Sabtu, 28 Mei 2011

Tentang penantian

Seorang teman pernah bilang : "Yang paling sulit adalah ketika berusaha untuk tidak peduli pada orang yang kita kasihi." Sepenuhnya saya menyerahkan hal tersebut padanya, justru hal aneh yang terjadi kemudian adalah di saat Ia memutuskan untuk betul-betul tidak peduli dengan jalan membohongi dirinya sendiri, padahal rasa sayang kepada orang yang dia sayangi masih terus ada pada dirinya.

Apakah kau pernah merasakan hal yang sama ? Mencoba melupakan orang yang kau sayangi dengan berusahan tidak mempedulikan lagi dirinya. Atau kau punya cara lain ? aku tak tahu.

Dalam pandanganku secara subyektif, yang tersulit dari sebuah kasih sayang adalah penantian. Tetapi justru disinilah ujian atau cobaan bagi kita untuk meniti jalan dalam membentuk sebuah tali kasih. Bukankah cinta selalu berteman dengan sabar ?



sumber gambar :
http://sms-kasih.blogspot.com/2011/02/membentuk-kasih-pengharapan-dan-iman.html

Jumat, 27 Mei 2011

Dan mutasi pun memisahkan kita

Kamis kemarin, salah seorang pimpinan kami berganti jabatan. Kalau kata surat kabar yang terbit di daerahku : "Gerbong mutasi telah bergerak". Membuat beberapa kalangan terhenyak sejenak tak mengira akan secepat itu mutasi ini akan terjadi. Beberapa bulan di areal pemerintahan membuatku mulai mengenal situasi dan kondisi tentang birokrasi dimana semasa mahasiswa dulu kami rela berpanas-panas ria di jalan-jalan protokol untuk memprotes betapa bobroknya badan yang menjalankan pemerintahan ini. (Lucu kadang kurasa, karena kini aku berada di dalamnya)

Kadang kita sadari hidup tak hanya berjalan linear. Sering juga ia bergerak tak beraturan dan tak sesuai dengan keinginan dan rencana kita. Nah, menurut beberapa ahli, keadaan demikian kita sebut "masalah". Jika dalam hidup kita selalu mengharapkan untuk tetap berada pada jalur kehidupan yang menyenangkan dan menenangkan, maka bersiaplah untuk kecewa. Karena yakinlah, tidak semua hal disekitarmu senang akan dirimu. Berbagai usaha akan dilakukan untuk menjauhkanmu dari posisi "aman" tersebut.

Hidup juga seperti jabatan. Dimana masing-masing jabatan ada orang tertentu yang memegangnya. Kita lah yang memegang jabatan untuk hidup sebagai manusia (jika kau hewan tentu kau tak bisa membaca ini). Dalam sebuah jabatan, terdapat sebuah fase mutasi yang kusebut diatas tadi. Kerelaan pun menjadi kunci utama ketika fase mutasi tersebut tiba.

Bukankah Hidup ini adalah kumpulan mutasi-mutasi, yang membentuk dan merubah kita hingga kita seperti sekarang ini ? menjadikanmu lebih berarti sampai akhirnya mutasi terakhir datang nanti dan membuatmu akan dikenang sebagai nama tetapi berwujud pada batu nisan.





sumber gambar :
http://3.bp.blogspot.com/_lEkSG178cYA/TQeV0PBXyOI/AAAAAAAAABk/azOcN3e0B9I/s1600/berubah.jpg

Selasa, 17 Mei 2011

Seperti laut hari ini

Anggap saja kita pernah bertemu di suatu kesempatan dan menjalaninya dengan cara masing-masing. Kemudian di lain hari kita diberi kesempatan berikut untuk memperbaiki atau menambah serta menambal segala kekurangan yang ada. Disadari atau tidak hal tersebut menimpa semua orang di termasuk kita (aku, kau dia dan yang lainnya boleh memasukkan nama masing-masing).

Salah satu yang menyatukan kita hari ini adalah kenangan. Wujudnya berupa tawamu atau gerutumu hari ini. Bisa juga lewat rahasia-rahasia kecil yang mungkin tak mau kau bagi, ah itu wajar saja. Bukankah hidup ini adalah kepingan kecil rahasia-rahasia yang berwujud pada cerita dan rekaman peristiwa tentangmu, tentangku, tentang dia dan tentang mereka ? Dimana kita semua adalah pelaku sekaligus penentu menarik atau tidaknya cerita itu. Tidak masalah garing atau menyenangkan, selalu dan pasti berbekas dalam kepala dan hati kita.

Laut di Botutonuo yang tak bosan memandangi kita seharian ini seakan menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai kenangan secara sambung-menyambung. Yah.. kadang ada juga misteri masa lalu tak pelak membuat kita menghitung untung rugi perbuatan kita.

Tapi biarlah kenangan itu mengalir tenang seperti laut hari ini, dimana jika pernah ada dendam, ataupun benci, biarlah terbawa dan hilang dalam pusaran kehidupan masa lalu, kini dan akan datang.




Sumber :
http://gorontalotourismdestination.blogspot.com/p/tourism-object.html


*Dari Botutonuo atau dimana saja kenangan itu ada, termasuk hatimu ^_^

Sabtu, 14 Mei 2011

Sendiri di Usia 30

Sebagian orang atau sebut saja kebanyakan orang menganggap hidup yang sempurna adalah ketika kita telah melewati jenjang pernikahan dan memiliki anak, keturunan atau apalah namanya.

Keadaan demikian seakan telah menjadi standar kelayakan sebagai seorang manusia paripurna. Dimana jika kau belum menempuh hal tersebut, maka keberadaanmu tidak akan terlalu dianggap.

Kejam ? tidak juga, memang begitulah keadaan yang ada, sebab setiap pendapat dengan persetujuan banyak orang telah menjadi hukum tak tertulis sebagai kewajiban bagi setiap orang dalam radius lingkungan tersebut untuk menjalankannya. Menurutku faktor gengsi dan nama besar keluarga juga turut mendukung hal tersebut. Manalagi penelitian-penelitian dunia barat sana turut memberi andil terhadap pembenaran pandangan itu. Dimulai dari Usia berapa kita disarankan untuk segera menikah, dengan alasan ketika menginjak usia tertentu, maka akan sulit bagi mereka yang berjenis kelamin perempuan untuk hamil dan melahirkan keturunan. Maka dibuatlah rentan waktu usia-usia ideal untuk melangsungkan pernikahan, dalam hal ini sering menjadi momok adalah usia tiga puluh tahun.


Saya tidak menyalahkan penelitian-penelitian itu, hanya saja bolehlah kita menengok sejenak kepada mereka yang dengan alasan tertentu belum bisa atau sebut saja belum mau menjalani hidup dengan pasangan. Di tempatku saat ini telah kutemui sebagian dari mereka yang masih memilih belum menikah bahkan hingga usianya melewati angka 30 hingga hampir 40 tahun. Karena menikah merupakan peristiwa yang tak sembarangan terjadi dalam hidup. Setiap orang kuyakin berharap menikah sekali selama hidupnya. Kecuali di kemudian hari ada hal-hal tertentu sebagai takdir mereka berpisah atau menambah daftar pasangan.

Menurutku menjalani hidup ibarat meniti sebuah jalan kecil nan panjang yang hanya bisa dilalui satu orang. Dengan memilih sebuah pernikahan berarti memasukkan orang lain di jalan kecil itu. Kita bisa menentukan, apakah orang lain tersebut akan bertindak sebagai pemandu jalan ataukah penghalang jalan. Karena baik Laki-laki maupun perempuan masing-masing mempunyai peluang yang sama untuk membuat perjalanan meniti jalan kecil tersebut menjadi menyenangkan, membosankan bahkan menegangkan.

Jikalau kita masih memutuskan untuk menunggu lebih lama kedatangan calon yang tepat sebagai teman hidup nanti, kenapa tidak ?





sumber-sumber :
http://amoreshamonangan.files.wordpress.com/2010/09/alone1.jpg
http://tieadja-sariel.blogspot.com/2010/05/pedoman-wanita-single.html
http://midnightinjakarta.blogspot.com/2010/10/when-youre-single.html

Koprol, antara ketulusan dan menjilat

Kalau kau pernah mendengar pepatah yang mengatakan bahwa dimana bumi dipijak, disitu langit harus dijunjung, maka seyogyanya kita bisa mulai menyesuaikan dengan keadaan yang ada. Setiap tempat mempunyai adat dan kebiasaan yang berbeda, begitu pula dengan istilah. Kebetulan kepopuleran juga mempengaruhi keberadaan adat, kebiasaan bahkan istilah tersebut.

Beberapa waktu belakangan ini, jika kau menonton televisi dengan sosok briptu norman yang sering muncul di layar kaca, maka di gorontalo, kampung halaman anggota brimob tersebut, sebuah istilah menarik juga muncul. Orang gorontalo menyebutnya "Koprol". Koprol disini bukanlah salah satu gerakan dalam pelajaran olahraga yang kita dapat di sekolah. Koprol yang kumaksud juga bukan salah satu alamat situs jejaring sosial buatan orang indonesia yang telah diakuisisi oleh perusahaan besar penyedia email yahoo.com tahun lalu. Koprol kali ini merupakan sebuah istilah yang disematkan kepada seseorang yang melakukan sesuatu dengan tujuan diperhatikan, sehingga orang yang memperhatikan tersebut memberikan imbalan atau setidaknya merasa tersanjung atas perbuatan orang yang berkoprol tadi. Kalau diperhatikan, koprol lebih menjurus kepada istilah bahasa indonesia : menjilat (ini menurutku saja). Tetapi sekali lagi, istilah ini hanya berlaku di daratan gorontalo. Entah untuk daerah lain mempunyai istilah berbeda untuk keadaan serupa saya tidak tahu.

Menurut beberapa orang yang kutemui, istilah koprol muncul sejak pertengahan tahun 2008, penggunaan istilah ini dipopulerkan atau tepatnya terpopulerkan secara tidak sengaja dan mengalir begitu saja dikalangan masyarakat Gorontalo.

Jjika hari ini kau pernah berpapasan dan mendengar kata "koprol" yang mungkin ditujukan kepadamu, maka hati-hatilah, bisa jadi itu merupakan cibiran sekaligus sindiran bagimu tentang apa yang telah kau kerjakaan atau katakan, padahal mungkin tidak ada maksud dari dirimu untuk mengharapkan imbalan atau jasa.

Ah, entah mungkin benar atau tidak, tapi sepertinya susah untuk berbuat di tengah-tengah keadaan yang tidak memungkinkan. Jika berniat, maka niatkanlah dengan tulus sampai pada tahap perbuatan.





sumber-sumber :
- survei kecil-kecilan
- http://www.tempointeraktif.com/hg/it/2010/05/25/brk,20100525-250358,id.html
- http://bayu.blitar.org/wp-content/uploads/2010/08/Koprol.jpg

Minggu, 08 Mei 2011

Dari Hubulo, Tentang Sebuah Pertemuan

Siang ini seakan sama seperti siang di beberapa tahun silam. Di tempat yang sempat menjadi persinggahan dan penggalan hidup aku atau kau dalam beberapa rentetan waktu. Tidak lama memang, tapi kuyakin kau selalu mengingatnya. Kita menyebutnya "Hubulo" karena orang-orang sebelum kita juga menyebutnya demikian. Tempat ini pernah menjadi rumah bagi kita (semoga kau tetap setuju denganku ^_^)

Mungkin penggalan waktu yang kulewatkan didalamnya berbeda denganmu, serpihan kisah yang terajut bersamanya bisa jadi tak sama antara kau, dia atau mereka. Setiap kita dengan bekal otak dan hati selalu membentuk semua hal di alam sekitar menjadi kepingan kecil tak terhitung banyaknya dan tersimpan dalam ingatan yang kalau boleh kusebut kenangan.

Hari ini kenangan itu kembali terbuka. Entah itu aku, kau atau dia dan lainnya memulai darimana. Semuanya tumpah ruah begitu saja dalam bentuk cerita yang mungkin kau malu-malu mengungkapkannya, lewat kisah kenakalan-kenakalan kecil atau tentang dendam lama tapi tak bertahan lama, ada juga beberapa cinta diantara sesama teman kita yang mengalami suratan tak sampai. , tapi tak apalah. Toh kita tetap tertawa.

Aku tertegun semalam ketika membaca penggalan kalimat dalam undangan pertemuan ini : "Sadarkah teman teman..ditengah kesuksesan teman teman sekaranga mungkin terselip kejujuran yang pernah didapatkan dari hubulo...atau jiwa mandiri yang pernah kita pungut dari selokan selokan pesantren." Ya, kadang-kadang kita tidak menyadari 2 hal kecil tadi di masa kini yang menjadi penopang keseharian kita dan bersifat sangat mendasar serta mempunyai manfaat besar bagi pribadi kita saat ini.

Semoga kita masih bisa merasakan hal-hal demikian dan terus memupuknya menjadi semangat-semangat baru tanpa melupakan segala yang kita tinggalkan.
Memang tidak ada hal lain yang tak pernah letih berjalan selain waktu.
Mungkin sudah saatnya kita tidak disana, tapi setidaknya kau selalu bangga untuk berkata "saya pernah di Hubulo"






sumber gambar : http://pphubulo.sch.id/data/gallery/2010_06_06_01_28_52_IMG_0995%20%5B320x200%5D.JPG