Sabtu, 14 Mei 2011

Sendiri di Usia 30

Sebagian orang atau sebut saja kebanyakan orang menganggap hidup yang sempurna adalah ketika kita telah melewati jenjang pernikahan dan memiliki anak, keturunan atau apalah namanya.

Keadaan demikian seakan telah menjadi standar kelayakan sebagai seorang manusia paripurna. Dimana jika kau belum menempuh hal tersebut, maka keberadaanmu tidak akan terlalu dianggap.

Kejam ? tidak juga, memang begitulah keadaan yang ada, sebab setiap pendapat dengan persetujuan banyak orang telah menjadi hukum tak tertulis sebagai kewajiban bagi setiap orang dalam radius lingkungan tersebut untuk menjalankannya. Menurutku faktor gengsi dan nama besar keluarga juga turut mendukung hal tersebut. Manalagi penelitian-penelitian dunia barat sana turut memberi andil terhadap pembenaran pandangan itu. Dimulai dari Usia berapa kita disarankan untuk segera menikah, dengan alasan ketika menginjak usia tertentu, maka akan sulit bagi mereka yang berjenis kelamin perempuan untuk hamil dan melahirkan keturunan. Maka dibuatlah rentan waktu usia-usia ideal untuk melangsungkan pernikahan, dalam hal ini sering menjadi momok adalah usia tiga puluh tahun.


Saya tidak menyalahkan penelitian-penelitian itu, hanya saja bolehlah kita menengok sejenak kepada mereka yang dengan alasan tertentu belum bisa atau sebut saja belum mau menjalani hidup dengan pasangan. Di tempatku saat ini telah kutemui sebagian dari mereka yang masih memilih belum menikah bahkan hingga usianya melewati angka 30 hingga hampir 40 tahun. Karena menikah merupakan peristiwa yang tak sembarangan terjadi dalam hidup. Setiap orang kuyakin berharap menikah sekali selama hidupnya. Kecuali di kemudian hari ada hal-hal tertentu sebagai takdir mereka berpisah atau menambah daftar pasangan.

Menurutku menjalani hidup ibarat meniti sebuah jalan kecil nan panjang yang hanya bisa dilalui satu orang. Dengan memilih sebuah pernikahan berarti memasukkan orang lain di jalan kecil itu. Kita bisa menentukan, apakah orang lain tersebut akan bertindak sebagai pemandu jalan ataukah penghalang jalan. Karena baik Laki-laki maupun perempuan masing-masing mempunyai peluang yang sama untuk membuat perjalanan meniti jalan kecil tersebut menjadi menyenangkan, membosankan bahkan menegangkan.

Jikalau kita masih memutuskan untuk menunggu lebih lama kedatangan calon yang tepat sebagai teman hidup nanti, kenapa tidak ?





sumber-sumber :
http://amoreshamonangan.files.wordpress.com/2010/09/alone1.jpg
http://tieadja-sariel.blogspot.com/2010/05/pedoman-wanita-single.html
http://midnightinjakarta.blogspot.com/2010/10/when-youre-single.html

Tidak ada komentar: