Minggu, 20 Juli 2008

WALL-E, pentingnya sebuah hubungan sosial

Pagi ini ketika matahari masih tidur dan adzan subuh mulai terdengar, saya beranjak pulang ke pondokan dengan mata sangat mengantuk. Pintu depan rupanya tidak terkunci sehingga tidak perlu repot lagi untuk memanggil anak pondokan untuk membukakan pintu dari dalam. Hal inilah yang juga berakibat fatal karena biasa digunakan mereka yang berprofesi pekerja malam menyantroni barang-barang di pondokan dengan berpura-pura sebagai teman salah satu anggota pondokan kami.

Sama halnya dengan pintu depan, ternyata pintu kamarpun tidak terkunci jadi saya bisa langsung merebahkan diri di kasur, tapi tidak sendiri. Ada mumun dan fajar disitu, yah jadinya kami three some deh. Belum sempat memejamkan mata, ada sesuatu yang menarik tergelatak begitu saja dilantai tepatnya di samping laptop fajar yang masih menyala dan terus menerus memutar “lagu if we hold on together”nya Diana Ross. Lagu yang sebenarnya menjadi pengantar tidur dari seorang pembawa revolusi bagi fajar sendiri. Sesuatu yang menarik itu adalah sebuah DVD. Sebuah kepingan ajaib yang bisa menampung beberapa film sekaligus. Kebetulan DVD itu berisi beberapa film yang beberapa hari ini kami (saya, fajar dan dwi) sempat mendiskusikannya kecil-kecilan dan berencana untuk melihatnya di M’TOS karena disana lebih murah meskipun hari sabtu dan minggu.

Dari beberapa film yang tertera di sampul DVD itu, saya mendapati red cliff, wanted, hellboy dan wall-e. Akhirnya pilihan saya jatuh pada film yang berjudul wall-e. dari gambar depannya jelas ini film animasi. Dengan sedikit mengambil posisi menonton sambil berbaring dengan bertumpu pada siku dan telapak tangan menopang pinggir tengkorak kepala saya, sehingga saya seperti posisi sang budha yang sedang beristirahat. Tetapi bedanya kini didepan saya ada laptop yang lagi bersiap-siap memutarkan film untuk saya.

Layarpun berubah hitam, kemudian muncullah mascot pixar melomcat-loncat, sebuah rumah produksi yang memang sukses melahirkan film-film animasi terbaik di dunia. Ngantukku segera hilang tatkala sebuah robot yang berbentuk aneh mulai berjalan mengambil sampah, memasukkan ke dalam box di badannya, mengepressnya hingga berbentuk kubus lalu mengeluarkannya lagi. Tahap terakhir yang dilakukannya adalah menyusunnya di sebuah lapangan luas. Kejadian ini berlangsung terus menerus hingga sore hari. Bila alarm tanda bahayanya berbunyi menandakan adanya angin kencang yang lewat, maka dia akan kembali ke bunkernya disitu dia akan aman. Jika matahari bersinar terik, si robot yang kemudian kuketahui bernama wall-e (dieja seperti mengucap : wally) tersebut akan mengisi batereinya melalui panel surya yang ada di badannya.

Suatu hari wall-e menonton acara dansa di televisi kuno di dalam bunkernya. Acara dansa tersebut melibatkan manusia sekitar tahun 1970-an. Rupanya dalam film ini, diceritakan bahwa bumi telah lama ditinggalkan oleh manusia. Tetapi masih tersisa sebuah robot pembersih sampah. Belakangan baru diketahui bahwa bumi dan robot wall-e ini telah ditinggalkan oleh manusia selama 700 tahun!. Adegan menarik dalam acara dansa yang dilihat wall-e tersebut adalah ketika pasangan lelaki dan perempuan itu berpegangan tangan. Disini wall-e sadar bahwa ia hanya sendirian di bumi ini. Sebenarnya scene sebelumnya dia ditemani oleh seekor kecoak. Saya tidak tahu kenapa sang sutradara memilih kecoak untuk mejadi teman si robot wall-e ini. Tetapi disini digambarkan bahwa kecoak tersebut sangat setia menemani meskipun wall-e sempat tidak sengaja menginjaknya.

Suatu ketika, ada sebuah pesawat yang mendarat di dekat tempat tinggal wall-e. pesawat tersebut memuat robot lain yang bertingkah sangat aneh. Bentuknya putih mulus dan bersih serta ia bisa terbang dan tanpa menginjakkan kakinya di tanah. Wall-e sangat terkagum melihat robot asing itu. Hanya saja robot itu sangat sensitif. Dia dilengkapi dengan senjata penghancur. Jika ada benda asing yang bergerak sedikit saja di dekatnya maka dia akan langsung menembaknya. Si kecoak teman wall-e sempat hamper menjadi korban, meskipun ditembaki untunglah si kecoak selamat dan menghampiri robot asing tersebut. Disinilah awal perkenalan wall-e dengan sang robot baru itu. Diketahui kemudian robot itu bernama eve. Tapi dieja dengan “eva”. Proses perkenalan antar dua robot ini sangat lucu, mengingatkan saya bagaimana sifat manusia yang berjenis laki-laki akan selalu berusaha menarik perhatian wanitanya. Dan sang wanita mulanya akan selalu cuek dan tidak perduli. Tetapi sang lelaki, dalam hal ini wall-e, terus berusaha menyenangkan hati eva.

Nama Eva atau eve merupakan kependekan dari Extra-terrestrial Vegetation Evaluator, sebuah robot yang dikirim dengan misi untuk mendeteksi adanya kehidupan tumbuh-tumbuhan. Sedangkan wall-e mempunyai kepanjangan Waste Allocation Lift Loader, Earth-Class. Robot yang diprogram untuk mendaur ulang sampah. Jadi seperti langit dan bumi. Eva, robot yang cantik, putih serta canggih. Sedangkan wall-e jelek, kuno dan kotor. Seperti gambaran cantik dan buruk rupa.

Pertemuan dengan eva dan ditemukannya sebuah tanaman membawa wall-e ke petualangan mendebarkan dengan bertemu manusia yang telah meninggalkan bumi setelah 700 tahun lamanya dan berevolusi menjadi manusia yang gendut karena kerja mereka hanya makan dan tidur saja, serta tidak pernah berjalan apalagi bersentuhan dengan manusia lainnya. Mereka tinggal di sebuah kapal luar angkasa yang bernama axiom. Kedatangan wall-e dan eva di kapal itu pada akhirnya membawa revolusi besar sehingga membuat manusia sadar akan pentingnya memelihara lingkungan dan hubungan sesama manusia dan juga mahluk lain.


1 komentar:

Anonim mengatakan...

hehe... ketemu juga resensi WALL-E setelah sekian lama ku cari.

Walau nonton dari DVD bajakan, tapi tidak mengurangi kenikmatan film nya :D

nice post