Kamis, 13 Agustus 2009

Surat Lusuh di lapangan PKM, "agar penyesalan tidak datang kemudian"

“Meski hatiku hancur mendengar kabar dari mulutmu langsung, bahwa kau telah melangsungkan akad nikahmu jumat minggu lalu, tidak membuat sinar senja yang masih tersisa dari penggalan terakhir matahari sebelum ia benar benar tenggelam di sore ini kehilangan keindahannya. Aku tetap bisa menikmati sinarannya bersama tawa orang-orang yang bermain bola basket di lapangan PKM kampus merah tercinta ini.

Jika aku berdiam waktu itu dan tidak memintamu untuk tetap tinggal dan mencintaiku bukan berarti aku tak cinta, Justru aku sangat paham bahwa kau adalah pribadi yang bebas, sebebas-bebasnya. Meski belakangan baru aku tahu, ternyata wanita memang seperti itu, mereka selalu ingin dipuja, tapi malu mengatakannya. Dan terlanjur rasa malu itu mengalahkan keinginannya

Bukankah Aku pernah bilang padamu, aku sangat mencintaimu, teramat sangat, dan akan kupenuhi semua pintamu, bahkan jika untuk meninggalkanmu ketika rasa bosanmu mulai datang. Kini permohonanmu itu aku kabulkan, dan kau pun pergi dengan kekasih baru yang kini siap jadi ayah bagi anak-anakmu kelak.

Mungkin aku menyesal tidak menahanmu waktu itu. tapi, jika itu yang terjadi, maka rasa cintaku hanya akan menjadi penjara bagimu, dan itu egois namanya. Dan mulai saat ini, aku bangga pernah mencintaimu, masih… dan selalu….”



Dari sebuah sudut makassar, yang didalamnya orang tak boleh jemu jemu untuk berjuang, dalam bahasa makassar orang menyebutnya: “Tamalanrea”


Aku memungut surat lusuh yang mungkin pemiliknya tak sengaja menjatuhkannya atau memang disengaja ?
dan aku tak berniat untuk mengembalikannya
akan kuberikan pada temanku, agar penyesalan tidak datang kemudian
karena perjuangan masih berlanjut

Tidak ada komentar: