Selasa, 03 Agustus 2010

Beberapa waktu lalu di jazz@rotterdam (3) Habis

Pada hari kedua saya datang agak malam. Meskipun begitu andi tetap setia untuk keluar dari benteng menjemput saya ketika baru saja tiba. Sewaktu masuk ke dalam Andi memberitahukan bahwa ada juga Meike hadir disana tetapi sudah berbaur dengan penonton lainnya. Sudah beberapa penampil yang saya lewatkan, padahal ingin sekali saya menyaksikan aksi dakochank (band asal makassar yang anggotanya masih remaja umur SMP), tapi tak apalah.

Di panggung utama ternyata sedang tampil dwiki darmawan bersama World Peace Orchestra. Sebelumnya kau tak perlu membayangkan orkestra dengan puluhan orang dalam satu panggung. Disini formasi pendukung dwiki hanyalah sebuah band lengkap (drum, gitar, keyboard, bass plus klarinet dan saxophone) tetapi dengan pemain-pemain yang handal dan mumpuni di bidangnya masing-masing. Salah satunya barry likumahuwa pada bass dengan permainan jazz funknya.


dwiki darmawan dan World Peace Orchestra

Menurutku salah satu kekuatan musik jazz dan menjadikannya unik adalah ketika dimainkan secara live seperti ini. Setiap pemain instrumen pendukung wajib memiliki kemampuan diatas rata-rata. Artinya ketika dia berdiri di panggung, maka ia tak sekedar mengiringi pemain yang lain. Ada suatu waktu ditengah lagu sedang dimainkan, masing-masing pemegang alat musik tersebut akan mempertontonkan kepiawaiannya. Disinilah ketidakberaturan dan egoisme pemain musik jazz yang kusebut kemarin bisa muncul dan menjelma menjadi pertunjukkan aneh. Nada-nada dimainkan dengan tidak sinkron bahkan cenderung "miring" sehingga pada telinga-telinga yang biasa mendengar irama pop akan sedikit terganggu dengan keadaan ini. Sekali lagi kau cukup menikmati saja, menggoyangkan kepala dengan mata terpejam mungkin bisa membantu.

Dwiki bersama orchestranya (sepertinya hampir di setiap lagu) selalu memainkan komposisi seperti itu, mereka juga sempat berkolaborasi dengan Dira J. Sugandi, dan Ivan Nestorman yang membawakan lagu daerah asal rote nusa tenggara timur. Penonton sempat diajak berdiri dan bernyanyi bersama sambil bertepuk tangan seraya menyebut-nyebut soal pulau komodo. Rupanya One Note Entertainment sebagai penyelenggara acara ini juga mengagendakan kampanye "vote for komodo "sebagai salah satu keajaiban dunia. Melalui artis-artis pengisi acara itu terus didengungkan isu tersebut.

o iya, kau bisa ikut mendukung vote for komodo di alamat :
http://www.new7wonders.com/community/en/new7wonders/new7wonders_of_nature/voting


Selepas dwiki dan orchestra turun panggung, Saya dan meike bergegas menuju tepi panggung tempat para wartawan mengambil gambar. Di wilayah itu ada pagar pembatas dengan sedikit ruang yang bisa dipakai untuk duduk. Jadilah kami menyaksikan dari jarak yang sangat dekat karena penampil setelahnya adalah nikita dompas and his fellow musician featuring andien. !!!!. Penonton pun langsung bersorak untuk penyanyi cantik yang terkenal dengan lagu "tentang aku" dan "sahabat setia" itu. Turut pula menjadi pusat perhatian adalah aksan sumanjaya yang menjadi penggebuk drum dalam formasi itu. (atau dikenal dengan wong aksan, mantan drummer dewa 19). Andien yang malam itu dalam balutan dress hitam dengan kesan elegan serta seksi membawakan hits pertamanya "tentang aku". Tak ketinggalan lagu milik janet jackson yang diaransemen sesuai warna vokal andien serta lagu lawas milik titiek puspa berjudul "bimbi".


Andien (foto by meike)


Nikita dompas (foto by meike)

Selanjutnya Nikita dompas dan his fellow musician memainkan nomor-nomor jazz yang sarat akan nuansa futuristik dengan efek gitar nikita yang menyayat-nyayat dan berbunyi putus putus. Terutama pada lagu lama milik elvis presley. Meike yang sejak tadi duduk menyaksikan bersamaku dan andi dari tepi panggung langsung menebak judul lagu itu "Are You Lonesome Tonight" katanya. Sampai-sampai salah seorang wartawan dari okezone yang berada di dekat situ mengkonfirmasi setiap ejaannya pada meike. Sempat pula meike mengabadikan beberapa gambar terutama aksan sumanjaya (kata meike, wong aksan adalah salah satu idolanya sejak kecil)


Wong aksan (foto by meike)

Penampil terakhir malam itu adalah Barry likumahuwa project. Musisi jazz spesialis pembetot bass ini adalah anak dari benny likumahuwa yang juga musisi jazz senior kenamaan indonesia. Barry dan ayahnya sempat berduet diatas panggung. Sebuah kejutan malam itu dimana sebuah tembang "mau dibawa kemana" milik armada dibawakan Barry dengan nuansa jazz yang kental. Saya juga tidak menyangka padahal lagu ini juga telah dibawakan oleh band jazz makassar sebelumnya dalam balutan bossanova.



Benny likumahuwa


Barry likumahuwa project

Barry Likumahuwa project menutup malam itu dengan penampilan yang apik dan mengajak penonton bergoyang dan bernyanyi pada lagu terakhir. Jam menunjukkan pukul satu dini hari ketika lampu-lampu mulai dimatikan dan orang-orang pun bubar menhambur ke jalanan di depan rotterdam. Masih ada juga yang masih nongkrong di penjual-penjual makanan pinggir jalan. Meike telah beranjak duluan bersama temannya, sementara Andi berboncengan dengan adiknya yang bernama pian sudah pamit. Saya pun memutuskan pulang dengan menumpang pada seorang teman yang kebetulan bertemu di pintu keluar benteng.

Dari kejauhan dalam deru mobil yang saya tumpangi, masih terngiang selintingan instrumen musik jazz secara terus menerus dan menggema. Tawaran jazz pada telinga mencakup dialog-dialog yang menawarkan ketidakberaturan dan sedikit bumbu kekacauan. Tetapi justru harmoni genre musik ini tercipta melalui itu semua. Dalam keteracakan jazz, carilah nada kita masing-masing seperti proses menemukan jati diri kita dalam kehidupan yang fana dan tak beraturan ini.


Sumber-sumber :
http://www.wartajazz.com/festival/2010/08/09/2nd-jazz-fort-rotterdam-2010-laporan-hari-kedua-habis/?utm_source=rss&utm_medium=rss&utm_campaign=2nd-jazz-fort-rotterdam-2010-laporan-hari-kedua-habis

1 komentar:

Meike Lusye Karolus mengatakan...

Hoaa...makasih ya kak rahe....
terharu saya betulan...^^