikhlas
Ini memang merupakan pekerjaan yang teramat dan paling berat
Cinta itu memberi
Tanpa berharap untuk dibalas apalagi diperhatikan
Ketika Engkau mengaku cinta,
Maka bersiaplah untuk dilupakan

Mungkin bukan saat ini, tapi nanti









(sebuah releksi diri)

ada sapi menyerbu kampus

Ketika jalan ke kampus siang ini terasa lebih panjang dari biasanya, tepat di depan tugu "volkom", dua wanita berjilbab naik motor vespa berwarna hitam menghampiriku. Saya belum dapat mencerna dengan baik ketika salah seorang dari mereka berbalik kepadaku. saat itulah saya baru tersadar, "IRA..........!!!" WA..A..AAAA............!!!"
Kegirangan saya tidak terkira, Salah seorang sahabat dekat itu kini hadir di depanku setelah beberapa waktu tidak bertemu. Sejenak saya tertegun.

Ira Demita, berkacamata, jilbab, dan selalu menggunakan celana panjang. Hanya Satu kali saya melihatnya pake rok, yaitu ketika ujian meja beberapa tahun lalu. Di hadapanku kini, berdiri sosok itu masih sama seperti ketika pertama kali kami memasuki dunia kampus ini 2001 silam, tetapi waktu itu ira belum berjilbab. Di awal kuliah hingga menjelang KKN dulu, ira selalu terlihat bersama puput. Dua sejoli ini selalu bersama. Di mana ada ira, disitu ada puput. hal ini berlangsung lama hingga puput menikah dengan seorang senior di fakultas lain. Kini puput entah dimana, tapi kata ira, puput sudah kembali ke jakarta. Bapaknya meninggal dan sekarang puputlah tulang punggung di keluarganya.

Suara misda yang besar itu membuyarkan lamunanku, "ku tunggu di pasar nah.."
Kemudian saya dan ira berjalan kaki menuju kampus dari tugu volkom tersebut.
"Sudah lama tidak jalan kaki, soalnya di pulau terus."
Ira, di angkatan kami dulu adalah "mace" nya. Di kostnya kami masak perbekalan buat konsumsi bina akrab "nurani" 01. Di tempat itu pula acta diurna yang kami kelola di buat. Waktu itu bersama wanna, puput, ira dan derlin. Kami menyusun format acta diurna tersebut dengan model warna-warni. Saya masih ingat dengan ide gila nya puput membuat sebuah rubrik "du-du" (dari-untuk). Rubrik ini adalah ajang salam-salaman anak kosmik waktu itu, karena HP masih merupakan barang yang langka.

Ira masih menikmati langkah-langkah tegapnya ketika kami memasuki wilayah fisip dan mendekati lokasi pintu WC yang kebakaran kemarin. Masih terlihat arang bekas api yang melalap pintu tersebut. Sementara di sampingnya berserakan genteng-genteng yang akan diganti seiring bergantinya tahun ajaran baru dengan berdatangnya mahasiswa baru.
Saat mencapai pasar, terlihat dari kejauan anak-anak "Dragons" sedang asyik bercengkrama. "kak ira..." teriak emma. Dan pelukan pun mengalir di pasar.

Ada dua hal yang mengingatkan kami pada ira, yaitu Johny depp dan Sapi.
Segala hal tentang Johny depp sangat sensitif di telinga ira. Begitu pula yang berbau sapi. Tapi bukan nafas sapi. Saya ingat ancu pernah bilang : "mahasiswa yang paling kuat di dunia adalah ira, karena tiap hari dia memikul sapi dengan enteng di tasnya"
Ya, seekor sapi memang bergantungan di tas kesayangannya. tapi dalam bentuk yang lebih keil (gantungan kunci). Di kamarnya pun ira dulu memiliki bantal sapi yang dikirimkan teman chattingnya di jawa. Dari sini panggilan ira "sapi" itu pun muncul. Ketika ada sapi, maka saya akan ingat dengan Ira.

Sore menjelang, kami berjalan ke pe-we (pariwisata), disitu Ira bercengkerama dengan jun. Menurut Ira, sosok unik Jun sangat mirip dengan tokoh "sid", seekor kukang dalam Film Ice Age, karena dia lincah dan aneh seperti Jun.

Tidak berapa lama deru khas mesin motor vespa milik misda terdengar. Misda datang untuk menjemput ira. Rencananya mereka berdua akan ke perumahan dosen mencari "Nipah", sebuah LSM milik kelautan. Entah apa yang dicari ira disana. Yang jelas dia berjanji akan datang ke pondokan nanti dan bertemu dengan teman lain, katanya dia rindu pada sosank dan patang.






Sabtu, 23 Agustus 2008

Yang Datang dan Yang Pergi

Selalu seperti ini,
Bila tahun berganti, maka hal ini akan terjadi
Pernah seorang senior menanyaiku : “apa yang abadi di dunia ini?”
Aku bingung, dan menjawab asal, “perubahan”
Dia pun tersenyum.
Kini senyumannya itu mulai sedikit ku mengerti
“Rubah”, “berubah”, “perubahan”, itu yang memang dia maksudkan

Seperti tahun-tahun sebelumnya, saat inipun begitu
Mereka, adik-adik angkatan 2008 itu mulai berdatangan
Seperti halnya kami, yang bersiap akan pergi
Tapi itu semua, meskipun berbeda, kita akan tetap sama
Hanya karena mereka yang baru datang
Dan kami yang baru akan pergi
Kita semua satu
Satu kata, pendek saja, KOSMIK

Jumat, 22 Agustus 2008

Xtranet semakin rame

Zahra dan zaki punya adik baru. Kabar ini kuterima jum'at pagi. Sebenarnya kak sri sudah masuk rumah sakit sejak hari kamis. Umur kandungannya sudah mau masuk 10 bulan jadi harus di induksi karena semakin hari semakin sakit. Puncaknya kemarin. Dengan bantuan operasi cesar, adik zahra yang kedua ini lahir. Kali ini laki-laki lagi. berat dan ukurannya tidak tahu pasti, yang jelas tadi pagi ka anwar mengabarkan bahwa anak itu sudah lahir.

Anak ini adalah anak ka anwar yang ketiga. kata ka anwar suatu hari, "biar ta kala repot mi duluan urusnya" ketika ditanya kenapa berturut-turut kelahiran anak-anaknya. Ah kebahagiaan lagi menyelimuti xtranet. Dengan adanya Adik kedua zahra ini, Xtranet semakin rame.

Semoga rahmat dan berkah selalu tercurahkan kepadanya dan keluarga xtranet.

Rabu, 20 Agustus 2008

Adik Amal

“Adiknya amal meninggal !” ranes setengah berteriak di telingaku ketika pagi-pagi ini aku baru bangun. “tadi malam meninggalnya. Lambat dibawa ke rumah sakit”, ranes melanjutkan dengan mata sedikit berkaca-kaca. Tapi ku tahu dia tetap tegar.

Ka asma, kakak ranes, kalau dihitung-hitung telah melahirkan sebanyak 3 kali. Yang pertama bernama Raihan Habibie. Dia meninggal sekitar tahun 2005 silam. Waktu itu penyebabnya sakit. Anak kedua, Amal Saleh. Yang ini sehat-sehat sampai sekarang. Beberapa bulan lalu ka asma melahirkan anak yang ketiga. Kali ini perempuan, namanya saya lupa. Anaknya ini sejak lahir mempunyai ukuran badan sangat kecil. Sehingga waktu lahir dia masih harus menempati incubator. Sedih rasanya bila melihat si kecil yang terakhir ini. Saya memang tidak pernah melihatnya. Membayangkannya saja sudah mengiris hati. Dan kini tadi pagi kabar yang diterima ranes sangat menyentakkan hatiku.

Saya memang bukan siapa-siapa di keluarga mereka, tetapi kedekatan yang terbangun membuat ikatan emosional kami terbentuk dengan sangat erat.

Siang hari, ketika matahari mulai meninggi saya mencari ranes di kamarnya. Tetapi dia tidak ada, mungkin sudah pergi kerja. Kebulatan tekadnya membuatku sedih, karena di usia yang sebenarnya masih berhak merasakan nkmatnya belajar di bangku kuliah tidak sempat dikecapnya. Biaya pendidikan yang melambung tinggi mengandaskan segala impiannya untuk kuliah di fakultas hukum. Di tahun ini, dia bersikeras untuk kerja dan tidak bergantung pada orang tua. Dan jadilah kini dia sebagai karyawan di toko harapan baru. Katanya gaji cukup untuk kebutuhan sehari-hari. “lumayan bisa untuk hidup di pondokan, dan kalau ada lebihnya bisa buat kirim ke kampung” katanya suatu hari kepadaku.

Ah...Ranes.......


Selasa, 19 Agustus 2008

Yang ke 67

Tanggal 17 agustus kemarin saya ke rumahnya Kak Syam. Memasuki lingkungan perumahan disitu, setiap ruas jalan dihiasi dengan baruga kecil beratapkan bendera merah putih. Mungkin inilah salah satu cara penduduk disini untuk memperingati hari kemerdekaan republik ini. Saya menurunkan kecepatan motor untuk menikmati tiap lembar bendera merah putih yang seakan melintas diatas kepala saya, padahal sebenarnya motor saya yang bergerak maju. Tapi begitulah, fantasi akan perjuangan bangsa itu seakan hadir bersama di setiap 3 meter celah antara baruga yang satu dengan baruga yang lain.

Tiba di dekat gang terakhir menuju rumah kak syam, Sejenak hening, dan saya mematikan motor sebentar. Bendera-bendera itu masih berkibar ditiup angin, tapi tetap diam di tempatnya.

Saya jadi teringat beberapa tahun yang lalu, setiap menjelang tanggal ini, saya dan teman-teman di sekitar rumah selalu bersemangat membuat baruga-baruga kecil serupa disini. Mengecat pagar, dan membuat meriam kaleng. Dan ketika tiba tanggal 17, maka berbondong-bondonglah kami pergi ke sekolah untuk mengikuti upacara bendera dengan khidmat. Salah satu bagian dari acara upacara itu yang paling kami tunggu-tunggu adalah pada saat “detik-detik proklamasi”. Ketika protocol upacara berkata : “detik-detik proklamasi”, maka mengaumlah seluruh klakson kendaraan disekitar tempat upacara tersebut. Bedug masjid dipukul bertalu-talu, sirene ambulans dan mobil pemadam kebarakaran berteriak-teriak memekakkan telinga. Tapi kami tetap diam, menyerapi segala atmosfir kemerdekaan yang ditimbulkan gabungan seluruh suara tersebut. Sekitar 3 menit peristiwa ini berlangsung. Ketika suara-suara itu berhenti. Maka terdengarlah suara bung karno membacakan naskah proklamasi.

P R O K L A M A S I

Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja.

Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen '05

Atas nama bangsa Indonesia.


Soekarno/Hatta.

Suara bung karno tersebut bukanlah suara rekaman dari radio atau pita kaset. Tetapi suara orang asli yang hadir pada saat itu. Saya tidak tahu nama bapak tua yang membacakan teks proklamasi dengan sangat mirip suara bung karno tersebut. Tetapi kabarnya, bapak tua tersebut memang telah lama mempunyai tugas sedemikian unik. Selepas pensiunnya, pekerjaannya hanya satu kali setahun. Membaca teks proklamasi itulah tugasnya. Dengan itu, dia behasil membawa suasana 17 agustus tahun 1945 di tempat kami. Terasa betul badan saya merinding dibuatnya.

Kini, setelah saya hitung-hitung selama berada di sini, selama itu pula saya tidak pernah mengikuti upacara bendera. Kemalasan saya rupanya terlalu egois yang memerintahkan untuk tetap tiduran saja atau menonton televisi ketika upacara tersebut berlangsung. Jangankan upacara, di sekitar tempat saya berada, bendera merah putih pun jarang di dapati. Entah ideologi dalam kemahasiswaan disini yang membatasi itu atau apa, saya juga tidak tahu.

Ah Saya jadi rindu berdiri di lapangan seperti itu….

Sabtu, 16 Agustus 2008

Warung-warung yang berdatangan

Wajah samping warnet xtranet kini tidak lagi sepi. Disitu kini berdiri sebuah warung COTO. “Coto Tamalanrea”, begitu yang tertulis di spandukya. Perasaan saya mengatakan, bahwa pernah melihat warung ini disuatu tempat yang lain. Tapi dimana ya?

Ooo.. saya ingat, lokasi warung ini sebelumnya berada di seberang jalan depan xtranet ini. Tempatnya dekat dengan service monitor dan mercedez benz. Entah mengapa warung itu pindah kemari. Saya pernah makan di warung itu dua kali bersama ilo dan fajar. Memang cita rasa coto warung itu sangat kental dank has. Tak heran warung tersebut tidak pernh sepi pembeli, bahkan sampai larut malam. Saya mengetahui kelarisan warung itu karena waktu saya dan ilo makan disana pada waktu dini hari ketika ilo baru tiba malamnya dari Jakarta. Suasana makan coto waktu itu masih ramai, terutama ada gerombolan cewe-cewe ABG kaya yang baru pulang dari diskotik. Kebetulan malam itu adalah malam minggu.

Dari kabar yang saya dengar tadi, ketika sedang makan onde-onde kiriman dari pemilik warung itu, katanya senin besok adalah grand openingnya. Wah,… saya jadi ingin cepat makan coto.

Onde-onde kiriman tadi kami (ka anwar, ka sri, ardi dan saya sendiri) santap sambil berbincang-bincang. Rupanya warung coto itu kena gusur. Pemerintah kota ingin membangun sesuatu di bekas warung itu. Sesekali saya melongok keluar melihat persiapan yang sedang dilakukan pemilik warung tadi. Sempat juga saya melihat mas dandi, penjual sari laut di depan SD bung sedang semangat menggali lubang di sebelah warung coto tadi. Kenapa lagi mas dandi ada disitu ?

Ooo.. lagi-lagi mas dandi ternyata terkena gusur juga. Sepengetahuan saya, di wilayah yang ditempati mas dandi tersebut terdapat banyak penjual makanan. Termasuk nasi goring sabili dan pangsit serta penjual sari laut lainnya. Jika mereka kena gusur, sebenarnya proyek apa yang yang sedang dikerjakan pemerintah kota makassar? Apakah demikian pentingnya sehingga lapangan kerja masyarakat harus terenggut lagi? Justru yang sangat parah adalah kabar terakhir yang saya dengar dari ka sri beberapa saat lalu. Ternyata SD bung itu akan menjadi area penggusuran juga. “ini mi kerjanya pak ilham” ujar ka sri ketus. “na jual tanahnya makassar sama orang cina. Itu karebosi, tanah keramat milik leluhur, sekarang dijual sedeng..” ungkap ka sri masih semangat mengkritik kebijakan pak walikota itu.

Bayangkan tempat belajar anak-anak tumpuan harapan bangsa di masa yang akan datang harus digantikan dengan ruko-ruko hanya demi segepok uang dengan dalih pembangunan dan peremajaan kota.

Program kesejahteraan yang bagaimana sebenarnya maksud pak ilham ini?

Saya tidak habis pikir, dengan keadaan sekarang, dia masih juga pede untuk maju lagi sebagai calon walikota.

Aneh memang….

Saya jadi teringat ungkapan dalam sebuah buku yang saya lihat sekilas (saya lupa bukunya)

“Kalau sudah mengenai uang, maka semua orang sama agamanya”

Senin, 11 Agustus 2008

Ongkos Pondokan Naik (lagi) ???

Dalam satu tahun, bulan yang paling saya tunggu-tunggu adalah bulan maret. Bulan itu adalah bulan spesial bagiku. Tetapi ketika mendekati akhir tahun perasaan ini akan menjadi lebih deg-degan. Apalagi kalau kalender telah menunjukkan bulan sembilan atau bulan sepuluh. Itu adalah bulan yang menjadi waktu pembayaran rutin pondokan. Dan seperti tahun-tahun sebelumnya, perasaan itu datang lagi karena sekarang sudah bulan agustus, atau bulan delapan.

Tentu saja kita tinggal di pondokan ini tidak gratis, karena yang punya pondokan juga mau mencari nafkah. Maka untuk tinggal di sini harus membayar tarif untuk jangka waktu satu tahun. Ongkos yang harus dibayar tahun 2007 kemarin adalah 1,3 juta rupiah. Harga ini sebenarnya telah mengalami perubahan yang cukup signifikan tiap tahunnya. Sewaktu saya baru tinggal pertama kali disini, waktu itu saya, ilo dan fajar tinggal sama ka' miko (kosmik angkatan 99) harganya masih 300 ribu rupiah pertahunnya. Kemudian tahun 2002 meningkat menjadi 400 ribu rupiah, tahun berikutnya pun naik lagi menjadi 500 ribu.

Waktu berlalu, seiring pembangunan pondokan yang terus ditingkatkan oleh aji (panggilan untuk Bapak yang punya pondokan), bagian bawah pondokan yang dulunya kosong, kini dapat dihuni. Dan itu dikhususkan bagi cowok-cowok saja, sehingga otomatis kami penghuni lama yang cowok pindah ke bawah. Waktu itu sekitar tahun 2006. Harga pondokan tetap naik menjadi 1,1 juta pertahunnya.

Kemarin sore sewaktu sedang menyaksikan Andis menyapu kamarnya, fajar ketua pondokan bilang akan ada rapat tentang pondokan membahas tarif tahun ini.

Yah.. hasilnya sudah bisa ditebak. Dan akhirnya keputusan yang saya dengar cukup membuat jantung ini kembali deg-degan. 1,5 juta rupiah untuk satu tahun kedepan agar masih bisa tinggal di pondokan tercinta ini.

Jumat, 08 Agustus 2008

Ada hantu....!!!


Hari ini DWI datang lagi, dia seperti hantu….!!!

Muncul di depanku secara tiba-tiba dengan pakaian putih….

Dengan senyum khasnya….

Dan dia membawa coklat (atau kue brownies tepatnya)

"HAI.....!!!!!" katanya.

Saya langsung pingsan.


Rabu, 06 Agustus 2008

Besok Azmi Seminar

Kabar ini kuterima ketika berada di pasar tadi siang. sambil mengunyah tempe kesukaanku, Azmi berbicara padaku. "hari kamis seminar ka' kak rahe. dumba-dumba ma'. Perutku lapar tapi sa ndak bisa makan, dumba-dumba ma''.
"Hari kamis? sambil berpikir sejenak, ini kan hari rabu, berarti besok dong?!" aku kaget mendengar suaraku sendiri. Rasanya tak percaya.
"sama siapa saja besok seminarnya?" tanyaku.
"sama iko dan ika, hanya saya yan namanya tidak dimulai dengan huruf "i" tapi nama kami bertiga dimulai dengan huruf vokal." jawab azmi sambil menjelaskan dengan mata yang berbinar-binar.

Azmi, pertama kali ku kira dia orang jawa. Dari tingkah lakunya yang lemah lembut dan mengisyaratkan "prempuan banget" ternyata dia orang soppeng. Saya selalu menjulukinya Naga terlembut (diantara sembilan naga) dan "the mysterious one". Dengan wajahnya yang sedikit oval, maka kesan manis pun terpancar penuh didalam dirinya. Tak heran pernah teman KKN ku, sempat menanyakan perihal status Azmi kepadaku. Ical, nama anak administrasi itu yang baru-baru ini lulus dan juga satu kampung denganku sempat pernah curi-curi pandang kepadanya. Tapi saat ini ical sudah pulang ke kampungnya. Mungkin di lain kesempatan kalau memang jodoh mungkin bisa ketemu lagi katanya.

Kembali ke azmi. Judul skripsinya belum sempat ku tanyakan, tapi tadi sekilas ku lirik ada kata "sehati". Pasti sesuatu di sana sangat menarik sehingga membuat azmi memutuskan untuk menelitinya lebih jauh.

Azmi, semangat ya..!!!
kami slalu mendukungmu !!!


Sabtu, 02 Agustus 2008

selamat ulang tahun dwi....!

Saya tidak tahu tanggal dan bulan ini yang jatuh pada hari ini merupakan kombinasi sebuah nama. Dengan menggunakan bahasa sansekerta (mungkin, karena ini hanya terkaanku saja, tapi dwi pernah bercerita demikian), perpaduan tanggal dan bulan serta merujuk pada sang pemilik nama yang berjenis kelamin perempuan, maka hasilnya akan seperti ini : DWIAGUSTRIANI.

Dwi untuk dua, agust untuk agustus dan riani yang melengkapi bahwa sosok perempuan lah yang memiliki nama tersebut. Ini berarti Sang maestro pemberi nama itu sangatlah cerdas. Tidaklah heran bila kelak nantinya, dwiagustriani sang anak itu pun mewarisi sifat otak cemerlang tersebut. Hanya saja sebulan yang lalu, sang maestro tersebut telah mendahuluinya. Dia pergi dengan tenang setelah penyakit yang menggerogotinya tidak dapat di sembuhkan lagi. Leukimia, menurutnya merupakan salah satu penyakit yang bisa dimaafkan.

Hari ini memang hari spesial milik dwi. Pagi ini ketika saya pulang ke pondokan, saya mendapatinya sedang mencuci. Dan dia rupanya mengingatkanku, “tidak adakah yang akan kau kan ucapkan padaku hari ini?”
Sontak aku langsung mengingatnya, “oh iya, selamat ulang tahun DWI…!”
Kemudian ia melanjutkan acara mencucinya kembali.

(maap tidak ada apa-apa nih,...)