Selasa, 18 Maret 2008

Astronot darat

Waktu menunjukkan pukul 2 siang, tapi matahari tamalanrea tidak seterik yang seharusnya. Awan mendung kembali menggantung dan tampak dari bawah gedung rektorat ketika suara halus anak kecil menyapa, “Kak Gondrong…!” tak biasanya ada suara anak kecil di kampus merah yang sepenuhnya diisi oleh orang dewasa berusia diatas 16 tahun ini. Oh rupanya seorang anak kecil yang lagi mengumpulkan sisa botol dan gelas aqua bekas yang berserakan di dekat tempat sampah tak jauh dari tempat berdiriku. Dengan menggunakan karung besar yang berfungsi sebgai tempat penyimpanan gelas dan botol aqua bekas dan sebatang gincu yang dipakai untuk menjangkau serta mengait gelas atau botol bekas yang ditemuinya di jalan serta tak lupa topi biru mungil yang dikenekannya di kepala sekedar menutupinya dari sengatan matahari atau terpaan air hujan. dia tampak seperti seorang astronot hanya saja tidak bekerja di luar angkasa. Tempat operasinya adalah di darat, Kampus Unhas inilah salah satu ‘daerah kekuasaannya.” Aku mengenalnya sebagai salah seorang dari anak-anak yang biasa singgah di warnet bila malam hari tiba. Dan depan gedung rektorant ini dia menyapaku lebih dahulu. Ternyata pada pagi hingga sore hari mereka bekerja keras mencari botol dan gelas aqua bekas kemudian dikumpulkan dirumahnya untuk dijual. Setelah bekerja sepanjang hari, mereka tidak berhenti hingga malam hari. Karena kalau malam botol dan gelas aqua bekas tersebut jarang kelihatan di jalan, maka mengemislah mereka sebagai salah satu usaha untuk bertahan hidup. Di kamus mereka ternyata jarang ada kata istirahat. Kegiatan mengemis mereka pada malam hari ini sebenarnya hanyalah usaha terakhir karena berdo’a mungkin jauh dari pikiran mereka. Entah karena pengetahuan agama yang kurang atau ah… susah membayankannya. Bagaimana mau belajar agama? Makan saja sulit.

Dia melambaikan tangan kepadaku, “saya mau belok ke pondokkan” katanya tersenyum bersahabat. Sambil berlalu kupandangi punggungnya dari belakang. Tak sedikitpun beban yang tampak dari wajahnya tadi, yang ada hanya senyum penuh semangat. Ingin kupanggil kembali anak kecil tadi, tapi aku lupa menanyakan namanya.

Tidak ada komentar: