Jumat, 12 Desember 2008

Negeri “seng”, dan Pondok “hanya karena cinta”


Aku belum pernah membayangkan tempat seperti ini. Jalan pendek sekitar 1 km yang memiliki dua tikungan menyambut perjalanan kita sebelum memasuki gerbang negeri ini. Tidak dapat disebut gerbang, karena pembatas antara negeri ini dan dunia luar itu adalah sebuah jembatan yang aspalnya sudah terkelupas, tetapi masih bisa dilalui oleh mobil dan motor serta sepeda. Terkadang pula kawanan sapi serta kambing melalui jembatan itu. Lewat dari jembatan itu lah negeri ini berada. hawa khas yang tidak kita temui di tempat lain mulai terasa. Hawa itu muncul dari persetubuhan kulit seng yang menjadi dinding-dinding tempat tinggal disini dengan sinar matahari dan angin yang berhembus pelan, terkadang pula kencang,


Ya, seng merupakan bahan utama penyusun rumah-rumah yang ada di negeri ini. Jikalau ada rumah dari semen dan batu bata, maka jumlahnya tidak lebih dari jumlah kedua tangan dan kedua kaki yang digabung. Rata-rata lantai di rumah-rumah itu sudah menggunakan campuran semen bahkan tegel. Kecuali rumah bertingkat dua, yang lantai atasnya menggunakan susunan papan-papan sehingga bila kita menginjaknya, maka akan terdengar di telinga penghuni di lantai bawah.

Fungsi rumah kost mendominasi sebagian besar rumah yang dibangun dinegeri ini. Ada dua system pembayaran kost-kosan disini. Per bulan atau per tahun, tinggal pilih saja. Harganya pun bervariasi, ada yang perbulannya

Seperti pondokan yang ku tempati ini. Pembayarannya bisa per bulan yang berharga 70 ribu rupiah. Dengan atap seng dan berdinding seng, maka pada siang hari kita akan disuguhkan dengan fasilitas “mandi uap keringat” karena panas yang dihasilkan terbilang diatas normal menembusi setiap inci tubuh ini.

Yang tersisa bagi penghuni kamar-kamar ini mungkin hanyalah cinta pada pasangannya masing-masing. dan ini menjadi alasan untuk bertahan di tengah himpitan kebutuhan hidup sekarang ini. sebagian besar penghuni pondok ini adalah orang yang berkeluarga. Malah ada sebuah pasangan suami istri yang mengontrak 3 kamar berdampingan sekaligus. Untuk menghubungkannya, maka sekat pemisah antara ketiga kamar tersebut di singkirkan. Hasilnya sebuah kamar yang memanjang dan lebar serta luas cukup untuk ditinggali sebuah keluarga.

Oh.. sejak tadi aku lupa ya menyebutkan nama resmi kawasan ini. Letaknya di belakang pasar daya, jikalau hendak kesini, Engkau hanya perlu membayar dua ribu rupiah untuk menumpang pada tukang ojek. Katakan saja tujuanmu : "pondok sawah"

Tidak ada komentar: