usah kau tangisi
biarku sendiri
nikmati pedihnya luka
tanpamu dipelukanku
tak terbayangkan kau gadaikan
cintamu pada semestinya
kumiliki nikmat anugrah illahi
Sungguhku tak mampu menepis bayangmu
karena kuhanya bisa mencintaimu
dari ADA BAND
usah kau tangisi
biarku sendiri
nikmati pedihnya luka
tanpamu dipelukanku
tak terbayangkan kau gadaikan
cintamu pada semestinya
kumiliki nikmat anugrah illahi
Sungguhku tak mampu menepis bayangmu
karena kuhanya bisa mencintaimu
dari ADA BAND
Bangkit itu
Senang melihat orang lain senang
Bangkit itu Takut …
Takut untuk korupsi
Takut untuk makan yang bukan haknya
Bangkit itu Malu …
Malu menjadi benalu
Malu minta melulu
Bangkit itu Marah …
Marah bila martabat bangsa dilecehkan
Bangkit itu Mencuri …
Mencuri perhatian dunia dengan prestasi
Bangkit itu Tidak ada …
Tidak ada kata menyerah
Tidak ada kata putus asa
Bangkit itu aku…
Aku untuk I n d o n e s i a ku
Rupanya iklan layanan masyarakat ini dalam memeperingati hari kebangkitan nasional setelah 100 tahun lamanya, sejak 1908. saya bertanya pada diri saya, sudah bangkitkah
Bersamaan dengan itu, Hari raya waisak juga jatuh pada hari ini. Sehingga 2 perayaan besar terjadi di
Oke kita tinggalkan sedikit skala nasional, kita turun ke wilayah lokal khususnya seputaran kosmik dan lebih khusus lagi ke sekitar 9 naga. Beberapa hari yang lalu telah ada dari friendster.com peringatan hari ulang tahun teman yang jatuh pada hari ini, tanggal 20 mei 2008. friendster.com rupanya bisa mengambil hati usernya karena denga fasilistas “birthday reminder” seperti ini kita bisa selalu diingatkan akan hari ulang tahun teman kita, suatu terobosan yang cukup unik dan membantu Tak disangka ternyata teman yang ulang tahun itu ada dua orang, yaitu icha dan were. Keduanya berulang tahun pada tanggal, bulan dan tahun yang sama. Dua ulang tahun yang dirayakan bersamaan pada hari ini.
Celoteh para naga sudah terdengar dari balik kamar were saat saya dan fajar tiba setelah seharian di kampus browsing internet mencari bahan-bahan untuk skripsi.
Saya Tidak dapat memberi kado apa-apa, hanya ucapan selamat dan do’a
Justru sore ini darma dan azmi membawakan saya titipan dari were yang berulang tahun
Terima kasih ya were.
Dan selamat ulang tahun were dan icha
Saya menuliskan ini ketika matahari tepat berada di atas kepala, teriknya yang menyengat seolah terasa dingin bagi teman-teman mahasiswa unhas yang berada tepat di depan pintu I, hanya berjarak 20 meter dari tempat ku menulis.
Mereka (teman mahasiswa unhas tadi) rupanya sedang berdemo dengan isu menolak kenaikan BBM yang rencana pemerintah akan melaksanakannya antara akhir mei dan awal juni ini.
Seorang teman tadi pagi berkata : “biar demo bagaimana, tetap saja BBM akan naik”. Singkat, padat dan menusuk. Dia mungkin hanya beralasan demikian karena malas ikut demo, tapi itulah yang terjadi.
Entah sudah berapa kali harga BBM naik dan dengan alasan yang sama serta ditimpali dengan demo-demo dari berbagai kalangan yang berujung dengan keputusan awal, harga BBM tetap naik. Tentu saja dengan naiknya harga BBM ini akan memicu naiknya harga-harga barang kebutuhan pokok lainnya.
Berbagai macam cara telah dilakukan berbagai elemen masyarakat untuk menyampaikan pemerintah untuk mengurungkan niat tersebut. Seiring dengan itu pula keluar pula jawaban pemerintah yang justru lebih memusingkan rakyat dengan berbagai teori ekonomi dan segala strategi pemangkasan biaya sana-sini. Cara terakhir itulah berdemo.
Demo memang selalu terkonotasi dengan anarkis, dan merugikan banyak orang. Saya teringat lagi dengan perkataan seorang teman yang lain tadi pagi. Katanya : “harus ada yang mati kalau begini caranya. Pemerintah sudah tidak mau dengar. Kalau ada yang korban pasti ditunda kenaikan ini”. Miris memang membayangkannya. Untuk menurunkan harga BBM yang naik nanti beberapa rupiah harus mengorbankan nyawa. Seolah tidak ada orang pintar di negeri ini dan kita seperti kembali ke zaman primitif, harus menyerahkan “persembahan” nyawa manusia untuk menahan kedatangan bencana.
Masih banyak cara yang bisa ditempuh pemerintah untuk mengatasi masalah krisis ini. Tapi saya, teman-teman dan rakyat tidak tahu, pemerintahlah yang tahu dan seharusnya tahu. Dalam pemerintahan duduk orang-orang terpilih, mereka disana bukanlah sembarang orang yang sekolahnya hanya sampai SD saja. Berbagai titel di belakang atau di depan nama mereka itu harus dipetanggungjawabkan. Untuk itulah mereka dipilih.
Ketika nasehat, bujukan, dan bisikan tidak didengarkan, maka berteriaklah......!!!!
Pernahkah kau mendengar kata pulang?
Hari ini dua manusia yang meneguhkanku di kampus ini sedang pulang.
Yang pertama adalah yang menemaniku sejak masa-masa kami memanggil sebagian besar orang di kampus dengan sebutan “kak” (diluar dosen dan pegawai kampus). Dan hingga kini ketika sebutan itu akrab denganku dan lebih ditujukan kepadaku, dia masih saja setia menemani. Entah oleh sebab apa kami berdua belum beranjak dari kampus ini, tapi seakan ada perjanjian (ah, tidak patut disebut perjanjian) yang tidak tertulis, ataukah ini hanya alasan untuk menutupi kenyataan sebenarnya bahwa kami sangat dekat dengan kebodohan. Yah… otak ku memang paspas-an terbukti dengan “kejatuhanku” di jurusan dan fakultas ‘buangan” UMPTN 7 tahun silam. Tapi bagiku sepanjang tahun itu hingga kini tak membuatku membenci jurusanku ini. Justru sebaliknya, cinta dan rindu menjadi satu didalamnya.lingkungan dan orang-orang sekeliling yang membuat ku selalu merasa kuat dan berarti dimana saja. Terkhusus temanku yang satu ini. Hingga kemarin salah seorang anggota 9 naga bertemu denganku di jalan, mengabarkan bahwa aku ditunggu olehnya di pondokan. Pasti ada sesuatu, pikirku. Betul saja setelah ku tiba di pondokan, berita dari kampung pagi ini baru saja diterimanya. Nenek yang mengasuhnya sejak kecil sementara sakit keras. Aku sempat melihat nenek itu ketika beberapa waktu lalu ke rumahnya untuk mengantarkan gitar. Nenek itu memang telah tua serta rapuh tapi masih kuat untuk mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak, mengambil air di sumur dan beberapa pekerjaan lainnya yang sejak subuh ketika malas dan mengantuk masih menguasai, nenek itu sudah bangun menyiapkan air panas dan sarapan untuk kami.
Keputusan untuk pulang diambilnya setelah beberapa pertimbangan, dan malam ini kudapati kepastiannya. Dia pulang diantar seorang teman yang terbilang sangat unik di komunitas kami. Entah untuk berapa lama kepulangannya tapi yang pasti dia tak ingin berlarut dalam kesedihan sebab ada tugas yang harus diselesaikan dalam waktu dekat ini.
Seseorang lainnya yang juga pulang kali ini merupakan “dewi”. Aku tidak muluk-muluk menyebutnya demikian. Setelah kemarin dia telah melakukan langkah pertamanya menuju pencapaian impiannya, kini dia butuh untuk beristirahat sejenak dan berdo’a. Dari langkahnya kemarin ku tahu ada rindu yang menyergapnya. Rindu yang datang dari lubuk hati mengingatkan kembali bahwa ada sosok yang pernah melahirkan dan merawat serta mengajarkan kepada kita sejak dari kecil yang tak tahu apa-apa sampai sekarang telah menjadikannya seperti dewi, Inspirasi bagi gerak dan pikiran. Namun sosok itu sedang terbaring lemah sehingga sang dewi memutuskan untuk pulang dan merawatnya. Dari Matanya yang sembab ku tahu keadaannya serius.
Inilah sebenarnya yang tak boleh kita lupakan, setelah sebuah perjalanan yang panjang dan melelahkan untuk mencapai tujuan tertentu, entah apakah tujuan itu sudah tercapai atau belum, kita butuh untuk pulang.
Dan hari ini aku juga pulang, Ke Pondokan.