Minggu, 01 Agustus 2010

Beberapa waktu lalu di jazz@rotterdam (2)

Andi pun berjalan masuk setelah memarkir motornya. Tak terasa telah gelap dan adzan magrib pun berkumandang. Suara dentuman musik dari dalam benteng pun terhenti sesaat. Tidak berapa lama andi keluar setelah sebelumnya saya meminta bantuannya untuk mengajak saya masuk bersamanya.

Ketika masuk, keadaan gelap mula mula tidak dapat dilepaskan karena minimnya penerangan di dalam benteng. Tetapi itu justru membuat hidup suasana dan atmosfir sebuah benteng peninggalan belanda ini. Bau khas batu-batu tua yang menyusun benteng tersebut semerbak terhirup dimana-mana. Seketika lampu sorot ke arah panggung utama menyala menyilaukan mata dan membuka acara jazz malam itu dengan penampilan band jazz asal makassar "ricky and the stranger". Band ini beranggotakan anak-anak muda yang bermain pada instrumen masing masing dengan penuh semangat. Kiranya sang bassistnya bernama ricky itu lah yang mengomandoi band ini. Permainan mereka sangat kuacungi jempol dengan membawakan nomor-nomor jazz yang akrab di telinga penonton. Menurutku strategi seperti ini memang diterapkan untuk menarik minat penonton pada awal-awal acara. Nomor-nomor hits seperti "sunday morning" dan " bad times" di bawakan mereka dalam aransemen sendiri yang sangat menarik. Sebuah lagu yang pernah di populerkan oleh aerosmith kembali digubah dalam bentuk jazz lembut nan unik turut pula dimainkan. Kau pasti bisa menebak salah satu tembang pengisi soundtrack film armageddon ini. Ya, "i dont wanna miss a thing" mengalun manis mengisi malam itu. Penampilan ricky and the stranger ditutup dengan hits milik jamie cullum yang tak asing lagi : "mind trick". Dalam pengamatanku, pada Setiap acara jazz, lagu ini wajib hadir dan membuat penonton bernyanyi bersama.


ricky and the stranger

Format acara jazz tahun ini tidak berbeda dengan tahun sebelumnya yang menggunakan 2 panggung. Jadi, ketika band pertama tadi selesai tampil di panggung utama, penonton diajak untuk pindah ke panggung ke dua yang letaknya lebih dekat dari pintu masuk tadi. Di atas panggung II telah berdiri sebarisan anak muda berpakaian serba merah. Tak disangka-sangka ternyata mereka adalah Paduan suara mahasiswa universitas hasanuddin !!!!. kupikir unik juga ide untuk memasukkan kelompok paduan suara dalam perhelatan jazz seperti ini. Pengalaman mengikuti kejuaraan internasional paduan suara sedunia bahkan meraih juara ke tiga waktu di korea dulu kiranya menjadi acuan kepada panitia untuk memberi panggung kepada mereka. Lagu-lagu seperti pilihlah aku dan papa rock n roll serta anging mamiri di bawakan dengan teknik yang khas a la paduan suara membawa suasana jazz yang beda kali ini. Penonton sangat terhibur meskipun ada kendala teknis salah satu microphone nya tiba-tiba macet.


Paduan Suara Mahasiswa Universitas Hasanuddin


Malam tidak terasa semakin merayap, beberapa penampil terus bergantian di dua panggung tersebut, seperti Groundstroke yang tampil setelah PSM Unhas tadi di panggung utama dengan nomor-nomor jazz keras yang mengarah ke rock alternatif diikuti D’Exclusive, masih band asal makassar juga yang mempunyai tiga vokalis sekaligus diantaranya seorang cewek manis bergaun putih. Trio vokalis ini selalu bergerak bersama-sama dengan gerakan yang telah dilatih, kalau kau pernah melihat penampilan grup musik milik roma irama, mungkin seperti itulah kira-kira. Mereka berputar dan bertepuk tangan bersama terutama ketika lagu she will be loved milik maroon five di bawakan.


D’Exclusive


Groundstroke

Jika Kau biasa menikmati konser konser musik dengan penampilan atraktif sang vokalis yang sering menyapa penontonnya, maka dalam sebuah konser jazz kadang-kadang susah untuk berharap seperti itu. Komposisi jazz merupakan dominasi musik yang lebih menitikberatkan pada totalitas permainan instrumen. Sehingga tak heran ketika nomor-nomor jazz rumit dibawakan, kau harus puas dan menyeimbangkan diri dengan menikmati saja apa yang ditampilkan, tidak perlu berpikir mengapa nada-nada yang dimainkan itu kadang nyambung kadang tidak. Menurutku jazz adalah musik dengan tingkat egoisme sangat tinggi dari para pemainnya tanpa perlu memikirkan kenikmatan penonton. Dalam musik ini hampir 85 persen adalah ketidakberaturan dan campur baur. Tetapi justru dalam ketidaberaturan itulah harmonisasi jazz muncul. Jadi ketika kau telah menikmatinya dalam kepusinganmu, maka menurutku esensi jazz itu telah tercapai.

Seperti salah satu penampil yang ditunggu-tunggu malam itu, I wayan balawan. Gitaris asal bali yang selalu menggunakan gitar dengan 2 neck ini (gitar 2 lengan ) memainkan nomor-nomor jazz yang agak rumit dengan kecepatan petikan gitar dua tangannya sekaligus. Teknik ini disebut two handed tapping. Tak heran balawan mempunyai julukan "magic finger" dengan permainan khasnya itu. Balawan adalah seorang musisi yang juga cerdas memanfaatkan teknologi. Efek-efek gitar hasil teknologi mutakhir menciptakan suara-suara aneh seperti suara manusia yang berteriak teriak hingga suara gendang dan rebana yang bertalu-talu. Balawan bersama grupnya yang dikenal dengan balawan trio membawakan sebagian besar lagu-lagu instrumen, hanya dua lagu non instrumen yang saya tahu (saya yakin begitu juga dengan sebagian besar penonton) yaitu "what a wonderful world" nya louis amstrong dan waiting in van milik bob marley sebagai penutup penampilan balawan malam itu.


Balawan

Tak terasa jam menunjukkan pukul 11 malam, saya tidak terlalu menyimak ketika Mercy Dumais dan Zarro tampil karena kebetulan bertemu dengan lele (kosmik 03, wartawan di makassar terkini) dan asyik bercerita hingga krakatau band tampil dan berkolaborasi dengan dua personil la'biri band. Penonton beberapa kali dibuat tertawa oleh penampilan duel dua alat musik tiup dari dua daerah yang berbeda.


Kolaborasi krakatau band dan la'biri

Kolaborasi apik itu menutup hari pertama jazz@rotterdam ketika waktu menunjukkan pukul 2 dini hari. Saya pulang bersama andi dengan bonus menyaksikan konser glenn fredly di clarion. Terima kasih banyak sekali lagi buat hariandi hafid ^_^


Konser glenn di clarion



Sumber-sumber :
http://www.wartajazz.com/festival/2010/08/04/jazz-fort-rotterdam-2-2010-ketika-jazz-dan-etnik-kembali-bersua/
http://en.wikipedia.org/wiki/Tapping

Tidak ada komentar: